Share

30. Aku Hanya Memiliki Raganya

"Apakah aku boleh ikut membesuk Aliya juga?" tanyaku serius.

Sontak baik Arzen maupun Diaz menatapku heran.

"Kita mau nengokin orang sakit, Naf. Bukan untuk main-main," balas Arzen yang menjadi pertanda jika dia keberatan.

"Yang bilang main-main juga siapa, Mas?" Aku memutar balikan perkataannya dengan tenang, "aku hanya ingin mengenal Aliya. Sepupu Diaz yang sekaligus mantanmu. Apakah itu gak boleh?"

"Boleh, tapi mau ngapain di sana?" Arzen bersikeras tidak berkenan.

"Sorry, Zen, ini ibu dari tadi berisik banget buat nyuruh aku ke sana." Diaz menginterupsi, "kalo kalian masih asyik debat, aku pergi sendiri aja."

"Yodah pergi sekarang!" Arzen menyanggupi.

"Nafia bagaimana?"

Ada rasa terharu saat Diaz menanyakan itu. Selalu saja lelaki itu memikirkan keadaanku.

Arzen melirikku sejenak, "terserahlah," ujarnya pasrah.

Aku tersenyum. "Aku ambil tas sebentar."

Tergopoh aku menuju kamar. Memilih cepat pakaian rapi untuk mengganti baju rumahan ini. Setelah memberikan sentuhan tipis pada waja
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status