Share

22. Dihempaskan Keras

Keesokan harinya, sikap Arzen kembali seperti biasa. Sikapnya yang hangat semalam sirna. Dia menjelma menjadi pria yang kaku dan dingin lagi. Namun, aku dibuat terkejut saat tiba-tiba Arsy bertandang ke rumah.

"Kak Arzen nyuruh aku buat ajak jalan-jalan sama kamu, Mbak," tuturnya ceria. Gadis itu masih mengenakan seragam sekolah. "Katanya biar kamu gak bosen di rumah terus."

"Benarkah?" Aku takjub mendengarnya. Tidak menyangka jika Arzen akan memberikan perhatian.

"Hu'um. Makanya sekarang Mbak Nafia ingin pergi ke mana? Aku temenin."

"Kebetulan isi kulkas mau kosong, bagaimana kalo kita belanja bulanan?"

"Boleh." Arsy mengangguk setuju, "yodah buruan telpon Bang Diaz buat anter kita."

"Kok Diaz? Dia kan harus dampingi Mas Arzen. Kita naik taksi saja."

"Gak suka ah!" Arsy menolak langsung, "aku maunya disopirin Bang Diaz," pintanya setengah mengancam.

Tidak mau membuat Arsy kecewa, aku menurut. Kuhubungi nomor Diaz. Beruntung pemuda itu dengan senang hati menyanggupi.

Arsy berseru se
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status