Share

Mencari Sebuah Kebenaran

Author: Pratisara
last update Last Updated: 2023-07-26 19:07:46

Natasha pun bertanya kepada salah satu pegawai WO di ruangan itu. Ia melihat ruangan yang akan menjadi tempat resepsi itu sudah hampir 100 persen siap.

"Mbak, tadi yang nganter saya ke kamar transit pengantin siapa ya?" tanya Natasha dengan sopan.

Salah satu pegawai WO pun langsung menghentikan kegiatannya menata piring. Dia nampak sedang berpikir keras. Natasha berusaha untuk menunggu.

"Oh iya, pegawai baru kami, Mbak. Sepertinya dia..." ujarnya terputus. Dia lalu melihat ke arah pegawai muda yang tengah menata gelas. "Itu, Mbak orangnya." Mantap dia berkata.

Natasha pun mengangguk paham. Dengan gaun milik sahabatnya itu ia menghampiri pegawai perempuan yang tadi ditunjuk.

"Mbak, bisa bicara sebentar?" tanya Natasha dengan sopan.

Pegawai WO yang baru saja dihampiri itu menoleh kaget ke arahnya. Dia sempat mematung sesaat sebelum menjawab, "Baik, Mbak," jawabnya dengan sedikit gugup.

Natasha mengajak pegawai itu untuk duduk di ujung ruang resepsi. Mereka berdua duduk saling berhadapan. Natasha harus mengatur ritme suara dan langkahnya. Dia tak boleh bertindak gegabah. Salah-salah dia melakukan kecerobohan.

"Mbak, kok bisa mengajak saya untuk menikah di sini?" Natasha langsung bertanya ke topik pembicaraan. Rasanya tak sabar apabila harus bertele-tele. Ia harus mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

"Maaf, Mbak. Sesuai arahan dari ketua saya harus mengajak perempuan yang bajunya sesuai dengan komando lewat telepon," ujarnya lirih. Sepertinya pegawai WO itu menyadari ada kesalahan yang dia perbuat.

"Mbak, juga enggak melihat foto atau benda apapun yang dapat memperlihatkan sosok pengantin perempuannya?" tanya Natasha dengan menggebu. Ia seperti melihat seekor tupai yang masuk ke dalam ruangan sempit dan tertutup.

Dengan wajah polosnya, pegawai itu menggeleng. Ia lalu menundukkan wajahnya tanpa melihat ke arah Natasha. "Memangnya kenapa, Mbak bertanya seperti itu?" tanyanya polos. Masih dengan tidak melihat ke arah Natasha.

Natasha menghembuskan napasnya kesal. Ia lalu menatap wajah polos pegawai WO dengan tatapan sendu. Apa yang dilakukannya telah membuat kehebohan. Dan juga menghancurkan kisah romansa dua guru paling famous di kotanya.

"Mbak tahu..." Natasha memulai ucapannya. Dia berbicara dengan lirih. Takut membuat kesalahan jika berbicara keras.

Pegawai WO itu langsung memasang telinga. Mendekatkan wajahnya le arah Natasha.

"Mbak, pengantin perempuannya salah. Seharusnya pengantin perempuannya itu bukan saya. Saya hanya menggunakan baju pengantin milik teman saya. Teman saya takut kekecilan pada saat hari pernikahannya, makanya meminta saya untuk mencobanya," ucap Natasha.

Pegawai WO itu langsung kaget. Bak seperti di sambar petir di siang bolong. Ternyata apa yang telah dilakukannya berujung petaka. Kesalahan kecil yang berakibat fatal untuk selamanya.

Raut wajahnya langsung berubah. Rasanya Natasha dapat melihat pegawai itu tengah tertimpa batu besar di atas kepalanya. Penyesalan yang seolah tidak ada artinya.

Sekonyong-konyong ia lalu berlutut.

Menyesali semua perbuatannya. Natasha dibuat menbeku dengan apa yang seolah terjadi di hadapannya.

"Mbak, maafkan saya. Saya pegawai baru yang lalai. Seharusnya saya melihat foto calon pengantin perempuan ataupun melihat nama dari calon pengantin perempuan. Bukan hanya terpaku pada gaun yang sama," ucapnya penuh sesal.

Penyesalan memang datang terlambat. Tak ada yang dapat dilakukan selain mencoba melewatinya.

Natasha menjadi merasa kasihan terhadap pegawai WO itu, yang notabenenya adalah pegawai baru.

Ada rasa kasihan yang tiba-tiba menggelayuti dirinya. Mau tak mau apa yang sudah terjadi tak dapat diubah lagi. Dia harus menerima apa yang sudah digariskan oleh Tuhan.

"Maafkan atas keteledoran dan kecerobohan yang sudah saya lakukan, Mbak," ucapnya dengan penuh penyesalan.

Natasha tak dapat berucap apapun. Ia ingin menghakimi pegawai WO yang sudah membuat segalanya menjadi seperti ini. Otaknya harus tetap mendingin untuk mencari solusi.

Tetiba otaknya memutar video sebelum kejadian pernikahan yang tak disengaja itu.

"Ca, lo di mana?" tanya sahabatnya di ujung telepon. Sahabat-sahabatnya biasa memanggilnya dengan sebutan 'Caca'

Natasha pun langsung menjawab dengan memutar bola matanya di ujung telepon. "Iya, gue udah mau nyampe ini. Ruang akadnya masih sama kan?" Natasha bertanya balik.

"Iya masih sama. Cepetan lo ke sana ganti baju dan cobain gaun gue. Ntar lo bilang muat enggak tuh gaun," ucapnya tanpa berhenti di ujung telepon. Natasha menjadi jengah. Sahabatnya itu jika mempunyai keinginan memang tidak bisa untuk dicegah.

"Iya, bawel lo." Klik Natasha langsung memutus sambungan telepon begitu selesai berbicara.

Terlalu lama berbicara dengan sahabatnya di ujung telepon bisa membuatnya darah tinggi.

Ponsel lalu di masukkan ke dalam tasnya. Dia bersiap untuk menjalankan perintah dari sahabatnya itu.

Beberapa langkah Natasha berjalan tiba-tiba ada yang mencengkeram lengannya. Tidak terlalu kuat, tapi membuatnya sedikit kaget.

"Mbak, ruangannya di sebelah sana ya," ajak seorang pegawai yang menurut Caca adalah pegawai WO.

Sekejap Natasha hanya terpaku. Apakah sahabatnya menggunakan WO lain? Sebab penampilannya berbeda dari sebelum mereka ke kantor WO.

Dan ruangannya juga berbeda. Bukan di ujung yang tadi akan Natasha lewati. Tapi Natasha tak sedikitpun berpikir aneh ataupun negatif.

Dia hanya menuruti apa yang dikatakan pegawai WO tadi. Sahabatnya akan segera sampai lokasi. Dirinya harus bersiap.

Jika tidak seisi dunia pasti akan dihancurkan sahabatnya.

Jika sudah marah, pemilik bintang Leo itu akan ngamuk laiknya singa. Dan Caca tak mau dibuat repot. Makanya ia hanya menurut saja sejak tadi.

"Namanya siapa, Mbak?" Pegawai itu berkata sopan.

"Anastasya Karina Putri."

Oleng. Natasha hampir terjatuh. Ingatan memori itu membuatnya sedikit pusing. Pegawai WO itu langsung menangkapnya. "Mbak, gapapa?" tanyanya khawatir. Natasha hanya mengangguk pasrah.

***

Natasha tak dapat berbuat banyak. Aji hanya diam setelah acara akad selesai. Dalam perjalanan pun, tak ada pembicaraan di antara keduanya.

Aji mematung di dalam mobil. Matanya sudah membengkak. Penampilannya sudah kacau balau.

Meskipun begitu, Natasha masih dapat melihat aura karismatik yang terpancar dalam dirinya.

"Tahan... Tahan... Jangan diterkam di sini. Masih banyak orang," ucap Natasha di dalam hati. Ia sibuk memandangi wajah sendu dari suami dadakannya itu. Membuatnya semakin bergairah.

Sopir pun mengarahkan mobil memasuki sebuah gerbang yang sekiranya memiliki tinggi hampir dua meter. Natasha masih memandangi halaman rumah yang tidak terlalu lebar itu. Namun, taman itu tertata dengan rapi seolah tiap hari ada yang merawatnya.

"Jangan sentuh taman itu. Kamu boleh memakai atau merawat apa yang ada di rumah ini, karena sekarang kamu sudah menjadi istriku. Tapi jangan pernah sentuh benda kesayangan Ariani." Aji berkata dengan tegas.

Natasha lalu menoleh ke arah suaminya. Ada raut wajah yang tak dapat diungkapkan dengan kata. Dia hanya diam. Pertanda setuju dengan apa yang dikatakan suaminya.

Aji kemudian turun dari mobil. Dia tak menunggu ataupun menanti istrinya.

Bersambung,

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mempelai Wanita yang Tertukar   Menuju Puncak

    Aji melajukan mobilnya menuju sebuah hotel mewah di tengah kota. Malam ini akan ada pertemuan dengan para pejabat di kotanya. Aji akan menjadi salah satu bagiannya.Mengingat hal itu, membuat Aji semakin was-was. Ia sebentar lagi akan menjadi plt kepala dinas pendidikan. Kalimat itu membuat Aji menjadi gugup sendiri.Salah satu jabatan yang penting di kotanya. Ia akan bersanding dengan orang-orang penting kepercayaan Pak Zainal. Menjadi sebuah hal yang sangat baik bagi karirnya.Apalagi ia sudah lama mempersiapkan dirinya. Dan hari ini adalah waktu yang tepat. Makanya Aji tidak mau datang terlambat. Ia harus datang lebih awal.Maka mobilnya segera digas supaya cepat sampai. Coba dilupakannya sesaat apa yang baru saja terjadi. Terutama kelakuan istrinya yang sudah di luar batas. Aji tak ingin masalah pribadinya itu mengganggunya. Apalagi di hari yang sangat penting baginya. Tikus kecil ini seolah mimpinya sudah di depan mata. Aji seolah tak dapat mempercayainya.Aji mengingat bagaiman

  • Mempelai Wanita yang Tertukar   Aku Cemburu

    Kepala Aji menjadi pening. Ia pusing memikirkan kelakuan istrinya yang tega bermain di belakangnya. Ia sangat marah dan kecewa. Perasaannya campur aduk dan tak dapat didefinisikan.Seharusnya Natasha dapat meminta cerai darinya jika ia memiliki pacar. Aji tidak akan mempermasalahkannya. Toh, pernikahannya hanya sebatas di atas kertas saja. Ia pasti akan dengan senang hati apabila menceraikan Natasha.Bukan malah bermain di belakangnya seperti ini. Seolah seperti membalas perbuatannya yang masih sering kencan dengan Ariani. Aji tak dapat memaafkannya."Brengsek sekali perempuan itu. Ia ingin membalas apa yang kulakukan padanya rupanya. Aku akan menceraikannya setelah pulang dari rapat nanti," kata Aji sambil memandang lurus ke jalan.Aji sedang mengantar Ariani pulang ke rumahnya. Semenjak beberapa hari yang lalu, ia sudah rutin mengantar jemput sang kekasih dari sekolah maupun sebaliknya. Aji melakukannya atas ijin dari sang istri.Setidaknya Aji sudah berusaha menjadi suami yang baik

  • Mempelai Wanita yang Tertukar   Situasi Chaos

    Natasha lalu mematikan sambungan telepon. Sambil menunggu kedatangan suaminya. Ia tak mungkin pergi dari lokasi demo. Keadaan sudah chaos di mana-mana.Natasha melihat banyak pendemo yang ingin merangsek masuk. Mereka berusaha memecah barikade aparat di depan gedung itu. Aparat berusaha tetap dalam barisan.Kawat berduri yang dipasang di depan pintu masuk mulai di acak-acak para pendemo. Mereka nampak sangat marah dengan barisan barikade polisi yang seolah seperti paku hidup itu. Upaya mereka hanya sia-sia saja.Natasha masih melihat kekacauan yang sedang terjadi. Rasanya ia sangat ketakutan terjebak di antara situasi rusuh tersebut. Menyesali sikapnya yang memilih jalur sepi. Malah membuat dirinya ketakutan bersama dua muridnya.Kanya masih diam sambil memandangi keadaan yang kacau balau. Sedangkan Dinda sejak tadi memeluk Natasha yang sedang memegangi tisu untuk menghentikan pendarahan. Tak ada yang dapat dilakukan oleh ketiganya. Mereka hanya dapat menanti bantuan datang."Bu, Dind

  • Mempelai Wanita yang Tertukar   Menuju ke Tempat Mencekam

    Natasha baru saja selesai makan siang bersama Pras dan dua muridnya itu. Mereka makan siang ditraktir Pras di sebuah restoran cepat saji.Dinda dan Kanya pun senang dengan apa yang baru saja terjadi. Sehabis menang keduanya malah ditraktir oleh juri yang tadi mengkurasi naskah keduanya."Om, makasih sudah diajak makan siang. Terus kami dibayari juga," ujar Kanya sambil tersenyum. Ia lalu mengambil es krimnya yang diletakkan di atas meja."Iya, Om. Makasih ya, Om," Dinda menambahi. Tangannya masih sibuk memisahkan tulang ayam dari dagingnya.Pras tersenyum dengan apa yang dilakukan dua murid SMP itu. "Iya, sama-sama," ucap Pras.Ia lalu menggosok-gosok puncak kepala Dinda dan Kanya secara bergantian. Senang sekali sudah bertemu dengan dua anak yang menurutnya sangat menarik tersebut."Kalau gitu kalian lanjutin makannya ya. Om ada janji lagi setelah ini," ujar Pras sambil tersenyum ke arah Dinda dan Kanya.Dua murid itu hanya mengangguk dengan ucapan Pras. Mereka lalu sibuk lagi dengan

  • Mempelai Wanita yang Tertukar   Si Perusak Rumah Tangga

    "Bu Nata sama pacarnya ke sini ya?" Dinda langsung bertanya ketika melihat Pras di sebelah gurunya.Pras hanya tertawa sambil menutup mulutnya dengan tangan. Dua anak didik Natasha membuatnya sedikit geli. Namun, ia tak mungkin secara terang-terangan berkata jujur."Enggak dong. Ini temannya, Bu Nata. Kenalin ini Om Pras," kata Natasha menahan semburat merah yang akan muncul di pipinya. Jika tak dapat menahan diri pipinya pasti akan seperti kepoting rebus."Iya, kenalin namaku Pras," ujar Pras sambil mengulurkan tangannya. Ia berusaha untuk tetap profesional di hadapan murid sekolah Natasha itu.Dinda dan Kanya pun mengangguk. Keduanya secara bergantian balik memperkenalkan diri masing-masing. Mereka menyambut uluran tangan Pras. Secara tidak sadar kedua murid Natasha itu langsung akrab dengan Pras.Mereka langsung banyak bercerita kepada lelaki yang usianya sepadanan dengan Natasha tersebut. Sambil sesekali Pras melemparkan candaannya. Hingga membuat dua muridnya itu merasa senang be

  • Mempelai Wanita yang Tertukar   Bukan Pertemuan Biasa

    Tanpa sengaja Natasha menabrak seseorang saat berjalan menghampiri kedua muridnya. Ia berjalan menuju luar pendopo.Dinda dan Kanya baru saja turun usai mengambil hadiah. Mereka akhirnya bisa membawa pulang piala itu ke sekolah. Mengalahkan dominasi sekolah Aji dan Ariana yang bertengger di peringkat kedua.Natasha senang bukan main, kedua anak didiknya berhasil mendapatkan juara pertama pada lomba kepenulisan di pendopo balaikota. Rasanya senang sekali bisa bermanfaat untuk orang lain.Natasha berjalan keluar untuk mencari kedua muridnya. Sebab belakang panggung berada di luar pendopo. Ia harus memutar arah untuk dapat menemukan dua anak didiknya itu.Rasanya ada sedikit rasa bangga di dalam dirinya. Natasha berjalan sambil tersenyum sendiri. Pencapaiannya sudah sangat bagus hari ini. Natasha tanpa sadar berjalan tidak melihat ke kiri ataupun kanan. Sontak hal itu membuatnya menabrak orang lain di hadapannya.Natasha hampir jatuh terjerembab. Namun, ia merasa ada yang menariknya. Se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status