Share

Menantu Bodoh
Menantu Bodoh
Author: Felya Puspita

Bab 1

Author: Felya Puspita
“Sayang, kamu hebat sekali. Aku nggak tahan lagi, pelan-pelan… pelan-pelan… ah… aku sudah hampir remuk….”

Aku diam-diam berdiri di depan pintu, mendengarkan suara panas putri dan menantuku yang sedang berhubungan. Tubuhku langsung terasa panas dan tak nyaman.

Karena tak dapat menahan diri, aku pun merapatkan kedua kakiku dan tanganku bergerak ke bagian payudaraku yang montok….

Namaku Susan, berusia empat puluh dua tahun.

Sejak suamiku meninggal, aku pun tak menikah lagi. Kesepian secara fisik dan batin membuatku merasakan sepi yang menusuk setiap malam. Di lubuk hati, aku sangat merindukan sosok pria kekar yang bisa mengisi kekosonganku.

Hingga suatu hari, aku melihat menantuku, Jose yang baru selesai mandi dan berlari keluar tanpa sehelai benang pun di tubuhnya.

Tubuhnya yang kekar dan gagah membuat jantungku berdebar tak karuan.

Sejak saat itu, aku mulai memikirkannya terus.

Jose bisa menjadi bodoh seperti sekarang karena kecelakaan mobil dua tahun lalu, yang membuat kecerdasannya menurun drastis. Kata dokter, saat ini tingkat kecerdasannya setara dengan anak berusia lima tahun.

Meskipun sudah bodoh, tapi Jose tetap tampan. Penampilannya bahkan mirip dengan seorang aktor terkenal.

Yang paling penting adalah kemampuannya yang luar biasa, dia selalu bisa membuat putriku kelelahan sampai tak berdaya.

Mendengar aktivitas mereka yang begitu panas di dalam kamar, aku tak dapat menahan diri untuk membayangkan diriku yang sedang ditindih oleh Jose. Dia memegang pahaku dan bekerja keras seperti seekor singa, memberiku kenikmatan dan kepuasan luar biasa.

Aku pun mendengarkan suara-suara dari dalam kamar dan diam-diam memuaskan diri sendiri dengan tanganku.

Setelah cukup lama, akhirnya mereka selesai juga dan aku pun mencapai puncak kenikmatan sendiri.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu dibuka. Aku terkejut, sepertinya Jose yang keluar.

Tanpa pikir panjang, karena panik dan gugup, aku langsung bersembunyi di kamar mandi sebelah.

Kebetulan kamar mandinya dipisah antara area basah dan kering. Ada mesin cuci juga di dalamnya. Jadi, aku bisa sembunyi di belakang mesin cuci.

Tak disangka, baru saja aku bersembunyi, Jose langsung masuk dan menyalakan lampu.

Aku terkejut bukan main, Jose sedang telanjang bulat.

Tubuhnya tinggi, otot-ototnya tampak jelas dan kekar, dipadu dengan wajah tampannya, membuat hatiku yang sudah lama terisolasi tiba-tiba berdebar kencang tak terkendali.

Yang lebih membuatku tak bisa mengalihkan pandangan adalah sesuatu yang mencolok di bawah pinggang Jose.

Meskipun sudah selesai beraktivitas, ukurannya masih terlihat luar biasa hingga membuatku terkejut.

Tanpa sadar, aku terpaku menatapnya, sampai-sampai kepalaku tak sengaja menyenggol mesin cuci.

Jose yang tadinya hendak mandi, tampaknya mendengar suara itu dan langsung berjalan ke arahku.

Aku buru-buru menundukkan kepala, tapi tetap saja tidak berhasil menghindar darinya.

Tak lama kemudian, terdengar suara polos Jose, “Oh, ibu lagi main petak umpet, ya?!”

Aku pun mengangkat kepala dengan canggung dan melihat Jose menatapku dengan senyuman konyol penuh rasa ingin tahu.

Yang jadi masalah, benda di bawah pinggangnya itu hanya berjarak beberapa cm dariku.

Astaga….

Jantungku berdegup kencang, tubuhku langsung merinding dan pipiku memerah tanpa bisa dikendalikan.

Begitu besar! Aku benar-benar tergoda ingin lepas kendali bersamanya.

Namun, dia itu menantuku. Aku tidak boleh melakukan hal seperti itu!

Aku segera mengalihkan pikiran itu dari kepala, lalu pura-pura tenang sambil berdiri dan tersenyum, berkata, “Iya, aku lagi main petak umpet. Jose, sudah malam, kok kamu belum tidur?”

“Selina menyuruh Jose mandi, tapi Jose mau pipis dulu….”

Usai bicara, dia tak lagi menatapku. Lalu, memegang alat vitalnya dan mengarahkan ke kloset dan mulai buang air kecil.

Semburannya begitu kuat seperti semprotan air bertekanan tinggi. Sebagian mengenai ke dudukan toilet dan cipratannya sampai ke tubuhku.

“Astaga! Jose, aku sampai kecipratan!” protesku sambil menatapnya dengan kesal.

Dasar bodoh, mana ada orang yang buang air kecil di depan ibu mertua?

“Maafkan Jose, biar Jose bersihkan.”

Sambil berkata begitu, tangannya mulai meraba tubuhku, menyentuh ke sana ke mari. Tanpa sengaja, telapak tangannya yang besar dan hangat menyentuh bagian dadaku yang montok.

Seluruh tubuhku terasa geli, membuatku tak tahan mengeluarkan desahan pelan.

“Ah… jangan, jangan sentuh bagian itu….”
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menantu Bodoh   Bab 10

    Tak lama kemudian, ambulans dan polisi pun datang.Ternyata pria paruh baya yang tadi ingin ke kamar mandi telah melapor polisi.Setengah jam kemudian, Jose dibawa ke UGD untuk menjalani tindakan darurat.Dokter mengatakan bahwa ada pembekuan darah di otaknya dan harus segera dioperasi.Setelah aku menandatangani surat persetujuan, Jose langsung dibawa masuk ke ruang operasi.Di luar ruang operasi, aku sangat gelisah seperti semut di atas wajan panas. Terus berdoa dalam hati agar Jose baik-baik saja.Jose terluka parah demi menyelamatkanku. Kalau sampai terjadi sesuatu padanya, aku benar-benar tidak tahu harus bagaimana.Polisi yang memeriksaku terus menenangkan, menyuruhku untuk tidak terlalu mengawatirkannya.Begitu putriku tiba, aku tak bisa lagi menahan emosi dan langsung memeluknya sambil menangis tersedu-sedu.Dua jam kemudian, akhirnya operasi pun selesai.Pintu ruang operasi terbuka, seorang dokter berjas putih keluar dengan wajah penuh kelelahan.Aku langsung menghampiri dan k

  • Menantu Bodoh   Bab 9

    “Jaga sikapmu! Cepat minggir atau aku lapor polisi!”Aku menatap mereka dengan waspada, merasa tegang dan takut.Mereka berjumlah tujuh orang, masing-masing bertato di lengannya. Ada yang rambutnya dicukur cepak, ada yang diwarnai pirang. Terlihat jelas kalau mereka itu berandalan.Melihat mereka mengepungku, aku pun buru-buru mengeluarkan ponsel untuk menelepon polisi.Namun tak disangka, pria berambut cepak yang tampaknya pemimpin mereka langsung merebut ponselku dan membantingnya ke lantai dengan keras. Ponselku langsung hancur berkeping-keping.Salah satu dari mereka yang berambut pirang mengeluarkan sebilah pisau tajam yang berkilat dan mengarahkannya ke arahku, “Kakak, lebih baik menurut saja. Soalnya pisau ini nggak punya mata!”Seketika, wajahku langsung pucat. Aku tak berani bergerak sedikit pun, lalu memberanikan diri bertanya apa yang mereka inginkan.“Kamu begitu cantik, jelas kami mau… menghabisimu!”Usai bicara, mereka pun tertawa cekikikan dengan wajah penuh nafsu.Tubuh

  • Menantu Bodoh   Bab 8

    Aku mendesah pelan, merasa mimpi itu begitu nyata.Sebuah tangan besar menyelinap masuk ke dalam melalui kerahku, meremas dadaku dengan semena-mena, sementara tangan lainnya menyusup ke balik rokku….Sentuhan itu membuat tubuhku panas, hatiku mulai gelisah, bahkan bagian bawah roknya terasa lembab.Samar-samar terdengar suara napas berat di belakangku, hembusannya mengenai leherku, gatal dan menggelitik.Aku terangsang sampai akhirnya terbangun. Begitu membalikkan badan, kulihat Jose sedang tiduran di sampingku sambil menyengir polos ke arahku.“Ibu, Jose nggak tahan lagi, tolong bantu aku, ya?”Jose menurunkan celananya dan penampakannya yang mencolok membuat wajahku langsung memanas, jantungku pun ikut berdegup kencang.“Dasar nakal! Sembarang digoda perempuan, langsung lupa diri?! Kenapa nggak cari Kak Dolin saja? Untuk apa mencariku?”Aku masih kesal soal kejadian terakhir kali. Meski tadi sempat merasa panas karena godaan Jose, aku tetap memasang wajah datar dan cuek padanya.“Ibu

  • Menantu Bodoh   Bab 7

    Ucapan Jose langsung membuat wajahku memerah. Dasar bodoh, kenapa apa saja bisa keluar dari mulutnya?!Aku langsung melirik Dolin dengan canggung dan dia pun tampak terkejut. Mungkin tak menyangka Jose akan mengatakan hal sebodoh itu.Takut Dolin jadi curiga, aku segera membentak Jose, “Apa yang kamu bicarakan?! Takut dimarahin Linda? Coba lihat sendiri apa yang sudah kamu lakukan! Cepat, bangunin Linda sekarang juga!”“Baiklah,”jawabnya, melihatku benar-benar marah, Jose buru-buru menarik celananya dan langsung kabur keluar.Tak lama kemudian, Linda datang sambil mengusap matanya yang masih mengantuk, “Ibu, ada apa? Kok kalian pada nggak tidur tengah malam begini?”“Sahabatmu baru saja mencoba merebut suamimu! Kamu nggak tahu?!”Dengan nada kesal, aku menjelaskan kejadian tadi secara singkat. Wajah Linda langsung berubah, tampak kesal, tapi dia tak memarahi Dolin, malah mengomeli Jose, “Dasar nggak tahu malu! Sudah bodoh, masih sempat-sempatnya selingkuh! Kenapa waktu kecelakaan itu b

  • Menantu Bodoh   Bab 6

    Dari dalam kamar, terdengar suara seorang pria dan wanita.“Jose sayang, biar kakak melayanimu baik-baik, ya. Jose, kok kamu kuat dan perkasa sekali? Apa karena kebanyakan minum susu?”Aku menempelkan telingaku ke pintu dan bisa mendengar jelas suara wanita itu, itu suaranya Dolin!Lalu terdengar suara Jose menjawab, “Kakak salah tebak. Aku nggak minum susu, tapi makan madu.”“Madu apa?”“Itu….”Sepertinya Jose sedang melakukan sesuatu dan Dolin langsung tertawa cekikikan, “Dasar nakal, jangan pegang-pegang, geli….”Jose kembali berkata, “Tapi madu istriku nggak enak, lebih enak….”Belum selesai Jose bicara, Dolin langsung penasaran, “Lebih enak siapa?”Ekspresiku langsung berubah. Jangan-jangan si bodoh itu bakal membocorkannya?Tapi, dia belum pernah mencicipi maduku!Untung saja Jose masih ingat pesan dariku. Dia langsung mengalihkan pembicaraan, “Nggak boleh bilang, nggak boleh bilang. Kakak, apain kamu ke kamarku?”Aku pun menghela napas lega. Untung saja si bodoh itu masih punya

  • Menantu Bodoh   Bab 5

    Aku tahu Jose memang punya kebiasaan tidak mengunci pintu, jadi aku pun bersiap memutar gagang pintu secara perlahan. Tapi, tiba-tiba terdengar suara cekikikan dari kamar Linda, membuat sarafku yang tegang langsung terkejut.Sudah larut begini, ternyata putriku dan Dolin masih belum tidur.Hasrat yang sempat menggebu langsung kutahan dengan paksa. Kalau aku pergi menemui Jose sekarang dan sampai menimbulkan kegaduhan, lalu ketahuan oleh Linda dan Dolin, akibatnya bisa benar-benar fatal.Sepertinya, aku harus menunggu sampai mereka berdua tertidur dulu, baru bisa bertindak.Namun, aku tidak langsung kembali ke kamar. Rasa penasaran mendorongku untuk mendekati pintu kamar utama. Aku ingin tahu apa yang sedang dibicarakan mereka berdua.Aku menempelkan telingaku ke pintu dan perlahan suara di dalam mulai terdengar lebih jelas.“Linda, jangan mengejekku. Suamiku, si Mudi masih kalah jauh dibanding suamimu. Suamiku keras kepala dan maunya menang sendiri. Kalau aku mengomel sedikit, dia mala

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status