Share

Menantu Dewa
Menantu Dewa
Penulis: Salad Kentang Lada Hitam

Bab 1

Di dalam vila Keluarga Limantara, Kota Manthana.

Hari ini adalah ulang tahun Kakek Herman Limantara yang ke-70.

Semua anak dan cucu datang memberikan hadiah ulang tahun, dan juga memberi doa kepadanya.

“Semoga Kakek panjang umur dan sehat selalu!”

Herman duduk sambil berkata dengan tersenyum, “Kalian semua memang anak baik-baik. Hari ini Kakek lagi gembira. Jadi, Kakek akan kabulkan satu permintaan kalian. Katakan saja apa yang kalian inginkan?!”

“Kakek, aku lihat ada apartemen baru di dekat pantai. Harganya juga nggak mahal, cuma 2 miliaran saja ….”

“Kakek, aku ingin tas Chanel edisi terbatas ….”

“Kakek, aku ingin mobil balap ….”

“Kakek, aku ingin beli jam tangan Rolex ….”

“ … ”

“Oke, Kakek akan belikan untuk kalian!” Herman langsung menyetujuinya.

Semua cucu dari Kakek Herman langsung kegirangan.

Pada saat ini, menantu pecundang dari Keluarga Limantara, Brandon Sinjaya, tiba-tiba berjalan ke depan, lalu berkata, “Kakek, boleh tidak aku dibelikan sepeda elektrik? Biar lebih gampang untuk ke pasar ….”

Begitu ucapan dilontarkan, semua anggota Keluarga Limantara spontan terbengong melongo. Pandangan semua tamu hadirin langsung tertuju pada diri Brandon.

Apa otaknya sudah berkarat? Apa dia tidak tahu dia lagi di mana? Kenapa dia berbicara seperti itu?

Terlebih, Brandon juga tidak memberi hadiah ulang tahun kepada Kakek Herman. Sekarang dia malah bisa-bisanya menagih hadiah? Dia malah minta sebuah sepeda elektrik?

Tiga tahun silam, Nenek Keluarga Limantara membawa Brandon yang tidak ada bedanya dengan pengemis itu ke rumah. Kemudian, dia menikahkan Brandon dengan Hannah Limantara.

Hanya saja, Nenek malah duluan meninggal sebelum menyaksikan hari pernikahan mereka. Sejak saat ini, tidak ada satu pun dari anggota Keluarga Limantara yang memperlakukan Brandon dengan sopan.

Selama tiga tahun ini, kerjaan Brandon adalah menyediakan air cuci kaki, menyikat kamar mandi, memasak …. Serius! Kehidupan Brandon tidak ada bedanya dengan pembantu.

Hari ini, Brandon bisa meminta sepeda elektrik juga karena terpaksa. Semalam sewaktu ke pasar, baterai sepeda elektriknya malah dicuri orang. Berhubung dia tidak memiliki simpanan, dia pun terpaksa membuka mulut di saat seperti ini.

Brandon merasa Kakek Herman sedang gembira saat ini. Terlebih permintaannya juga tidak keterlaluan. Seharusnya Kakek Herman akan menyetujuinya.

Tidak disangka, Herman yang tadinya tersenyum lebar itu malah terlihat muram saat ini.

Herman memukul meja makan dengan tongkat di tangannya, lalu menjerit dengan kesal, “Dasar anak tidak berguna! Sebenarnya kamu datang untuk merayakan hari ulang tahunku atau untuk mengacaukan acara?!”

Wajah istrinya Brandon, Hannah, spontan berubah pucat. Dia langsung menarik Brandon ke belakangnya. “Kakek, hari ini adalah hari ulang tahun Kakek. Jangan marah-marah! Nggak bagus buat kesehatan.”

Saat ini, adik sepupunya Hannah, Gabriel Limantara, tersenyum sinis sambil berkata, “Hannah, rupanya kamu tahu juga kalau hari ini hari ulang tahun Kakek. Coba kamu lihat suami nggak berguna kamu! Padahal dia datang dengan tangan kosong, sekarang dia malah tagih hadiah dari Kakek. Nyalinya semakin besar saja!”

“Iya, bisa-bisanya dia minta barang sama Kakek? Apa dia tidak lihat ada begitu banyak tamu di sini? Tahunya cuma malu-maluin nama Keluarga Limantara saja!” Kali ini, yang berbicara adalah cucu kesayangan Kakek Herman, si Martin Limantara. Hubungannya dengan Hannah tidaklah bagus. Jadi, dia sengaja menggunakan kesempatan ini untuk menyindir Hannah.

“Dasar sampah! Apa kamu berhak untuk tinggal di Kediaman Limantara?”

“Iya, malu-maluin nama Keluarga Limantara saja!”

“Akhirnya aku mengerti, ternyata dia sengaja ingin permalukan kita!”

“Dasar sialan! Padahal ada banyak pembantu di rumah kita, apa perlu kamu pergi ke pasar?”

“Dasar tidak tahu malu! Kamu kira kamu itu hebat banget, ya?”

“Kenapa masih di sini? Cepat pergi! Jangan sampai aku pukul kamu!”

“ … ”

Ketika mendengar caci maki dari anggota Keluarga Limantara, Brandon spontan menundukkan kepalanya.

Tiga tahun silam, jika bukan karena Nenek Keluarga Limantara membawanya ke Kediaman Limantara, sepertinya dia sudah mati kelaparan di jalan. Demi membalas kebaikan Nenek Keluarga Limantara, selama tiga tahun ini Brandon tidak sekalipun mengeluh ketika disuruh-suruh seperti pembantu.

“Kakek, Tuan Nelson dari Grup Sinjaya datang untuk beri ucapan selamat!” Pada saat ini, seseorang menjerit dari depan pintu.

Kemudian, seorang lelaki tampan dengan tubuh tinggi berjalan memasuki ruangan dengan senyuman di wajahnya.

Lelaki itu adalah Nelson Winata, manajer proyek dari salah satu perusahaan investasi Grup Sinjaya. Grup Sinjaya merupakan grup milik Keluarga Sinjaya yang mana merupakan keluarga nomor satu di Negara Jembara!

Dengar-dengar Nelson memiliki latar keluarga dan pendidikan yang cukup hebat. Dia juga memiliki kekuasaan tinggi di dalam perusahaan. Entah ada berapa banyak keluarga di Kota Manthana yang ingin menjilatnya, hanya saja mereka tidak menemukan kesempatan itu. Mereka semua juga tidak menyangka Nelson akan menghadiri acara ulang tahun Kakek Herman.

“Kakek, ini hadiah dariku!”

Nelson tersenyum, lalu menyerahkan hadiah kepada Herman. Ketika kotak dibuka, semua orang spontan terbengong.

Ternyata di dalamnya adalah selembar cek senilai 1,6 miliar!

“Kakek, hari ini aku datang untuk melamar Hannah. Aku sudah lama mengagumi Hannah. Aku sungguh berharap bisa menikahinya!”

Hoosh!

Begitu ucapan selesai dilontarkan, semua orang langsung terdiam di tempat.

Semua orang juga tahu bahwa Hannah adalah istri dari Brandon. Sekarang, Nelson malah melamar Hannah?

Namun setelah dipikir-pikir, Brandon hanyalah seorang menantu pecundang, untuk apa Nelson takut untuk menyinggungnya?

“Aku tahu tidak seharusnya aku membahas masalah ini hari ini. Hanya saja, aku sungguh tidak rela melihat Hannah yang aku cintai hidup bersama dengan seorang lelaki pecundang. Aku berharap Kakek bisa mempertimbangkan permintaanku,” ucap Nelson dengan tersenyum. Kemudian, dia menoleh ke sisi Hannah, tersenyum padanya, lalu meninggalkan ruangan.

Dari pertama kali Nelson memasuki ruangan, dia tidak sekalipun melirik Brandon. Sepertinya Nelson sangat meremehkannya.

Setelah Nelson meninggalkan ruangan, suasana di dalam ruangan langsung berubah ricuh.

“Pak Nelson itu manajer proyek dari Perusahaan Investasi Grup Sinjaya. Dia memegang kekuasaan yang sangat tinggi. Dengar-dengar, ucapannya bisa memutuskan hidup matinya sebuah perusahaan!”

“Hannah beruntung sekali. Kalau dia bisa menikah dengan Pak Nelson, hidupnya pun akan bahagia seratus bahkan seribu kali lipat daripada dengan Brandon si pecundang itu!”

“Kalau Hannah bisa menikah dengan Pak Nelson, bukankah Keluarga Limantara akan kecipratan rezeki?”

Adik perempuan dari Hannah, Chloe Limantara, tiba-tiba maju dan berkata, “Brandon, tadi bukannya kamu minta sepeda elektrik? Kalau kamu bersedia cerai sama kakakku, besok aku akan belikan satu sepeda elektrik buat kamu. Bagaimana menurutmu?”

“Haha! Pintar juga! Benar apa kata Chloe!”

“Bukannya pecundang ini minta sepeda elektrik? Berikan saja! Tapi persyaratannya, dia mesti cerai!”

Kedua mata Kakek Herman spontan berkilauan. Dia langsung melirik Brandon, dan berkata, “Brandon, kalau kamu bersedia bercerai dengan Hannah, bukan hanya sepeda elektrik saja, aku juga akan beri kamu uang tunai sebesar 2 miliar!”

Brandon yang awalnya menunduk itu spontan melirik ke sisi Hannah. Dia menggeleng, lalu membalas, “Kakek, aku tidak akan bercerai!”

Ekspresi wajah Kakek Herman langsung berubah muram. Dia menunjuk Brandon sambil memarahinya, “Dasar lelaki nggak berguna! Kamu memang tidak tahu malu! Pergi! Segera pergi dari sini! Aku tidak ingin acara ulang tahunku dihadiri oleh pecundang sepertimu!”

Brandon terbengong sejenak. Dia sungguh tidak menyangka Kakek Herman akan bersikap sekasar itu padanya. Brandon refleks menggeleng, lalu berjalan pergi.

“Brandon …,” panggil Hannah dengan suara kecil. Dia terlihat bingung entah harus mengikuti langkah Brandon atau tidak.

“Hannah, kalau hari ini kamu berani pergi dengannya, aku akan anggap aku tidak punya cucu yang bernama Hannah lagi!” ucap Kakek Herman dengan ketus.

Hannah yang awalnya hendak melangkah langsung tertegun. Dia juga tidak menyangka kakeknya akan mempermalukan mereka di hadapan banyak orang.

“Hari ini hari ulang tahun Kakek. tidak seharusnya kamu pergi dari sini,” ucap Brandon. Kemudian, Brandon hendak melangkah pergi.

Tiba-tiba Gabriel tertawa terbahak-bahak. “Kakak iparku yang baik, gimana caranya kamu pulang dari sini? Jangan-jangan jalan kaki, ya? Sini, sini, aku punya uang koin seribu. Ini aku subsidiin kamu buat naik angkot. Kamu nggak usah sungkan sama aku!”

Sambil berbicara, Gabriel mengeluarkan koin 1.000 dari saku celananya, lalu melemparkannya ke sisi Brandon.

Anggota Keluarga Limantara langsung tertawa terbahak-bahak.

Saat ini, raut wajah Brandon berubah muram. Dia lekas meninggalkan vila.

Beberapa saat kemudian, tiba-tiba ponsel Brandon berdering. Dia mengeluarkan ponsel jadulnya, lalu melihat sekilas layar ponselnya. Ada pesan masuk dari nomor belakang 68.

[ Tuan, terjadi sesuatu dengan Grup Sinjaya. Mohon Tuan Brandon bisa kembali untuk menyelesaikan masalah ini. ]
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Bang Ali Ghabe
apa judul lanjutannya
goodnovel comment avatar
Mohd Saleh Mohd Tab
Sebuah Negara yang tiada didalam Atlas World Map. Dimana Negara Jembara itu ? Negeri Atas Angin ka ??? Barangkali Sargent pendek tau ma.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status