Kiara mereganggang kedua kakinya yang pegal akibat sudah berjalan lumayan jauh. Ia dan Dylan sudah mengunjungi beberapa toko untuk keperluan tambahan sampling mereka.
Udara lumayan terik siang ini. Kiara memilih duduk disekitaran taman dekat sini karna kakinya serasa tidak mampu untuk berjalan lebih jauh lagi.Dylan benar-benar membuatnya susah. Mereka pergi tanpa prepared apapun. Tau seperti ini tidak mungkin ia akan menggunakan heels pada hari ini.“Ini. Minum dulu.”Terulur tangan Dylan dengan sekotak minuman jus berwarna merah.“Jus apel, bukankkah kau suka apel?”Kiara tersentak. Dylan masih ingat hal tentang ini. Bahkan buah kesukaannya pun ia masih ingat.Kiara melihat sedikit peluh keringat di dahi mulus Dylan. Dan laki-laki itu sedikit ngos-ngosan seperti sedang mengatur nafasnya.Apakah lelaki ini pergi tadi untuk mencari minuman ini?Apakah mungkin dia sepeduli itu untuk Kiara?“Terima kasih.” jawab Kiara sembari mengambil minuman jus yang Dylan tawarkan.“Tunggu sebentar ya, Pak Yadi tadi ada keperluan dikantor jadi sekarang dalam perjalanan kembali kesini.”Kiara hanya mengangguk sembari meminum jus yang tadi Dylan bawakan.Tenggorokkannya terasa lega karna memang ia sedikit haus karna lelah berjalan.“Kita sudahi saja sampling hari ini.”Kiara memandang Dylan heran karna jika sesuai data masih ada beberapa tempat yang harus mereka kunjungi lagi.“Kenapa? Bukankkah masih ada beberapa toko lagi yang harus kita kunjungi?”“Biar aku saja nanti yang mengurusnya. Udara Jakarta sedang terik sekali hari ini. Kau juga sudah kelelahan.”Perkataan Dylan kembali membuat hati Kiara terhenyu.Apakah laki-laki ini benar-benar seperhatian itu kepadanya?“Aku tidak selemah itu. Tidak apa-apa, kita lanjutkan saja.” jawab Kiara tegas.“Tidak. Aku tidak ingin kau kesusahan nantinya. Kita dapat melakukannya lain kali.”Kiara melotot memandang Dylan, ia tidak setuju dengan perkataan laki-laki ini. Bagaimana bisa Dylan sekeras kepala ini.Bukankah dia yang begitu semangat untuk melakukan sampling ini tadi.Kiara beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya kearah Dylan.Dia menghentak-hentakkan kedua kakinya dan sesekali berputar di hadapan Dylan.“Kau lihat kan? Aku masih kuat.”“Kau yakin?” tanya Dylan memastikan.“Tentu saja. Aku bahkan-“Perkataan Kiara terhenti karna ketika hendak membalikkan badannya, ia sedikit kehilangan keseimbangan membuat tubuhnya terdorong kedepan.Dengan sigap, Dylan menahan tubuh Kiara dengan kedua tangannya agar gadis itu tidak terjatuh. Sekarang gadis itu berada dalam dekapannya.“Hampir saja.”Kiara menatap Dylan yang berada persis didepannya dengan jarak yang amat dekat. Jantungnya benar-benar berdetak tidak karuan.Ia bahkan khawatir Dylan akan mendengar suara itu. Bagaimana bisa ia seceroboh ini. Disaat seperti ini pula.“Maafkan aku.” lirih Kiara.Kiara buru-buru melepaskan pelukan Dylan dan segera menjauh dari laki-laki itu untuk sesaat.Suasana terlihat agak canggung. Baik Dylan ataupun Kiara benar-benar merasa bahwa mereka sama-sama gugupnya.Kiara berusaha bersikap setenang mungkin tidak ingin bahwa Dylan akan tau kalau tindakan tadi benar-benar membuat hati Kiara kacau tak karuan.“Masih lama ya Pak?”Terdengar suara Dylan sedang berbicara di telfon sekarang. Kiara rasa ia sedang berbicara dengan Pak Yadi.“Baiklah. Kabari saja nanti Pak.”Dylan menutup telfonnya dan berjalan mendekati Kiara.“Sepertinya Pak Yadi akan butuh waktu lama untuk sampai disini karna dia terjebak macet.”Kiara menatap Dylan yang seakan bingung ingin mengutarakan hal lain lagi.“Tidakpapa. Kita tunggu saja.”Kiara bisa melihat raut wajah lega Dylan. Apakah laki-laki ini tadi khawatir karna Kiara akan marah karna hal ini?“Bukannya kau tidak suka jika berada di dekatku untuk waktu lama?” tanya Dylan memastikan.“Memangnya aku punya opsi lain? Apa kau ingin aku pulang sendiri? Bisa saja sih tinggal pesan taksi.” jawab Kiara enteng.“Tidak. Aku tidak mau kau pergi dulu.”“Ayo habiskan waktu bersama lebih lama lagi.”Hati Kiara kembali bergetar ketika melihat senyum itu. Ia tidak tau perasaan aneh apa yang dia rasakan sekarang.Bahagia?Apa mungkin?“Tunggu disini sebentar.”Kiara memandang Dylan bingung. Tetapi pertanyaannya tidak di gubris sama sekali oleh laki-laki itu. Dylan tetap berjalan pergi meninggalkan sendiri.Kiara memandang punggung itu dari kejauhan hingga hilang dari pandangan matanya.Dylan Nalendra.Bagaimana bisa takdir mempertemukan mereka kembali dengan keadaan seperti ini?Kiara bingung harus bersikap seperti apa. Ia bahkan sudah membangun benteng kokoh untuk membangun jarak bagi ia dan Dylan tetapi mengapa laki-laki ini seakan tidak peduli dengan hal ini. Dylan tidak terpengaruh sama sekali.Kiara menghela nafas panjang. Ia bingung harus percaya kata hatinya atau tetap pada pendiriannya.“Pakai ini.”Suara Dylan memecah lamuan Kiara. Laki-laki itu menyodorkan sebuah paper bag besar yang Kiara sangsi akan apa isinya.Melihat Kiara yang tidak bereaksi, Dylan membungkukkan badannya dan dengan segera melepas sepatu heels yang Kiara kenakan.“Kakimu bisa lecet jika berjalan lagi dengan sepatu ini.”Dylan mengganti sepatu tinggi itu dengan sepatu flat berwarna hitam yang ia bawakan tadi.“Syukurlah ukurannya tepat. 39 bukan?”Lagi. Dylan bahkan masih ingat ukuran sepatu Kiara.Kiara tertegun dengan apa yang Dylan lakukan. Laki-laki ini membuatnya speechless dalam sesaat.Ini bukan yang pertama kalinya Dylan menunjukkan kepeduliannya kepada Kiara. Jika Kiara terus menerus diperlakukan seperti ini bukankah Dylan seakan memberikan harapan kepada Kiara?Untuk apa dia melakukan hal ini semua. Ia bahkan tidak perlu repot-repot untuk sepeduli ini dengan Kiara.Kiara takut harapannya akan menyakiti hatinya lagi. Ia tidak boleh termakan dengan semua yang Dylan lakukan.Mereka hanya sebatas partner kerja. Tidak lebih.Kiara harus tau batasan dan harus tau bahwa hati itu tidak akan pernah ia miliki.“Ya Tuhan, Dylan! Ayok ikut kakak dulu.” Lira menarik nafas lega ketika melihat Dylan muncul diruangan tamu milik keluarga mereka. Lira hampir frustasi karna dia tidak dapat menghubungi adiknya itu dari semalam. Lira menyeret Dylan untuk masuk kedalam kamarnya dan menutup pintu itu rapat-rapat. “Kakak butuh penjelasan disini.” Lira menekankan kata itu dengan sangat jelas dan Dylan tahu bahwa kakaknya itu sedang kesal. Tetapi Dylan bisa apa? Dia benar-benar malas untuk pulang kemarin. Moodnya sedang sangat hancur. “Kakak mengharapkan aku bercerita apa? Pasti papa sudah menceritakan semuanya.” timpal Dylan dengan malas. “Hei. Sejak kapan kakak lebih mempercayai papa daripada adik kesayangan kakak ini?” Lira duduk disebelah adiknya itu dan menyadari bahwa Dylan masih terlihat kesal. Lira tahu bahwa dia tidak akan dapat membantu banyak mendamaikan papa dan Dylan karna watak mereka yang sama-sama keras. Dylan adalah perwujudan papa persis. “Apakah keputusan untuk keluar dan melepas
Kiara terkejut ketika bibir manis Dylan langsung melumat habis bibir mungilnya. Tangan kekar laki-laki itu melingkar di pinggangnya dan menariknya semakin mendekat ke pelukan Dylan. Dylan seakan mengunci Kiara untuk tidak menjauh. Sensasi aneh dan mendebarkan memacu jantung Kiara berdetak tak karuan. Demi tuhan tubuhnya serasa panas dingin menerima serangan dan sentuhan Dylan disetiap incihnya. Laki-laki itu melakukan semuanya dengan sangat perlahan membiarkan Kiara merasakan setiap hal yang ia lakukan adalah tulus. Dylan menarik tengkuk Kiara mendekat dan kembali mencium bibir itu tak berhenti. Tetapi Kiara menikmatinya, mata gadis itu terpejam dan mengikuti setiap gerakan yang Dylan berikan. Dring~~~~ Mereka berdua terkejut ketika handphone Dylan kembali berdering dan menampilkan nama Lira di display handphonenya. Karna nada dering itupun mereka berdua langsung berhenti dan tersadar bahwa keadaan tadi hampir diluar kendali. Pipi Kiara merah padam dan rambutnya sedikit acak-acak
Kiara terkejut bukan main mendengar perkataan Dylan. Memutuskan keluar dari perusahaan? Ini sepertinya tidak sesederhana yang Kiara pikirkan.“Apa harus dengan langkah itu? Tidakkah dibicarakan lebih dulu?” bujuk Kiara sambil terus menggenggam tangan kekasihnya itu.Dylan tersenyum getir mendengar perkataan Kiara. Andai saja watak papa tidak keras mungkin saja hal seperti ini bisa dibicarakan dengan baik-baik.“Aku dan papa sudah tidak sejalan. Kami tidak berada pada satu visi dan misi. Ini juga susah untukku tetapi memaksakannya akan lebih sulit.”Dylan tertunduk lesu setelah mengatakan hal itu. Sebenarnya hatinya terasa sangat sakit untuk mengambil langkah ini semua. Menentang papanya bukan hal yang membuatnya senang tetapi campur tangan papa dalam urusan perusahaan takutnya akan lebih menyulitkan Kiara kedepannya. Dan Dylan tidak ingin hal itu terjadi tetapi dia tidak mungkin mengatakan hal ini ke Kiara.“Impianku dari dulu juga membangun perusahan dibidang investasi dengan dasar
Kiara berjalan pelan-pelan agar tidak menimbulkan suara yang mencolok. Sinar matahari pagi terlihat diseluruh ruangan dan membuat ruangan TV Kiara dipenuhi sinarnya. Kiara berniat menutupi sedikit gorden untuk membatasi akses masuknya cahaya itu. Kiara takut Dylan terbangun karna silaunya cahaya matahari pagi.Kekasihnya itu sedang tertidur dengan pulas disofa panjang abu milik Kiara. Dylan terlihat sangat lelah dan sedang kacau hingga Kiara memintanya untuk menginap saja karna waktu juga sudah sangat larut malam untuk Dylan pulang. “Nah seperti ini lebih baik.”Kiara menutup sebagian gorden tadi dan membuat cahaya silau tidak terlalu mendominasi. Ia berjalan kearah dapurnya untuk memasak sarapan mereka berdua.Kiara bernafas lega karna masih terdapat bahan makanan yang dapat dia masak untuk sarapan. Karna seingat Kiara sudah lama sekali dia tidak belanja bulanan. Kegiatan kantor akhir-akhir ini benar-benar menyita waktunya.Kiara ingin membuat sandwich dan susu cokelat untuk sarapan
Kiara mengambil hairdryer diatas meja dan mulai mengeringkan rambutnya. Segar sekali rasanya setelah penat seharian mengurus semua hal tentang dokumen yang harus diserahkan segera ke PT Admir.Hari ini benar-benar sangat padat dan membuat badannya terasa sedikit lelah. Tetapi semua rasa lelah ini terbayar dengan sempurna. Perusahaannya mampu memenangkan untuk investasi kali ini.TINGBel apartemennya berbunyi menandakan adanya tamu yang datang. Kiara melirik jam yang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Siapa tamu tidak diundang yang datang sangat larut seperti ini.Kiara keluar dari kamarnya dengan malas tetapi tidak mungkin membiarkan bel itu berbunyi terus menerus. Akhirnya ia membuka pintu apartementnya dan terkejut melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.“Dylan?”“Aku mengganggumu ya?”Walau Kiara merasa waktu ini sudah termasuk larut malam untuk bertamu tetapi hatinya merasakan bahwa Dylan tidak mungkin datang selarut ini jika tidak ada hal yang terjadi.“Tidak kok. Ayo masuk
“Papa memilih membuang anak kandung sendiri demi anak yang bahkan baru papa temui sekali saja.”Suara Mira bergetar mengatakan hal itu. Rasanya sangat sakit untuk mengungkapkan semua perasaanya saat ini. Hatinya sangat kalut. Emosi yang dia pendam benar-benar seperti akan meledak.“Papa tidak ingin membahas ini lagi, lebih-““Karna wanita itu keluarga kita hancur! Hancur!”Mira berteriak histeris tanpa memperdulikan keaadan sekitarnya. Dia tidak peduli jika seluruh orang dikantor ini mendengar teriakannya. Dia hanya ingin meluapkan semuanya sekarang.“Mira kau sudah berlebihan. Ini tidak ada hubunganya dengan mereka!”“Papa masih saja membela mereka? Papa kira aku masih anak kecil yang dapat papa bodohi, hah?!”“Mira, diam!”Laki-laki itu sudah bangkit dari tempat duduknya dan mukanya merah padam. Tampak jelas jika dia marah besar. Tetapi hal itu tidak membuat Mira gentar sedikitpun.“Apa yang tidak papa berikan untuk semua kemauan dan kesenanganmu? Kau bisa bersenang-senang dan hidup
Gemuruh suara tepuk tangan langsung mengisi ruangan rapat ketika Kiara selesai memaparkan presentasinya. Terlihat Pak Wahyu begitu bangga dengan apa yang telah Kiara sampaikan barusan.Kiara merasakan seluruh beban yang ia pikul tadi terasa sedikit berkurang. Jantungnya luar biasa deg-degan karna ia tidak ingin membuat kesalahan sekecil apapun untuk meeting kali ini. Kiara sudah terbiasa tampil seperti ini tetapi untuk kali ini suasananya terasa sangat berbeda.“Well done, Kiara.”Pak Wahyu menepuk pundah Kiara dengan bangga ketika Kiara dipersilahkan untuk duduk disampingnya.“Saya tadi sempat kagum beberapa saat, Kiara menampilkan semua yang menjadi pertanyaan saya.”Perkataan Radeva membuat Kiara merasa sedikit terpuji. Bagaimana tidak, Radeva lah penentu keberhasilan meeting kali ini.“Dengan adanya meeting ini saya kembali yakin bahwa SkyLine memang layak diikutsertakan pada investasi kali ini. Selamat Kiara, kau berhasil meyakinkanku.”Kiara terdiam mematung sesaat. Perkataan Ra
Dylan melirik Kiara yang sedari tadi masih sibuk dengan tab di depannya. Dylan tahu bahwa Kiara sedang berjuang penuh untuk investasi kali ini. Dan dia ingin berperan penting untuk menolong Kiara walau Dylan tahu bahwa ini akan berkonsekuensi tinggi untuknya. Tetapi Dylan mencoba menepis perasaan itu sekrang karna Kiara lah prioritasnya saat ini.“Ini menunya pak.” Seorang waiters menyerahkan sebuah tabel menu dan meninggalkan Dylan dan Kiara untuk memilih terlebih dahulu.Dylan yang melihat Kiara masih berkutat dengan tabnya, memilih untuk langsung memilihkan menu makan malam mereka kali ini. Rasanya akan sangat mengganggu konsentrasi Kiara jika harus menanyakan tentang hal apa yang akan dipesan.Dylan memanggil waiters itu kembali untuk mencatatkan apa saja yang akan mereka pesan untuk kali ini.“Akhirnya! Done.” teriak Kiara senang.“Hebat sekali pacarku.”Dylan mengacak rambut Kiara gemes dan sukses membuat pipi Kiara kembali merona. Tindakan kecil Dylan sungguh mampu selalu memb
Kiara mencatat point-point penting dari Pak Wahyu yang akan mereka sampaikan nanti saat meeting dengan Radeva.Radeva telah mengundang Pak Wahyu dan Kiara untuk berbicara lebih lanjut tentang impact apa yang akan perusahan SkyLine berikan jika ikut andil kedalam investasi kali ini.“Talent yang kita telah siapkan sudah sejauh mana perkembangannya?”“Mereka telah memasuki tahap final untuk uji hasil Pak Wahyu, semoga hasil yang didapatkan akan sesuai ekspektasi kita.”“Semoga saja, karna ini adalah penentu keberhasilan kita untuk membujuk PT Admire bekerja sama.”“Noted Pak. Akan saya follow up terus dan beritau perkembangannya ke bapak.”“Terima kasih banyak Kiara untuk tidak menyerah.”“Sama-sama Pak, terima kasih juga untuk selalu mempercayai saya.”Kiara merasa sangat lega karna Pak Wahyu sudah memberikan respon yang positif atas kinerjanya kemarin. Kiara sempat merasa sangat bersalah karna hampir saja gagal dan mengecewakan beliau.****“Ratih tolong saya untuk memberikan hasil ev