Home / Romansa / Memories / Chapter 7

Share

Chapter 7

Author: Sherra Misaki
last update Last Updated: 2021-09-06 10:24:55

“Kau mau pergi kemana?” Tanya Derald padaku yang tertangkap basah hari itu, membawa tas keluar kelas pada jam pulang sekolah normal, pukul 2 siang. Aku menoleh kebelakang perlahan dan mendapati tatapan malas Derald dengan jari yang mengisyaratkan untuk kembali. Aku kembali melihat kedepan dan menghela napas. Aku benar benar lelah. Setidaknya biarkan aku kembali ke kursi santai dirumah dan membaca novelku untuk sehari saja.

               “Baiklah, kau menang.” Responku pasrah. Mau tak mau, akupun kembali ke kelas.

               “Baguslah jika kau mengerti, karena hingga kita siap untuk medan tempur nanti, kita tidak akan mendapat waktu luang. Persiapkan dirimu, Sofia” Kalimat kemudian diakhiri dengan senyuman manis khas miliknya itu. Sedikit memberiku semangat, tapi aku menganggapnya sebagai ejekan pada anak baru yang buta materi. Aku tidak akan —dan memang tidak ingin― kalah dari Derald. Akan kupastikan dia melongo saat mengetahui kemampuanku yang sebenarnya.

               Aku menghabiskan banyak waktuku untuk belajar lebih dan lebih lagi untuk lomba ini. Seperti di jam istirahat, di sela sela pergantian jam pelajaran, hingga waktu dirumah pun aku terus membaca. Aku benar benar serius dengan perkataanku ingin menyainginya.

               “Hmm, sedang apa kau?”

               Ah, suara itu lagi. Tanpa melihatnya aku mendecak lidahku ditengah waktuku membaca buku. Aku kesal.

               “Derald, berhenti menggangguku. Kau sudah melakukan hal yang sama diwaktu yang sama dengan posisi yang sama selama 3 hari berturut turut. Kita bahkan tidak sekelas.” Dia masih berdiri di pojok mejaku dengan bertumpu dengan kedua tangannnya, hingga akhirnya dia menurunkan tubuh tingginya dan menjajarkan kepalanya untuk menatapku.

               “Mau selama apapun kau membaca buku tebal itu, kau tidak akan bisa mengalahkanku, Sofia.” Katanya santai, aku jadi merasa diremehkan.

               “Haah.. Pergilah, cari orang lain untuk—”

               “Tidak mau.” Sahutnya sebelum aku menyelesaikan kalimatku. Aku hanya menatapnya kesal dan mencoba mengabaikannya.

               “Terserahlah, aku tidak ada waktu untuk meladenimu.”

               Sejenak setelah aku bicara, semuanya terdengar hening. Tidak ada lagi jawaban berisik yang menyahutku. Ketika aku melirik, ternyata Derald sudah tidak disini.

               Tunggu, apa dia benar benar pergi?

               Jadi… dia sudah pergi?

               Apa aku memperlakukannya terlalu kasar? Aku tiba tiba merasa tidak enak.

               Tanpa bergerak sedikitpun dari posisiku, aku melirik sekelilingku untuk memastikan apakah Derald sungguh pergi. Yang kudapati adalah ruang kelas yang masih sepi, hanya ada beberapa orang saja, yang ku deteksi sebagai mereka yang tidak memiliki sirkel pertemanan, aku turut prihatin dan memahami perasaan mereka. Tapi tetap tdak ada sosok Derald. Apa benar aku sudah menyakitinya? Apa kita bermusuhan sekarang? Padahal aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Ah, perrasaan ini benar benar membuatku berpikir berlebihan. Salah satu kelemahanku, overthinking.

               Aku segera menutup bukuku dan bernajak dari tempat duduk. Bergegas keluar untuk mencari Derald. Sampai selangkah keluar pintu kelas, aku hampir dibuat jantungan dengan daun pintu yang tiba tiba bergerak. Beruntung aku tidak menjerit atau berteriak semacamnya. Kemudian muncul sesuatu dari baliknya.

               “Kau mencariku?” Ternyata itu Derald, lagi. Baru saja aku mengkhawatirkannya, tapi nampaknya orang ini masih sehat wal afiat baik lahir dan batin tanpa kurang suatu apapun. Aku menghela nafas sesaat dan tidak bicara untuk menormalkan tubuhku setelah kejutan tadi, Derald melanjutkan kalimatnya tanpa jeda berarti.

               “Ya.. aku sudah tau pasti kau akan mencariku...” Uh, gayanya melipat tangan itu  membuatku sebal. “Apa kau mengkhawatirkanku?” Sekarang dia melempar lirik jahil padaku. Cukup tampan untuk membuatku tertegun, tapi tidak cukup untuk menghilangkan rasa kesalku yang tertuju padanya. Aku menghela nafas sejenak.

               “Kau beruntung aku tidak reflex menampar wajahmu yang menyebalkan itu beberapa detik lalu.”

               “Ahahaha, aku penasaran apakah itu akan terasa sangat manis, hm?” Sekarang seorang Derald mencoba untuk menggodaku. Aku baru mengetahui dia memiliki sisinya yang ini. Sisi yang menyebalkan, tapi sejujurnya… aku tidak terlalu terganggu dengan itu.

               “Berhenti bermain-main, aku akan pergi.” Aku memutar badanku 180 derajat dengan cepat untuk kembali ke tempatku membaca tadi.

               “Tunggu, Sofia...” Sekarang dia menahan tanganku. “Maaf aku tidak bermaksud untuk bermain-main.” Tanpa perintah khusus dari otakku, tubuhku melemaskan otot-ototnya. “Belakangan ini kau tampak sangat sibuk dengan buku-buku itu, kau bahkan jarang terlihat berada dikantin ataupun diluar rumahmu. Apa kau bahkan sempat makan? A-aku agak mencemaskan kondisimu, jadi aku berniat untuk membuatmu sedikit lebih rileks. Maaf aku berlebihan.”

               Ah.. dia menyadarinya.

               Jadi begitu…

               Apa dia memperhatikanku sebagai partnernya? Atau sebagai temannya? Atau,.. Ugh, sial, aku tidak bisa mengontrol emosiku.

               “Tenang saja.” Kataku pelan, aku tidak tau apakah aku sengaja mengatakannya atau hanya tidak sengaja keluar dari pikiranku. Kemudian aku menyadari aku agak sedikit tersenyum. “A-aku bisa menjaga diriku sendiri. Aku juga tetap cukup makan. Jadi kau tidak perlu khawatir.” Aku bicara sambil menunduk karena malu. Derald terdengar terkekeh setelahnya. “Ta-tapi, untuk memikirkanku..” tanpa sadar aku meremas tangannya dalam genggamanku. Aku mencoba sekuat tenaga untuk mengangkat kepala agar perasaanku dapat tersampaikan dengan jelas. “Terima kasih ya, Derald!” akupun tersenyum sambil mengatkannya. Akhirnya aku melakukannya. Menyampaikan perasaan itu, ternyata sangat sulit.

               Aku melihat wajah Derald sekilas setelah aku bicara. Aku melihat matanya agak sedikit terkejut kemudian membuang muka. Dia mengangkat tangan menuju arah wajahnya, tapi aku tidak dapat melihat jelas apa yang dia lakukan. “Ka-kalau begitu, sampai ketemu di tempat biasa nanti, Sofia.” Dia memutar badannya. “Iya, sampai jumpa nanti!” kataku tersenyum, dan Derald pun pergi. Meski aku merasa sesenang ini sekarang, aku bertnaya-tanya apa aku boleh untuk merasa seperti ini?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Memories   Chapter 62 part 2

    “Ooi! Katakan sesuatu!” Suara pukulan yang keras tepat di perutnya bersamaan dengan suaranya yang mencoba untuk menahan muntahan darah untuk keluar dari mulutnya. Wajahnya yang berlumuran darah tiba tiba menyebut namaku. “Lari, S-Sofia…” “Derald!” Aku segera menggerakkan tubuhku dan berlari menuju Derald. Tapi ketiga orang yang berada dibelakangku segera menangkapku. “Sofia— Ugh…!“ Derald mencoba berteriak ketika melihat mereka menangkapku. Meski dia akhirnya dipukuli lagi dan lagi. Aku mencoba untuk memberontak tetapi mereka langsung menahan perger

  • Memories   Chapter 62

    “Bagaimana dengan perjanjiannya?” “Aah. Hanya beberapa jam lagi, ya…” Aku tiba-tiba menghentikan langkahku. “… setelah itu kita bisa membakar tempat ini.” Wah, wah… Sepertinya meninggalkan tempat ini bukan tindakan yang benar untuk sekarang. Apa jangan jangan ini yang aku dan Derald dengar sore tadi sebelum babak kedua dimulai. Aku segera kembali ketempat sebelumnya, merapat ke dinding. “Selain itu, memanfaatkan acara ini sungguh ide yang luar biasa, ketua. Anda memang hebat.&

  • Memories   Chapter 61

    “Kau… sungguh tidak menggunakan parfum?” Aku membalas wajah terkejutnya dengan tatapan bingung. Apa itu sesuatu yang aneh? Aku hanya mengangguk. “Sungguh, kau tidak pernah memakai parfum?” “Uhm.” Aku lagi lagi mengangguk. “Sungguh tidak pernah?” Dia mendekatkan wajahnya.

  • Memories   Chapter 60

    Aku segera beranjak menuju tenda kami yang berada di bawah pohon, tidak sulit untuk menemukannya. Segera aku masuk ke dalam tendaku yang ku tempati berdua dengan Alisa nantinya. Setidaknya aku perlu istirahat dari ini keriuhan ini. Istirahat yang cukup bagi fisik, dan mentalku. Terus berada bersama ditengah orangorang membuatku lelah, secara batin. Aku melepas jas almamater dan rompi rajut serta melonggarkan dasi yang ku gunakan. Hanya meninggalkan kemeja dan rok kotak-kotak, juga membiarkan kaos kaki hitamku tetap berada di tempatnya. Di dalam sini terasa panas, ditambah aku yang baru saja berlari, membuat tubuhku menjadi terasa panas. Aku mulai bisa merasakan keringat menetes satu demi satu dari tubuhku. M

  • Memories   Chapter 59

    “Uughhh..haaah….” Aku meregangkan tubuhku setelah keluar dari area hutan. Babak kedua akhirnya kami lalui dengan lancar. Ternyata tidak semua dari peserta lolos di babak ini. Itu sangat masuk akal jika kau tanya aku. Pasalnya, berbeda dari mengerjakan soal biasa, dengan sistem permainan “Mencari Harta Karun” pada babak ini, kau tidak bisa memilih soal mana yang menurutmu mudah atau yang bisa kau kerjakan terlebih dulu. Semuanya harus selesai denga jawaban yang tepat, atau setidaknya mendekati. Jika kau salah perhitungan, itu akan menyebabkan mu tersesat di dalam hutan itu. Ya, meskipun sudah ada tali pembatas untuk membuat permainan ini tetap aman. “Kau meregangkan tubuhmu seperti wanita tua, Sofia.” 

  • Memories   Chapter 58 (Derald)

    “Kalau begitu, sekarang kita selalu bersama ya, Sofia!” Kataku padanya. Gadis itu kemudian membalas senyumku dengan begitu cerahnya. Aku merasakan sesuatu yang membuatku bergetar ketika melihat itu. “Lalu kau sendiri, kenapa ada di sini?” Dia balik bertanya padaku.Sungguh, aku berfikir untuk tidak mengatakannya. Dia mungkin tidak akan mengerti apa yang aku akan aku ceritakan. Apa sebaiknya aku berbohong? Tapi kebohongan apa yang harus aku katakan. Bagian dari dalam diriku seperti tidak bisa berbohong padanya.“Um.. ceritanya panjang—“ “Ceritakan!” Sekarang dia melihatku dengan mata yang berapi api. Well, sepertinya aku memang tidak bisa berbohong darinya.&

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status