Share

28. Perang Dingin

"Aku mencintaimu kamu, Naf. Walau kamu tidak mencintaiku," ucap Diaz yakin.

"Diaz?" Suara berat itu membuatku dan Diaz sontak menoleh. Arzen datang dengan tatapan aneh. "Kamu lagi ngapain?" tanya Arzen sambil menatap jemariku yang digenggam oleh Diaz.

Refleks kulepas genggaman tangan Diaz.

Diaz tampak gugup. Namun, dia cepat menguasai diri. "Ini baru selesai bebat kakinya Nafia biar gak bengkak."

Arzen bergeming. Sepertinya dia tidak puas dengan jawaban Diaz. Namun, dia memilih diam.

"Katanya mo beli makanan, kok udah pulang?" Kini Diaz yang bertanya. Dia merapikan semua alat yang dibawanya tadi.

"Hape aku ketinggalan." Arzen membalas pelan, "udah deh kamu aja yang beli makanan," suruh Arzen seraya melempar kunci mobil pada Diaz.

Diaz sigap menangkap. Menyimpan kunci tersebut pada saku celana. Setelah itu dia berlalu sambil membawa baskom. Tidak lama terdengar suara mesin mobil menyala.

"Kayaknya kamu dekat banget sama Diaz," ujar Arzen setelah membenamkan punggungnya pada sofa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status