Menantu Egois BAB 11Aku terkejut ketika mendengar Ibu mertua sedang berbicara lewat telepon. Dari arah pembicaraannya sepertinya Ibuku lah lawan bicaranya. Aku lalu urungkan untuk menyapanya, aku diam di tempatku sambil menguping apa saja yang ibu mertuaku bicarakan.Setelah menunggu beberapa menit akhirnya Ibu mematikan sambungan telepon. Dan aku yang sudah tidak sabar langsung berjalan mendekatinya. "Bu..."sapaku. Ibu mertua sedikit kaget ketika aku menyapanya. "Eh... Kamu, Rin."jawabnya gugup. "Ibu tadi sedang bicara sama siapa?" tanyaku"Oh... Tadi itu tetangga Ibu." jawabnya. Entah mengapa aku merasa jika Ibu sedang berbohong. "Ibu tidak lagi menyembunyikan sesuatu dari Rina kan?" tanyaku menyelidik"Ti-tidak, Untuk apa Ibu punya rahasia to Rin."jawabnya dengan senyum yang terlihat di paksakan. "Ya sudah kalau begitu. Oh ya Bu, Rina pengen minta pendapat Ibu." ucapku "Tentang apa Rin?"jawabnya "Rina pengen buka toko gitu Bu. Seperti punya Ibu." ucapku "Kalau
Menantu Egois BAB 12Aku sangat cemas karena Dokter tak kunjung keluar. Tak berselang lama Mas Tejo datang. Dia terlihat sangat cemas."Bagaimana keadaan Ibu?""Ibu masih ditangani Dokter, Mas.""Bagaimana Ibu bisa sampai jatuh?""Aku juga tidak tahu Mas. Aku lagi dikamar sedangkan Ibu didapur bersama Si Mbok.""Ngapain Ibu didapur?""Katanya mau bantuin Si Mbok.""Kamu menyuruh Ibuku mengerjakan pekerjaan rumah?""Tidak Mas. Aky tidak pernah meminta Ibu melakukan hal itu. Ibu itu tidak bisa dilarang. Kamu tahu sendiri kan bagaimana sifat Ibu.""Ya setidaknya kami sebagai menantu itu tahu dong. Kalau Ibu pasti akan melakukan pekerjaan rumah maka kamu harus antisipasi kamu bantuin atau kamu ajak Ibu itu ngobrol biar Ibu teralihkan.""Mas! Ibu itu bukan anak kecil!""Awas ya Dek! Kalau sampai terjadi sesuatu kepada Ibu maka jangan harap Mas akan memaafkan mu!"Aku sangat terkejut mendengar penuturan Mas Tejo. Kenapa Dia menyalahkan aku apa yang Ibu alami saat ini. Kenapa sem
Aku pergi tak menoleh lagi kearah mereka. Di dalam mobil aku hanya bisa menangis. Aku sedih Ibuku ternyata manusia yang tidak punya hati nurani. Bagi Ibuku uang adalah segalanya dan Dia bahkan tak peduli dengan orang disekitarnya. Aku juga tidak tahu kenapa Ibuku bisa setega itu dengan Ibu mertuaku. Jika Ibu iri dengan mertuaku seharusnya Ibuku berpikir ulang. Karena Ibu sebenarnya tahu jika aku tidak pernah memberikan uang kepada Ibu mertuaku. Sudahlah percuma juga aku berpikir keras mengenai ibuku yang aku sendiri sudah tahu jika Dia hanya akan peduli dengan uang. Aku berhenti di sebuah rumah makan untuk membelikan makanan si Mbok. Karena aku yakin Mbok pasti sudah lapar. Setelah membeli makanan aku langsung balik ke rumah sakit. Aku takut mas Tejo mencariku. Setelah sampai rumah sakit, aku langsung masuk keruangan Ibu. Tapi, tak ku lihat mas Tejo di ruangan itu. Aku lalu mendekat kearah si Mbok yang sedang tertidur di sofa. Aku memang memilih ruangan VIP agar temp
Menantu EgoisNamaku Rina. Aku memiliki suami bernama Tejo.Suamiku adalah anak satu-satunya Ibu mertuaku bernama Darsih.Ibu mertuaku seorang janda, walaupun janda, Dia adalah orang yang sangat mandiri, Ibu mertuaku tidak pernah meminta uang kepada Suamiku.Aku menikah dengan Mas Tejo sudah hampir lima tahun.Selama itu pula, aku selalu melarang Mas Tejo memberi uang kepada Ibunya.Bagiku uang Mas Tejo ya hanya untuk ku. Sedangkan Ibu mertuaku tidak berhak atas gaji mas Tejo. Mas Tejo bekerja sebagai Manager disebuah perusahaan terbesar dikota Surabaya.Kami tinggal disebuah perumahan yang cukup elite dengan rumah yang cukup mewah.Sedangkan Ibu mertuaku, tinggal di sebuah perkampungan yang berada dibelakang perumahan kami.Rumah Ibu mertuaku sangatlah sederhana berbanding terbalik dengan rumah kami.Pernah suatu hari Mas Tejo mendapat tunjangan dari kantor sebesar dua puluh juta dan aku tidak mengetahui hal itu.Aku tahunya ketika Ibu mertuaku mulai merenovasi rumahnya.Aku yang m
Menantu EgoisAku pulang dengan perasaan sangat marah dan kesal.Awas kamu Mas! Sudah mulai berani kamu memberi uang Ibu tanpa sepengetahuan Ku! gumamku dalam perjalanan pulang.Setelah sampai rumah, aku segera menyuruh Mbok Nah untuk membuatkan minum untuk ku karena sangat haus."Ini Bu minumnya."ujarnya sambil menyodorkan gelas berisi air yang sudah dicampur sirup dan ditambah es batu.Aku langsung meraih gelas itu dan langsung menenggak isinya."Pelan-pelan Bu nanti kesedak."ujar Mbok Nah."Mbok! Aku mau tanya tapi mbok harus jawab dengan jujur. Apa aku salah jika marah kepada Bapak, karena ngasih uang ke Ibunya untuk renovasi rumah?"tanyaku padanya."Gak salah dong Bu."jawabnya."Nah kan benar. Aku berhak atas uang suamiku lalu kenapa Ibu mertuaku marah ya Mbok?"tanyaku."Mungkin ada penyampaian Ibu yang menyinggung Beliau."jawabnya.Aku diam sejenak untuk mengingat kejadian tadi. Seingatku tak ada ucapanku yang bisa membuat ibu mertauku tersinggung dech. "Gak ada dech Mbok. Aku
Menantu EgoisBAB 03Setelah menunggu cukup lama akhirnya Mas Tejo selesai mandi. Sepertinya mas Tejo sengaja berlama-lama di kamar mandi untuk meredakan amarahnya. "Mas! Pokoknya aku tidak mau tahu! Kamu harus minta uang itu kembali dari Ibu!"ujarku kesal."Kamu itu Dek suami pulang kerja capek. Coba disuruh makan dulu atau apa kek. Ini malah diajak berantem."jawabnya kesal.Mas Tejo lalu keluar kamar sepertinya Dia menuju ke meja makan.Aku lalu mengekor dibelakangnya."Mas!"ujarku kesal."Hmmm..."jawabnya sambil menarik kursi dan menghempaskan tubuhnya dikursi meja makan."Aku belum selesai ngomong."ujarku ketus."Sudah! Mas mau makan lapar."jawabnya dengan sedikit marah. Aku diam sejenak mendengar penuturan Mas Tejo.Mas Tejo langsung menyendok nasi beserta lauk pauknya dan langsung melahapnya sepertinya memang benar, Dia sangat lapar terlihat dari caranya menikmati makanan di piringnya. Setelah selesai makan Mas Tejo duduk diruang keluarga untuk minum kopi.Aku kembali mendeka
Menantu EgoisBAB 04Setelah melihat isi yang tertulis dikertas itu, aku langsung pulang dari rumah Ibu dengan hati yang sangat marah.Setelah sampai rumah, aku langsung masuk kekamar dan menghubungi Mas Tejo."Hallo Mas!"sapaku ketika panggilan diangkat."Ya Dek ada apa?"tanyanya."Mas! kamu gila ya! Kenapa kamu tulis j kita punya hutang sama Ibumu sebesar seratus juta?"tanyaku kesal."Iya gak apa-apa biar aku ingat saja berapa uang yang sudah kita pinjam dari Ibu selama dua tahun ini."jawabnya enteng."Ibumu pasti yang nyuruh kamu untuk menotal semua uang yang kita pinjam!"bentakku."Gak! Ibu tidak ngomong apa-apa. Aku memang mencatat semua uang yang kita pinjam setelah kita menikah."jawabnya santai."Ibumu itu keterlaluan sekali! Masak ngasih anak dihitung hutang!"bentakku."Bukan, Ibu yang keterlaluan tapi kita. kita ini sudah tidak pernah ngasih Ibu. Tapi malah minta terus ke Ibu. Giliran sekarang aku mampu, kamu larang aku kasih uang ke Ibu. Ya jadi aku total semua uang yang Ibu
Menantu EgoisBAB 05Malam pukul tujuh Mas Tejo pulang. Aku segera menyambutnya seperti biasa tapi kali ini dengan mencium tangannya."Tumben Dek?"ujarnya ketika aku mencium tangannya."Maafin aku ya Mas."jawabku dengan memasang wajah sedih."Iya Mas maafin kamu. Ya sudah Mas mau mandi dan makan, setelah itu kita bicara."ujarnya sambil berjalan kearah kamar.Jantungku berdegup kencang, entah mengapa aku benar-benar takut kali ini.Aku tidak boleh gegabah. Aku harus sebisa mungkin terlihat kalau aku sudah menyesali perbuatanku.Mas Tejo selesai mandi dan langsung menuju meja makan.Kami makan malam bersama."Makan Dek!"ujarnya ketika melihat ku yang hanya memainkan sendok dipiring."Oh iya Mas."jawabku.Lalu, Mas Tejo melanjutkan makannya.Setelah selesai makan, Mas Tejo mengajak untuk berbicara dikamar dia tidak mau pembicaraan kami terdengar oleh Si Mbok. Setelah didalam kamar, Mas Tejo menyuruhku untuk duduk."Dek duduk dulu, ada yang Mas mau bicarakan sama kamu."ujarnya dengan m