Aku hanya mencoba mengikuti orangtuaku dan segala aturannya yang membuatku bisa hidup damai sampai 13 tahun ini. Hingga akhirnya kau bertemu dengan seseorang, membuka semua hal yang tak pernah kudapatkan. Pertemanan, status sosial, dan cinta. Tiba tiba aku mengingat anak laki-laki itu, satu-satunya yang memberiku warna dan kehangatan yang nyaman. Meski begitu, aku tidak bisa mengingat siapa bocah itu. Kapan? Dimana? Ingatanku seperti menghilang. Apa yang sebenarnya terjadi pada masa lalu?
View MoreHari kedua libur akhir pekan sudah dimulai, dan sekarang akan segera berakhir. Sore ini akan sia sia jika dilewatkan dengan nonton acara kuis, seperti yang orangtuaku lakukan sejak berjam-jam yang lalu di ruang TV atau memberi laba-laba kudapan persis seperti apa yang Bill lakukan setiap harinya. Novel kesayangan sudah ditangan, begitu juga dengan limun dingin di jam 4 lebih 9 menit ini, lalu akan kubuka pintu kaca belakang rumah. Aku tidak akan mau melewatkan saat ini dengan sia sia. Tidak ada yang akan menghentikanku sekarang. Aku akan…
Saat itulah kilat menyala dan guntur bergemuruh.
Tetesan air mulai berjatuhan dari langit gelap itu.
“Ah, tidak..” keluhku sambil menatap kursi santai di bawah pohon di halaman belakang yang mulai basah. “Sedih karena hujan, Sofia?” kata ibuku dari dapur yang tak jauh dari tempatku berdiri. Aku mengangguk untuk menjawab pertanyaannya sambil berjalan ke meja makan dan duduk disana. “Mungkin, kau memang tidak seharusnya kesana.” Katanya, lalu pergi membawa dua gelas jus jeruk yang dituangnya dari kemasan.
Orangtuaku memang suka berbagai jus, sayangnya mereka terlalu malas untuk seorang yang suka jus. Mereka lebih suka membelinya, menurut mereka, itu lebih tidak sehat, tentu saja. Entah berapa banyak pemanis dan pengawet yang dikandung minuman itu. Tapi , orangtuaku lebih suka menyebutnya...
Praktis.
Menurutku, lebih baik membeli juicer atau blender. Atau, kau tau, alat untuk mengambil sari dari buah dan sayur secara otomatis jika mereka malas membuat jus. Tetap saja akan sia-sia jika mengatakan ini pada pasangan bertuliskan SE di belakang nama mereka, karena mereka tipe pemikir panjang, dalam kasus ini mungkin, terlalu ‘irit’ jika berkaitan dengan uang.
“Sofia!” teriak kakakku dari anak tangga paling atas. “Kau pasti tidak ingin melewatkan ini.” Bill memang selalu heboh, itu hanya pendapatku. Tapi setidaknya dia selalu membuatku tertawa setiap dia bicara. Aku dan dia seperti… Teman. Sesuatu yang bahkan mungkin jauh dari kata saudara.
“Aku datang!”
Dia memang suka melakukan hal-hal gila. Seperti tahun lalu, dia mencoba untuk mengembala laba-labanya, tapi satu dari tiga laba-laba itu hilang di kamar Bill, jadi aku harus membantunya mencari Si Kaki Delapan, yang paling besar dari dua teman se-kandangnya. Beruntung, kami menemukannya. Tepat di atas pendingin ruangan di kamar Bill. Dan sekarang, hal apa lagi yang dia lakukan? Semoga bukan tentang peliharaannya itu.
”Ada ap― wow…” Aku benar-benar tidak percaya. “A—apa yang terjadi?” Yang benar saja, kamarnya jadi… Rapi. Sangat rapi. Sangat berbeda dengan saat terakhir kali aku berkunjung ke kamarnya minggu lalu. Sekarang, aku sudah tidak lagi melihat akuarium laba-laba diatas meja. Hanya ada pajangan miniatur motor dan beberapa tokoh di Naruto, yang sudah tak kulihat lagi sejak dia merawat laba-laba. Aku jadi bertanya-tanya. Bagaimana, dia bisa jadi begitu… Normal?
“Bagaimana menurutmu? Keren bukan?” katanya melirikku dibalik kacamatanya. “Dimana laba-labamu?” tanyaku sambil menyentuh salah satu miniaturnya. “Aku menjualnya di bazar kemarin, aku sudah tidak menyukainya lagi” jelasnya sambil membuka halaman buku yang diambilnya dari rak dibawah meja miniatur.
Apa kau percaya itu!?
Maksudku, aku sudah hidup selama 13 tahun! Dan selama itu juga aku hidup bersama kakakku. Tentu saja aku sangat mengenalinya. Dan perubahan 180 derajat dalam satu minggu? Ini sangat mencurigakan. Khususnya untukku, dan juga membuatku merasa terganggu. Dia bukan orang yang cepat bosan, dan sekarang dia bilang sudah tidak menyukai..
Tunggu, menyukai. Suka.
Hoouu, tidak. Jangan bilang ini karena…
“Apa ini semua, karena, Mia?” Mataku sengaja menyiratkan ‘Kena kau, Bill!’ dalam sorotnya. Dan aku sudah melihat apa yang sejak tadi ingin kulihat. Ekspresi tertangkap basah Bill, cenderung mendelik lalu berkata
“Apa!??” dengan volume cukup keras. Aku tau situasi ini akan jadi makin aneh jika aku menunggunya menjawab pertanyaanku tadi. Jadi, mari kita buat ini jadi mudah.
“Yah, maksudku, mungkin saja, kau berubah hanya demi wanita itu.” Dia benar-benar berusaha keras. Raut wajah dan sipu malu itu tidak bisa berbohong.
“Ti..tidak, aku hanya..” dia terbata dan berusaha mengelak. Pasti denyut jantungnya saat ini sangat sulit untuk di kendalikan.
”Sudah ya, aku masih sibuk. Sampai jumpa.” Lebih baik aku keluar. Kurasa dia butuh waktu untuk mengatur kembali nafasnya. Yah, Bill bukanlah orang yang pandai berakting. Mungkin itu juga, yang membuat Mia mulai suka pada kakakku sejak beberapa minggu lalu.
Bagaimana aku tau?
Sebenarnya, tidak sulit membongkar informasi dari Bill, karena kami berdua selalu saling curhat kalau ada masalah. Umur kami hanya berbeda 2 tahun, jadi terkadang masalah kami sama, dan sangat mudah untuk saling mengerti. Kalau boleh jujur sih, aku lebih suka bicara pada Bill, daripada dengan ayah atau ibuku, jika tentang kejadian lucu, atau sekedar lelucon gila. Karena orangtuaku terlalu serius. Maksudku, terlalu serius untuk diajak bercanda ala anak remaja, apalagi tentang, kau tau, kisah cinta monyet para remaja dengan segala permasalahan yang selalu dilebih-lebihkan.
Karena, bahkan sebelum aku punya cerita cinta monyet untuk ku ceritakan, sejak awal, orangtuaku , khususnya ayah, sudah mengatakan padaku berulang kali. Penuh dengan ketegasan.
“Tidak boleh berpacaran!”
“Ooi! Katakan sesuatu!” Suara pukulan yang keras tepat di perutnya bersamaan dengan suaranya yang mencoba untuk menahan muntahan darah untuk keluar dari mulutnya. Wajahnya yang berlumuran darah tiba tiba menyebut namaku. “Lari, S-Sofia…” “Derald!” Aku segera menggerakkan tubuhku dan berlari menuju Derald. Tapi ketiga orang yang berada dibelakangku segera menangkapku. “Sofia— Ugh…!“ Derald mencoba berteriak ketika melihat mereka menangkapku. Meski dia akhirnya dipukuli lagi dan lagi. Aku mencoba untuk memberontak tetapi mereka langsung menahan perger
“Bagaimana dengan perjanjiannya?” “Aah. Hanya beberapa jam lagi, ya…” Aku tiba-tiba menghentikan langkahku. “… setelah itu kita bisa membakar tempat ini.” Wah, wah… Sepertinya meninggalkan tempat ini bukan tindakan yang benar untuk sekarang. Apa jangan jangan ini yang aku dan Derald dengar sore tadi sebelum babak kedua dimulai. Aku segera kembali ketempat sebelumnya, merapat ke dinding. “Selain itu, memanfaatkan acara ini sungguh ide yang luar biasa, ketua. Anda memang hebat.&
“Kau… sungguh tidak menggunakan parfum?” Aku membalas wajah terkejutnya dengan tatapan bingung. Apa itu sesuatu yang aneh? Aku hanya mengangguk. “Sungguh, kau tidak pernah memakai parfum?” “Uhm.” Aku lagi lagi mengangguk. “Sungguh tidak pernah?” Dia mendekatkan wajahnya.
Aku segera beranjak menuju tenda kami yang berada di bawah pohon, tidak sulit untuk menemukannya. Segera aku masuk ke dalam tendaku yang ku tempati berdua dengan Alisa nantinya. Setidaknya aku perlu istirahat dari ini keriuhan ini. Istirahat yang cukup bagi fisik, dan mentalku. Terus berada bersama ditengah orangorang membuatku lelah, secara batin. Aku melepas jas almamater dan rompi rajut serta melonggarkan dasi yang ku gunakan. Hanya meninggalkan kemeja dan rok kotak-kotak, juga membiarkan kaos kaki hitamku tetap berada di tempatnya. Di dalam sini terasa panas, ditambah aku yang baru saja berlari, membuat tubuhku menjadi terasa panas. Aku mulai bisa merasakan keringat menetes satu demi satu dari tubuhku. M
“Uughhh..haaah….” Aku meregangkan tubuhku setelah keluar dari area hutan. Babak kedua akhirnya kami lalui dengan lancar. Ternyata tidak semua dari peserta lolos di babak ini. Itu sangat masuk akal jika kau tanya aku. Pasalnya, berbeda dari mengerjakan soal biasa, dengan sistem permainan “Mencari Harta Karun” pada babak ini, kau tidak bisa memilih soal mana yang menurutmu mudah atau yang bisa kau kerjakan terlebih dulu. Semuanya harus selesai denga jawaban yang tepat, atau setidaknya mendekati. Jika kau salah perhitungan, itu akan menyebabkan mu tersesat di dalam hutan itu. Ya, meskipun sudah ada tali pembatas untuk membuat permainan ini tetap aman. “Kau meregangkan tubuhmu seperti wanita tua, Sofia.” 
“Kalau begitu, sekarang kita selalu bersama ya, Sofia!” Kataku padanya. Gadis itu kemudian membalas senyumku dengan begitu cerahnya. Aku merasakan sesuatu yang membuatku bergetar ketika melihat itu. “Lalu kau sendiri, kenapa ada di sini?” Dia balik bertanya padaku.Sungguh, aku berfikir untuk tidak mengatakannya. Dia mungkin tidak akan mengerti apa yang aku akan aku ceritakan. Apa sebaiknya aku berbohong? Tapi kebohongan apa yang harus aku katakan. Bagian dari dalam diriku seperti tidak bisa berbohong padanya.“Um.. ceritanya panjang—“ “Ceritakan!” Sekarang dia melihatku dengan mata yang berapi api. Well, sepertinya aku memang tidak bisa berbohong darinya.&
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments