Share

Bab 7 : Apa mungkin?

Kiara mereganggang kedua kakinya yang pegal akibat sudah berjalan lumayan jauh. Ia dan Dylan sudah mengunjungi beberapa toko untuk keperluan tambahan sampling mereka.

Udara lumayan terik siang ini. Kiara memilih duduk disekitaran taman dekat sini karna kakinya serasa tidak mampu untuk berjalan lebih jauh lagi.

Dylan benar-benar membuatnya susah. Mereka pergi tanpa prepared apapun. Tau seperti ini tidak mungkin ia akan menggunakan heels pada hari ini.

“Ini. Minum dulu.”

Terulur tangan Dylan dengan sekotak minuman jus berwarna merah.

“Jus apel, bukankkah kau suka apel?”

Kiara tersentak. Dylan masih ingat hal tentang ini. Bahkan buah kesukaannya pun ia masih ingat.

Kiara melihat sedikit peluh keringat di dahi mulus Dylan. Dan laki-laki itu sedikit ngos-ngosan seperti sedang mengatur nafasnya.

Apakah lelaki ini pergi tadi untuk mencari minuman ini?

Apakah mungkin dia sepeduli itu untuk Kiara?

“Terima kasih.” jawab Kiara sembari mengambil minuman jus yang Dylan tawarkan.

“Tunggu sebentar ya, Pak Yadi tadi ada keperluan dikantor jadi sekarang dalam perjalanan kembali kesini.”

Kiara hanya mengangguk sembari meminum jus yang tadi Dylan bawakan.

Tenggorokkannya terasa lega karna memang ia sedikit haus karna lelah berjalan.

“Kita sudahi saja sampling hari ini.”

Kiara memandang Dylan heran karna jika sesuai data masih ada beberapa tempat yang harus mereka kunjungi lagi.

“Kenapa? Bukankkah masih ada beberapa toko lagi yang harus kita kunjungi?”

“Biar aku saja nanti yang mengurusnya. Udara Jakarta sedang terik sekali hari ini. Kau juga sudah kelelahan.”

Perkataan Dylan kembali membuat hati Kiara terhenyu.

Apakah laki-laki ini benar-benar seperhatian itu kepadanya?

“Aku tidak selemah itu. Tidak apa-apa, kita lanjutkan saja.” jawab Kiara tegas.

“Tidak. Aku tidak ingin kau kesusahan nantinya. Kita dapat melakukannya lain kali.”

Kiara melotot memandang Dylan, ia tidak setuju dengan perkataan laki-laki ini. Bagaimana bisa Dylan sekeras kepala ini.

Bukankah dia yang begitu semangat untuk melakukan sampling ini tadi.

Kiara beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya kearah Dylan.

Dia menghentak-hentakkan kedua kakinya dan sesekali berputar di hadapan Dylan.

“Kau lihat kan? Aku masih kuat.”

“Kau yakin?” tanya Dylan memastikan.

“Tentu saja. Aku bahkan-“

Perkataan Kiara terhenti karna ketika hendak membalikkan badannya, ia sedikit kehilangan keseimbangan membuat tubuhnya terdorong kedepan.

Dengan sigap, Dylan menahan tubuh Kiara dengan kedua tangannya agar gadis itu tidak terjatuh. Sekarang gadis itu berada dalam dekapannya.

“Hampir saja.”

Kiara menatap Dylan yang berada persis didepannya dengan jarak yang amat dekat. Jantungnya benar-benar berdetak tidak karuan.

Ia bahkan khawatir Dylan akan mendengar suara itu. Bagaimana bisa ia seceroboh ini. Disaat seperti ini pula.

“Maafkan aku.” lirih Kiara.

Kiara buru-buru melepaskan pelukan Dylan dan segera menjauh dari laki-laki itu untuk sesaat.

Suasana terlihat agak canggung. Baik Dylan ataupun Kiara benar-benar merasa bahwa mereka sama-sama gugupnya.

Kiara berusaha bersikap setenang mungkin tidak ingin bahwa Dylan akan tau kalau tindakan tadi benar-benar membuat hati Kiara kacau tak karuan.

“Masih lama ya Pak?”

Terdengar suara Dylan sedang berbicara di telfon sekarang. Kiara rasa ia sedang berbicara dengan Pak Yadi.

“Baiklah. Kabari saja nanti Pak.”

Dylan menutup telfonnya dan berjalan mendekati Kiara.

“Sepertinya Pak Yadi akan butuh waktu lama untuk sampai disini karna dia terjebak macet.”

Kiara menatap Dylan yang seakan bingung ingin mengutarakan hal lain lagi.

“Tidakpapa. Kita tunggu saja.”

Kiara bisa melihat raut wajah lega Dylan. Apakah laki-laki ini tadi khawatir karna Kiara akan marah karna hal ini?

“Bukannya kau tidak suka jika berada di dekatku untuk waktu lama?” tanya Dylan memastikan.

“Memangnya aku punya opsi lain? Apa kau ingin aku pulang sendiri? Bisa saja sih tinggal pesan taksi.” jawab Kiara enteng.

“Tidak. Aku tidak mau kau pergi dulu.”

“Ayo habiskan waktu bersama lebih lama lagi.”

Hati Kiara kembali bergetar ketika melihat senyum itu. Ia tidak tau perasaan aneh apa yang dia rasakan sekarang.

Bahagia?

Apa mungkin?

“Tunggu disini sebentar.”

Kiara memandang Dylan bingung. Tetapi pertanyaannya tidak di gubris sama sekali oleh laki-laki itu. Dylan tetap berjalan pergi meninggalkan sendiri.

Kiara memandang punggung itu dari kejauhan hingga hilang dari pandangan matanya.

Dylan Nalendra.

Bagaimana bisa takdir mempertemukan mereka kembali dengan keadaan seperti ini?

Kiara bingung harus bersikap seperti apa. Ia bahkan sudah membangun benteng kokoh untuk membangun jarak bagi ia dan Dylan tetapi mengapa laki-laki ini seakan tidak peduli dengan hal ini. Dylan tidak terpengaruh sama sekali.

Kiara menghela nafas panjang. Ia bingung harus percaya kata hatinya atau tetap pada pendiriannya.

“Pakai ini.”

Suara Dylan memecah lamuan Kiara. Laki-laki itu menyodorkan sebuah paper bag besar yang Kiara sangsi akan apa isinya.

Melihat Kiara yang tidak bereaksi, Dylan membungkukkan badannya dan dengan segera melepas sepatu heels yang Kiara kenakan.

“Kakimu bisa lecet jika berjalan lagi dengan sepatu ini.”

Dylan mengganti sepatu tinggi itu dengan sepatu flat berwarna hitam yang ia bawakan tadi.

“Syukurlah ukurannya tepat. 39 bukan?”

Lagi. Dylan bahkan masih ingat ukuran sepatu Kiara.

Kiara tertegun dengan apa yang Dylan lakukan. Laki-laki ini membuatnya speechless dalam sesaat.

Ini bukan yang pertama kalinya Dylan menunjukkan kepeduliannya kepada Kiara. Jika Kiara terus menerus diperlakukan seperti ini bukankah Dylan seakan memberikan harapan kepada Kiara?

Untuk apa dia melakukan hal ini semua. Ia bahkan tidak perlu repot-repot untuk sepeduli ini dengan Kiara.

Kiara takut harapannya akan menyakiti hatinya lagi. Ia tidak boleh termakan dengan semua yang Dylan lakukan.

Mereka hanya sebatas partner kerja. Tidak lebih.

Kiara harus tau batasan dan harus tau bahwa hati itu tidak akan pernah ia miliki.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nanda Utami
wah bab baru ... ditunggu update selanjutnya thor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status