Share

Makan Malam Penuh Ketegangan

Author: Erna Azura
last update Last Updated: 2025-11-03 22:04:16

Rumah kolonial menteng itu berdiri dalam cahaya lampu kuning hangat, jendela tinggi, batu putih, pilar kokoh.

Bukan megah yang ingin dipuji—melainkan megah yang memaksa hormat.

Reyhan turun lebih dulu, lalu membuka pintu untuk istrinya.

Keinarra melangkah gontai dan setiap langkah turun dari mobil seperti mengetuk udara—membelah sunyi halaman rumah keluarga Ridwan Mahendra.

Reyhan tidak memberikan tangan—dia menunggu Keinarra mengambilnya.

Keinarra membenarkan scarf hitam lembut di bahunya, menarik napas.

Lalu menyambut genggaman itu.

Warm. Stabil. Tepat.

Pintu besar terbuka bahkan sebelum mereka sampai.

Pelayan menunduk.

Dan dari kejauhan, ruang tamu telah dipenuhi keluarga besar—gaun satin, rambut disanggul, jas mahal, perhiasan mewah.

Semua kepala menoleh.

Sunyi.

Dan Keinarra merasakan pandangan itu—

bukan sekadar menilai pakaian atau kecantikan.

Tapi membaca jiwa. Jantungnya mulai berdetak tidak karuan, nafasnya pendek-pendek, wajahnya pucat,

Reyhan meremas lembut
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Kalah Telak

    Arya menatap Reyhan.“Jadi… cinta karena Award… Kamu jatuh cinta karena kecerdasannya?”Reyhan tersenyum, tidak membenarkan juga tidak menyangkal karena sesungguhnya Nadya dan Darmawan tahu niat awal Reyhan memperistri Keinarra.Alvaro ikut bersuara—lebih blak-blakan.“Yang ini jauh lebih elegan dari… yah, masa lalu keluarga yang kita semua tahu.” Matanya melirik Nadya.Nadya meremas napkin di pangkuannya.Mulutnya melengkung sinis.“Elegan? Elegan dari mana? Karena dia banyak diam? Diam juga bisa jadi kepura-puraan, bisa jadi dia hanya pintar main peran.”Kalimat itu halus dan mengandung racun.Suasana membeku.Reyhan hendak bicara—namun Keinarra menatapnya sekilas memberi sinyal biarkan aku.Senyum manis Keinarra berikan untuk Nadya.Suaranya pelan, sedingin es.“Benar, Bu. Diam bisa bentuk dari kepura-puraan.”Tatapan masih terpaku pada Nadya—lurus, lembut dan menusuk.“Tapi… kadang diam juga tanda seseorang tidak perlu menjelaskan apa pun pada dunia. Karena kebenara

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Makan Malam Penuh Ketegangan

    Rumah kolonial menteng itu berdiri dalam cahaya lampu kuning hangat, jendela tinggi, batu putih, pilar kokoh.Bukan megah yang ingin dipuji—melainkan megah yang memaksa hormat.Reyhan turun lebih dulu, lalu membuka pintu untuk istrinya.Keinarra melangkah gontai dan setiap langkah turun dari mobil seperti mengetuk udara—membelah sunyi halaman rumah keluarga Ridwan Mahendra.Reyhan tidak memberikan tangan—dia menunggu Keinarra mengambilnya.Keinarra membenarkan scarf hitam lembut di bahunya, menarik napas.Lalu menyambut genggaman itu.Warm. Stabil. Tepat.Pintu besar terbuka bahkan sebelum mereka sampai.Pelayan menunduk.Dan dari kejauhan, ruang tamu telah dipenuhi keluarga besar—gaun satin, rambut disanggul, jas mahal, perhiasan mewah.Semua kepala menoleh.Sunyi.Dan Keinarra merasakan pandangan itu—bukan sekadar menilai pakaian atau kecantikan.Tapi membaca jiwa. Jantungnya mulai berdetak tidak karuan, nafasnya pendek-pendek, wajahnya pucat, Reyhan meremas lembut

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Menguatkan Mental

    Di Menteng, rumah besar keluarga Mahendra berubah seperti ruang rias teater perang.Nadya duduk di depan cermin rias, gaun nude gold bertabur manik-manik terhampar di ranjang. Dua makeup artist bekerja seperti ahli bedah; satu menghaluskan garis marah di ujung mata, satu lagi merapikan rambut yang terlalu rapi untuk disebut santai.“Jangan terlalu pucat. Aku tidak mau kelihatan capek,” perintah Nadya.“Siap, Bu,” jawab MUA.“Berita yang itu sudah benar-benar hilang dari peredaran?” Nadya menatap bayangannya—cantik, dingin.“Asal kamu tidak … memancing,” sela Darmawan dari ambang pintu, suaranya lelah. “Jangan buat adegan. Adikku ingin makan malam keluarga. Titik.”Nadya berdiri, memutar—gaun mengkilap dalam bayang lampu. “Kalau perempuan itu datang—”“Dia akan datang,” potong Darmawan datar. “Sebagai istri Reyhan.”Nadya menegang. Sekon berikutnya bibirnya tersenyum—senyum rapuh yang disalut racun. “Kalau begitu, aku akan menyambut … keluarga barumu.”“Jaga mulutmu, Nadya. Di

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Persiapan Makan Malam

    Suara scanner ID card berbunyi singkat ketika Keinarra menempelkan kartunya di gerbang lantai 51. Ia berjalan melewati lorong kaca yang memantulkan siluetnya.Outfit yang dia kenakan hari ini adalah blouse satin krem, celana lurus warna arang, kitten heels hitam. Raut wajahnya tampak tenang—atau tepatnya, dipaksa tenang.“Pagi, Kei.”Naya sudah nongol di kubikel, membawa tumbler dan senyum yang terlalu cerah untuk hari yang masih panjang.“Pagi,” balas Keinarra, meletakkan tas, menyalakan laptop. Notifikasi calendar menuntunnya: Helios Checkpoint – 09.30, War Room A.Adrian melintas, rapi seperti biasa. “Pagi, Keinarra.”Nada suaranya terlalu sopan untuk sekadar sapa; vibra “aku-nggak-mau-kena-semprot-Presdir-lagi” merayap di sela huruf-hurufnya.“Pagi, Pak,” balas Keinarra.Naya menyender di sekat kubikel, berbisik. “Kok pak Adrian polite mode banget ya? Biasanya ‘kan langsung brief mepet.”Keinarra menahan senyum. “Mungkin lagi puasa emosi.”Mereka tertawa kecil. Namun di

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Perlahan tapi Pasti

    Keinarra berdiri di depan cermin kamar mandi, mengeringkan rambut dengan handuk sambil menghela napas panjang. Matanya masih sedikit bengkak, tapi kulitnya memerah karena mandi air hangat—tanda dia berusaha memulihkan mood-nya. Begitu pintu kamar mandi terbuka, aroma sabun mawar dan udara lembap ikut keluar bersamanya. Pandangan Keinarra menangkap sosok Reyhan yang duduk di sofa dekat tempat tidur, kancing teratas sudah terlepas, kemeja putihnya sedikit kusut—tapi dia masih tampak seperti CEO di majalah bisnis. Sayangnya, mood Keinarra masih level PMS x dendam x kecewa. Dan sialnya, Reyhan malah senyum kecil ketika melihatnya. Keinarra mendecak. “Mas, kenapa masih di sini? Harusnya Mas pulang.” Reyhan mengangkat alis. “Kenapa? Pulang ke mana?” Pertanyaan itu menyebalkan sekali. “Soalnya ganggu perasaanku. Aku belum selesai marah … sana pulang ke Penthouse Mas.” Reyhan menahan tawa. “Ya udah marah aja, aku liatin.” Keinarra mendengkus sebal, dia masuk ke dalam walk i

  • Menantu Bayangan : Istri Simpanan Pewaris Tersembunyi   Selalu Salah

    Keinarra menoleh ke belakang, Reyhan berjalan santai mengikutinya padahal langkah dia sudah cepat dan kewalahan tapi pria itu tampak tenang bahkan bisa memberikan senyumnya.“Mau sampai kapan kamu ngikutin aku naik MRT?” tanya Keinarra ketus tanpa melihat ke belakang.“Sampai kamu mau ikut aku pulang naik mobil.” Reyhan menjawab.Jam pulang kerja cukup padat dan Reyhan menjadi pelindung Keinarra dari belakang, layaknya bodyguard tanpa ada satu pun penumpang yang tahu kalau pria bertubuh atletis dengan kemeja putih di gulung hingga lengan dan celana kain hitam itu adalah Presiden Direktur MHN Grup.Saat kereta datang, semua bersiap mengambil ancang-ancang dan saling dorong begitu pintu lift terbuka.Dengan sigap, Reyhan melingkarkan kedua tangan di tubuh Keinarra dari belakang.Keinarra yang risih pun tidak menolak.Setelah itu Reyhan menggenggam tangan Keinarra, menuntunnya melewati setiap gerbong, mencari tempat duduk tapi tidak mereka temukan.Terpaksa keduanya harus berdir

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status