Share

62. Nasihat-nasihat

Arzen akan menginap di sini," kata Bapak Aminuddin tenang.

"Tapi, Pak." Aku menyela tidak rela.

"Kasihan jika suamimu harus tidur di luar."

Tanpa menunggu jawabanku, Bapak Aminuddin berlalu.

"Zennnn, kamu ...."

Hachiii!

Aku mendesah. Ingin rasanya berteriak, tapi kutahan. Walaupun Bapak Ibu sudah menganggap layaknya anak kandung, tetap saja aku harus bersikap sopan.

Dengan menahan gondok, kubuka pintu lebar-lebar.

"Makasih." Arzen mengulum senyum.

Lelaki itu memasuki kamar. Matanya menatap sekeliling. Aku sendiri berjalan tenang menuju lemari. Kuraih sebuah selimut.

"Ini udah ada selimut lho, Naf. Ha-hachiii." Arzen memberi tahu disertai bersin.

Aku tidak membalas. Kini bantal pada ranjang pun aku ambil. Arzen mengernyit bingung karenanya.

"Lho ... kamu mau tidur di mana?" tegur Arzen begitu melihatku keluar kamar. Beberapa kali dia menggosok hidungnya yang merah. Bersinnya pun masih kerap menyerang.

"Aku tidur di sofa ruang keluarga saja," balasku kalem. "Biar kamu yang tidur di kama
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status