Share

31. Kesepakatan

"Aku maunya kamu pulang saja."

Jleb!

"Kenapa, Mas?" tanyaku sedih.

"Aku gak bisa konsentrasi kerja kalo ada kamu."

"Konsentrasimu memang sudah pecah sejak ketemu Aliya tadi pagi."

"Nafia!"

"Aku pikir percintaan panas semalam kita adalah pembuktian bahwa kamu sudah melupakan Aliya. Ternyata aku salah," tuturku sendu. "Aku sudah terlalu berharap banyak tentang semalam, Mas." Dengan mata yang berkaca-kaca aku menatapnya.

"Bukankah sudah kubilang, jangan ada cinta di antara kita," balas Arzen tidak peduli.

"Baiklah kalo begitu." Aku balas menatap Arzen lekat, "jangan pernah menyalahkan apalagi cemburu, jika aku dekat dengan pria lain," pintaku serius.

Arzen tidak langsung membalas. Lelaki berahang tegas itu menatapku lekat. "Maksud kamu apa?"

Aku membasahi bibir yang kering ini dengan lidah. "Aku lelah. Aku sudah cukup capek berjuang sendiri menjalankan biduk rumah tangga ini."

"Gak ada yang menyuruh kamu melakukan hal itu, Naf." Arzen menyela dengan entengnya. "Seperti yang kamu tahu, ha
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status