Home / Romansa / Memories / Chapter 5

Share

Chapter 5

Author: Sherra Misaki
last update Huling Na-update: 2021-09-06 10:10:49

Aku melihat keseluruh penjuru. Terlihat orang orang kelas sebelah sedang asik mengobrol dengan kelompok pertemanan mereka. Sepotong percakapan mereka tak sengaja terdengar olehku, dan aku jadi mengerti mengapa mereka begitu serius dengan bahasan mereka.

               Si Anak Populer.         

               Dan lebih spesifiknya, mereka bicara tentang…

               Jennifer Amity.

               Siapa yang tak kenal dengan seorang Jennifer Amity. Bahkan seluruh angkatan, baik yang tahun ini, tahun lalu sampai alumni sekalipun. Sebenarnya tak heran sih kalau dia bisa jadi begitu terkenal. Karena itu sesuatu yang sudah sangat jelas, dia memiliki semua aspek untuk menjadi populer. Kau tidak harus jadi cewek penyendiri sepertiku untuk tau hal itu.

               Cewek-cewek mungil di sekolahku memang sangat mudah untuk jadi terkenal. Apalagi mendapatkan pacar setinggi 170 sentimeter yang lebih tua satu atau dua tahun, mungkin juga anggota tim inti basket atau futsal. Yah, kita bisa jadikan Jennifer sebagai acuan.

               Dengan tinggi 150 sentimeter dan rambut panjang pirangnya, bakal jadi aneh kalau cowok-cowok akan berpikir dua kali buat naksir dia. Kulit putih, bulu mata lentik dan seorang mayoret. Tidak heran dia begitu populer ‘kan?

               Tiba-tiba aku melihat seseorang di ujung lorong ini yang sudah mulai sepi. Dia baru saja dari tangga dan menuju ke lorong ini. Sepertinya,.. entah kenapa aku merasa pernah mengenalnya. Atau setidaknya melihatnya. Aku mencoba menyipitkan mataku yang rabun jauh 0,5 ini.

               Dan benar saja, dia yang kemarin. Cowok yang mencoba bicara pada kucing putihnya itu. Dan aku rasa dia juga melihatku dari kejauhan, kemudian mencoba mengingat siapa aku. Sulit untuk mengenali orang dari jarak 25 meter.

               Dia melangkah berbelok ke salah satu pintu kelas yang tertutup. Tapi dia nampak masih berusaha mengenaliku. Mungkin menyerah, atau karena tidak enak terus dipandang orang asing dari kejauhan, dia melempar sebuah lambaian kecil dan senyum manis yang sama. Aku dapat merasakannya meski dari jarak yang terasa sangat jauh ini. Dan aku membalasnya dengan cara yang sama. Aku jadi penasaran siapa orang itu. Aku baru saja melihatna, tapi entah kenapa sepertinya denyut jantungku agak sedikit lebih cepat dari biasanya hari ini. Apa aku menderita suatu penyakit parah?

               Tiba tiba terdengar suara air hujan yang juga tiba-tiba turunnya, berbarengan dengan bel nyaring khas sekolah. Aku mencoba kembali pada diriku yang biasanya. Ayolah, lupakan semua dan fokus pada sekolah hari ini, Sofia!

****

            Sekarang sudah jam 2 siang. Waktunya pulang. Tapi aku masih ada jadwal ekskul hari ini. Untungnya aku sedang tidak ada janji dengan laptop atau buku-buku ini. Aku berjalan menuju tempat anggota Science Club biasa berkumpul. Sekedar informasi, aku baru bergabung sejak pertemuan terakhir minggu lalu karena aku sama sekali tidak mengikuti kegiatan ekstra apapun hingga orang-orang dari kesiswaan memberitahukannya pada orangtuaku. Menurutku, ini lebih mirip kelompok Dokter Kecil atau semacamnya. Dan dengar-dengar, akan ada lomba 2 minggu lagi. Jika kau bertanya padaku tentang tujuanku ikut kegiatan ini, akan ku beritau. 20 persen karena kegiatan klub ini sangat jarang, 30 persen karena dipaksa ikut kegiatan ekstra apapun, 50 persen karena mengincar uang hadiah lomba yang cukup besar untuk masuk di rekening pelajarku.

               Saat aku menaruh tas, dan mulai berkeliling. Di klub kami, kebanyakan dari mereka adalah orang yang serius. Maksudku, mereka sering menghabiskan waktu dengan membaca buku atau artikel-artikel majalah kesehatan. Dan jarang sekali terlihat bahkan dalam klub sains pun, orang orang mengoceh dengan temannya tentang anak populer atau semacamnya. Hanya segelintir orang yang punya selera humor. Tapi aku betah, karena bukan hanya aku satu-satunya orang pendiam disini.

            Setelah beberapa menit berkeliling,seorang pria paruh baya yang kukenali sebagai Pembina klub ini datang. Dia bilang tidak bisa melatih kami hari ini, jadi dia hanya memberi tugas sebagai persiapan lomba. “ternyata rumornya benar” pikirku. Kemudian ia membagi 18 orang ini menjadi 3 tim. Dan aku terpilih masuk tim 2, bersama lima orang lainnya yang baru saja ku kenal beberapa menit setelah kami jadi tim. Diantaranya Ellen, Jessy, Bob, Jimmy. Hanya itu yang ada dan berkenalan denganku. Mereka bukan anak anak introvert sepertiku, tetapi mereka sanagt menyenangkan. Selama perbincangan pertama kami, aku menyadari aku bercerita lebih banyak dari biasanya. Bob memberi tau ada satu anggota lagi, dan dia belum ditempat sekarang. Dan sebelum si misterius sampai, mereka semua —anggota tim ku— berjanji untuk tidak akan memberitaukannya padaku. Aku bertanya tanya apa alasannya.

“Hai semuanya! Nampaknya aku benar-benar tertinggal.” Sebuah suara yang terdengar dari jauh. Suara yang persis sama seperti yang kudengar kemarin. Suara yang lembut dan menyenangkan, terdapat aura semangat dan keceriaan tersirat didalamnya. Meski begitu wibawanya tetap tidak hilang. Dan sampai waktunya si misterius itu bersuara, aku baru menyadarinya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Memories   Chapter 62 part 2

    “Ooi! Katakan sesuatu!” Suara pukulan yang keras tepat di perutnya bersamaan dengan suaranya yang mencoba untuk menahan muntahan darah untuk keluar dari mulutnya. Wajahnya yang berlumuran darah tiba tiba menyebut namaku. “Lari, S-Sofia…” “Derald!” Aku segera menggerakkan tubuhku dan berlari menuju Derald. Tapi ketiga orang yang berada dibelakangku segera menangkapku. “Sofia— Ugh…!“ Derald mencoba berteriak ketika melihat mereka menangkapku. Meski dia akhirnya dipukuli lagi dan lagi. Aku mencoba untuk memberontak tetapi mereka langsung menahan perger

  • Memories   Chapter 62

    “Bagaimana dengan perjanjiannya?” “Aah. Hanya beberapa jam lagi, ya…” Aku tiba-tiba menghentikan langkahku. “… setelah itu kita bisa membakar tempat ini.” Wah, wah… Sepertinya meninggalkan tempat ini bukan tindakan yang benar untuk sekarang. Apa jangan jangan ini yang aku dan Derald dengar sore tadi sebelum babak kedua dimulai. Aku segera kembali ketempat sebelumnya, merapat ke dinding. “Selain itu, memanfaatkan acara ini sungguh ide yang luar biasa, ketua. Anda memang hebat.&

  • Memories   Chapter 61

    “Kau… sungguh tidak menggunakan parfum?” Aku membalas wajah terkejutnya dengan tatapan bingung. Apa itu sesuatu yang aneh? Aku hanya mengangguk. “Sungguh, kau tidak pernah memakai parfum?” “Uhm.” Aku lagi lagi mengangguk. “Sungguh tidak pernah?” Dia mendekatkan wajahnya.

  • Memories   Chapter 60

    Aku segera beranjak menuju tenda kami yang berada di bawah pohon, tidak sulit untuk menemukannya. Segera aku masuk ke dalam tendaku yang ku tempati berdua dengan Alisa nantinya. Setidaknya aku perlu istirahat dari ini keriuhan ini. Istirahat yang cukup bagi fisik, dan mentalku. Terus berada bersama ditengah orangorang membuatku lelah, secara batin. Aku melepas jas almamater dan rompi rajut serta melonggarkan dasi yang ku gunakan. Hanya meninggalkan kemeja dan rok kotak-kotak, juga membiarkan kaos kaki hitamku tetap berada di tempatnya. Di dalam sini terasa panas, ditambah aku yang baru saja berlari, membuat tubuhku menjadi terasa panas. Aku mulai bisa merasakan keringat menetes satu demi satu dari tubuhku. M

  • Memories   Chapter 59

    “Uughhh..haaah….” Aku meregangkan tubuhku setelah keluar dari area hutan. Babak kedua akhirnya kami lalui dengan lancar. Ternyata tidak semua dari peserta lolos di babak ini. Itu sangat masuk akal jika kau tanya aku. Pasalnya, berbeda dari mengerjakan soal biasa, dengan sistem permainan “Mencari Harta Karun” pada babak ini, kau tidak bisa memilih soal mana yang menurutmu mudah atau yang bisa kau kerjakan terlebih dulu. Semuanya harus selesai denga jawaban yang tepat, atau setidaknya mendekati. Jika kau salah perhitungan, itu akan menyebabkan mu tersesat di dalam hutan itu. Ya, meskipun sudah ada tali pembatas untuk membuat permainan ini tetap aman. “Kau meregangkan tubuhmu seperti wanita tua, Sofia.” 

  • Memories   Chapter 58 (Derald)

    “Kalau begitu, sekarang kita selalu bersama ya, Sofia!” Kataku padanya. Gadis itu kemudian membalas senyumku dengan begitu cerahnya. Aku merasakan sesuatu yang membuatku bergetar ketika melihat itu. “Lalu kau sendiri, kenapa ada di sini?” Dia balik bertanya padaku.Sungguh, aku berfikir untuk tidak mengatakannya. Dia mungkin tidak akan mengerti apa yang aku akan aku ceritakan. Apa sebaiknya aku berbohong? Tapi kebohongan apa yang harus aku katakan. Bagian dari dalam diriku seperti tidak bisa berbohong padanya.“Um.. ceritanya panjang—“ “Ceritakan!” Sekarang dia melihatku dengan mata yang berapi api. Well, sepertinya aku memang tidak bisa berbohong darinya.&

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status