Share

Bab 2

Author: Kalyani
Selama berhubungan badan, Darrel melakukannya dengan penuh kebencian. Dia melakukannya tanpa sedikit pun belas kasihan dan tidak mengucapkan satu kata pun.

Air mata Starla terjatuh tanpa bisa ditahan, tetapi dia tidak mengeluarkan suara.

Saat semuanya berakhir, dia tersedak oleh air matanya sendiri hingga batuk keras. Tubuhnya lunglai di atas ranjang sangat lama. Saking sakitnya, dia sampai tidak bisa bangun.

Suara Darrel yang dingin terdengar dari atas, "Puas?"

"Kalau sudah puas, tandatangani."

Starla bergetar saat mencoba menopang tubuhnya. Dia bertanya pelan, "Kamu minum alkohol?"

"Bukan urusanmu."

"Kamu punya masalah lambung, sebaiknya jangan minum alkohol."

"Kalau aku nggak buat diriku mabuk, gimana aku bisa menahan rasa muak saat menyentuhmu?"

Rasa asin dan pahit dari darah naik ke tenggorokannya. Cairan hangat itu mengalir dari sudut bibirnya. Starla mengerutkan alis dan mengusapnya dengan seprai, hatinya terasa membeku.

Namun, suaranya tetap lembut dan tenang saat berkata, "Kamu pulang cepat. Berarti jalanan nggak macet, ya."

Darrel sudah merapikan diri dan menyalakan sebatang rokok, lalu duduk di balik bayangan sambil berkata datar, "Mau pulang untuk cerai, tentu saja harus cepat."

"Sebegitu nggak sabarnya?"

Starla duduk membelakangi Darrel. Suaranya masih lemah dan asap rokok membuatnya batuk lagi.

"Memangnya kamu nggak tahu dari dulu aku memang nggak sabar?" Darrel sengaja mengembuskan asap ke arahnya. Melihat Starla batuk sampai tubuhnya bergetar, entah kenapa dia merasa puas. "Aku sudah memenuhi syaratmu. Besok pagi kita pergi urus perceraian."

"Belum. Darrel, yang aku bilang adalah, temani aku malam ini. Malam ini, sepanjang malam."

Darrel mematikan rokoknya, bibirnya menyunggingkan senyum mengejek. "Starla, kamu benar-benar nggak tahu malu."

Kapan sebenarnya dia mulai menyukai Darrel?

Starla mencoba mengingat, tapi semuanya terasa kabur.

Yang dia ingat hanyalah, mereka tumbuh bersama sejak kecil. Keluarga Gilvano dan Keluarga Benardi adalah sahabat lama. Mereka berdua adalah pasangan masa kecil yang sangat dekat. Semua orang menunggu mereka tumbuh dewasa, menikah, dan mempererat hubungan kedua keluarga itu.

Pada masa itu, Darrel sangat ... sangat baik padanya. Sejak kecil, Starla punya penyakit gula darah rendah dan Darrel selalu membawa permen berbentuk bintang yang paling dia sukai. Setiap kali Starla merasa tidak enak badan, Darrel bisa segera memberikannya.

Saat sekolah, semua surat cinta yang dikirimkan padanya disita Darrel terlebih dulu. Dengan nada masam, dia akan menasihati Starla bahwa anak laki-laki lain itu tidak ada satu pun yang sebanding dengannya.

Ketika ulang tahunnya, Darrel akan mulai melipat bintang-bintang kertas dari berbulan-bulan sebelumnya. Dia mengisinya dalam setoples kaca besar penuh, lalu memberikannya untuk Starla sebagai hadiah ulang tahun.

Saat itu, Starla terbiasa dimanja. Dia sengaja bermanja pada Darrel, "Bintang-bintang ini palsu. Aku mau bintang yang asli."

Darrel akan mengetuk ujung hidungnya dengan lembut. "Kalau begitu, aku petikkan untukmu."

"Aku bercanda. Bintang-bintang itu ada di langit, mana bisa dipetik?"

"Asal kamu mau, aku pasti bisa memetikkan untukmu."

"Kamu bohong."

"Starla ... waktu kamu menikah denganku nanti, aku pasti akan memetikkannya untukmu."

Starla berpikir, apakah ketika seseorang hampir mati, rasa rindu pada masa lalu yang indah akan terasa begitu kuat?

Dia menyentuh noda darah di seprai dengan ujung jarinya. Rasanya ... hidup benar-benar ironis. Langit seakan sengaja tak mengizinkannya bahagia, seperti harus menghancurkan satu per satu hal baik yang pernah dia miliki.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 50

    Dalam kegelapan, Starla tidak bisa melihat apa pun. Namun, pria itu tampak sangat tenang dan terbiasa.Dengan sangat terampil, pria itu pergi ke dapur dan membawa kembali dua mangkuk sup ayam, lalu duduk di hadapannya.Aroma sup ayam yang menggugah selera menyebar. Ini pertama kalinya Starla makan dalam keadaan gelap gulita."Rasanya sangat enak." Pria itu menyesap pelan. "Sangat punya cita rasa masakan ibu-ibu zaman dulu."Starla tersipu dan tersenyum kecil. "Aku belajar dari seorang pelayan tua. Dia sebenarnya tukang kebun, tapi keahlian memasaknya sama sekali nggak kalah dari koki profesional. Pangsit kecil buatannya enak sekali. Sayangnya, aku hanya bisa meniru sedikit saja. Sup ayam ini masih sangat jauh dari hasil masakannya."Suara pria itu sangat lembut. "Ini sudah sangat enak. Aku suka sekali.""Terima kasih, Pak.""Kamu tahu kamu sudah mengucapkan terima kasih berapa kali padaku?"Starla tertegun. Kalimat ini ... terdengar agak familier. Terakhir kali Niko datang, dia juga me

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 49

    "Nggak usah." Darrel menolak. "Kamu fokus saja memulihkan diri. Hal-hal lain jangan dipikirkan. Kepala pelayan mengurus Luna dengan sangat baik.""Oh.""Ada hal lain? Kalau nggak, aku tutup. Aku lagi nyetir.""Eh, tunggu ...." Fidora berkata, "Minggu depan itu ulang tahun ibuku. Aku ingin kamu menemaniku pulang merayakan ulang tahunnya, boleh nggak?""Minggu depan aku nggak sempat. Perusahaan sangat sibuk."Fidora tidak menyerah dan terus membujuk, "Ulang tahun ibuku di akhir pekan, nggak bakal ganggu pekerjaanmu."Darrel perlahan tenang kembali. Menghadapi permintaan Fidora yang sedikit rendah hati, dia pun sulit terus menolak.Bagaimanapun, dia sebelumnya sudah berjanji akan menikahi Fidora. Namun, sekarang dia tidak bisa bercerai, tidak bisa memberi Fidora sebuah pernikahan. Di hatinya, dia memang merasa bersalah."Baiklah, aku temani kamu."Fidora langsung terdengar gembira. "Benarkah? Darrel, kamu baik sekali.""Sudah, kamu pilih saja hadiah. Kalau sudah cocok, langsung beli. Paka

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 48

    Suami? Starla tidak bisa menahan tawa.Sejak hari dia menikah dengan Darrel sampai hari ini, selama lebih dari enam tahun, kapan dia pernah terlihat seperti seseorang yang punya suami?Dia melahirkan sendiri, menjalani masa nifas sendiri. Rumah sebesar itu dia tempati sendirian. Apa bedanya dengan tidak bersuami?"Pak Darrel." Starla langsung mengganti panggilan. "Setelah kita cerai hari ini, kamu bukan suamiku lagi. Setelah itu, kita jalan masing-masing dan boleh nikah lagi."Darrel menggenggam setirnya dengan semakin kuat. "Kalau aku nggak mau cerai, gimana?"Starla terkejut. "Kamu gila?""Aku sudah gila sejak kecelakaan itu terjadi.""Kamu tahu nggak, ucapanmu barusan bisa membuatku salah paham. Salah paham kalau kamu masih punya perasaan padaku, kalau kamu masih nggak rela melepaskanku."Tatapan Darrel bergetar sedikit. Dia langsung membantah, "Jangan meninggikan dirimu. Aku cuma nggak ingin membiarkan pembunuh ayahku hidup enak. Kamu mau cerai dariku dan lari ke pelukan pria lain?

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 47

    "Ibu, jangan dibahas lagi ...."Mata Willa juga memerah. "Sudah, sudah, jangan dibahas lagi. Star, nanti kalau bayinya sudah agak besar, ajak dia pergi lihat ayahmu ya."Starla mengangguk keras. "Ya."Tak lama kemudian, dia menerima telepon dari Darrel."Kamu di mana?"Benar, mereka sudah janjian. Hari ini mereka harus pergi ke pengadilan negeri untuk mengurus perceraian."Kamu sudah sampai? Aku langsung ke sana."Darrel langsung menutup telepon.Willa bertanya dengan cemas, "Darrel ya? Anak kalian nangis?"Starla menjawab secara samar, "Hm .... Ibu, aku harus keluar sebentar.""Cepat pergi. Bayi itu paling butuh ibunya. Besok kamu jangan datang dulu. Jaga anak baik-baik. Paham?""Besok aku lihat situasi dulu."Setelah berpamitan dengan ibunya, Starla keluar dari rumah sakit, naik taksi, langsung menuju pengadilan negeri.Di jalan, dia menelepon Darrel, ingin memberitahunya bahwa dia sedang dalam perjalanan dan memintanya menunggu sebentar.Namun, kemudian dia teringat Darrel sudah mem

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 46

    Tidur itu membuat Starla terlelap sampai siang hari.Saat bangun, luka di dada dan perutnya masih terasa nyeri, sementara sosok pria itu sudah tidak ada di dalam kamar.Dia mengusap pelipisnya yang terasa sakit, lalu melihat segelas air di meja dengan secarik kertas di bawahnya.[ Ingat minum obat. Jangan ditelan tanpa air. ]Saat menggenggam gelas itu, Starla mendapati suhu airnya pas sekali. Pria ini .... Kenapa semua hal bisa diperhitungkan sedemikian tepat? Bahkan tahu kalau kemarin dia menelan obat tanpa air.Starla buru-buru mencuci muka dan pergi ke rumah sakit. Di ruang perawatan khusus, tangan ibunya masih terpasang jarum infus, tetapi kondisinya terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Pipinya pun mulai tampak berwarna. "Star, kenapa kamu datang?"Starla berjalan mendekat dan menggenggam tangan ibunya. "Aku satu-satunya putrimu, masa aku nggak datang?"Willa menepuk lembut punggung tangan putrinya, menasihati, "Ibu nggak apa-apa. Dokter dan perawat di sini sangat bertanggung

  • Memetik Bintang yang Tak Sempat Digapai   Bab 45

    "Hanya saja ...." Pria itu menoleh, menatap ke dalam matanya. "Kamu masih mencintai mantan suamimu?"Cinta? Starla menggeleng sambil tersenyum pahit. "Aku sudah lama nggak punya kelayakan untuk mencintai. Hanya untuk tetap hidup saja, aku harus mengerahkan seluruh tenagaku.""Pikirkan lagi, jangan buru-buru menjawabku." Pria itu berpikir sejenak, lalu menambahkan, "Anggap saja ini hadiah ulang tahunmu yang ke-26 dariku.""Pak.""Mm?"Dalam kegelapan, Starla mengamatinya dengan saksama. "Kita pernah saling kenal sebelumnya?"Pria itu memalingkan wajah, kembali ke dalam bayangan. Suaranya mendadak menjadi berat. "Starla, hal-hal yang nggak ingin kubicarakan, sebaiknya jangan kamu tanyakan.""Maaf.""Aku ngantuk. Ayo kita tidur.""Baik."Sama seperti semalam, dia berbaring menyamping, pria itu berbaring di belakangnya. Sangat dekat. Begitu dekat hingga napasnya dipenuhi aroma parfum lembut dari tubuh pria itu."Starla."Starla terkejut. "Hah?""Tetap di sisiku dengan baik. Aku akan member

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status