Setelah panggilan singkat namun penuh instruksi kepada Zhuxin Wang, Tommy merasakan beban di pundaknya sedikit terangkat. Permainan telah dimulai, bidak-bidak catur sudah digerakkan. Namun, di balik semua intrik bisnis dan strategi rahasia yang rumit, ada hal lain yang jauh lebih penting baginya. Tiga hari ke depan adalah hari istimewa: ulang tahun pernikahan ketiga Tommy dan Tiffany.
Dia melirik jam dinding, pukul sepuluh pagi. Masih ada waktu sebelum Tiffany pulang. Dengan senyum tipis yang jarang ia tunjukkan di hadapan orang lain, Tommy meraih ponselnya lagi—bukan untuk urusan bisnis, melainkan untuk memesan taksi daring. Tujuannya adalah toko perhiasan ternama di pusat kota, sebuah tempat yang tak pernah ia sangka akan ia datangi. Di perjalanan, saat taksi melaju membelah ramainya jalanan kota Levin, pikiran Tommy melayang jauh. Jendela mobil membiarkan pemandangan gedung-gedung tinggi, pusat perbelanjaan yang ramai, dan hiruk pikuk kotMentari pagi di Levin terasa berbeda bagi Tommy. Ada campuran antisipasi dan sedikit kegugupan yang tidak biasa. Itu adalah hari ulang tahun pernikahan ketiganya dengan Tiffany, dan malam ini, ia akan membuat sebuah kenangan yang tak terlupakan bagi istrinya. Setelah Tiffany berangkat kerja, Tommy menghubungi Albert Hall untuk memastikan semua persiapan berjalan sesuai rencana. Albert meyakinkannya bahwa semuanya sudah diatur dengan sempurna, hingga detail terkecil. Tommy juga menyiapkan gaun dan jas yang telah ia beli khusus untuk hari ini,yang sudah di sembunyikan dengan sangat rapi dan aman. Sepanjang hari, Tommy mencoba bertindak senormal mungkin di hadapan keluarga, menghindari pertanyaan yang tidak harus di jelaskan. Nathalia dan Gerald terlalu sibuk dengan urusan mereka sendiri di luar rumah. Kejutan di Golden Gate Sore hari, saat Tiffany pulang bekerja, Tommy sudah menunggunya di depan pintu. Tiffany tampak lelah, namun senyumnya segera mengembang melihat Tommy. "Bagai
Malam di Rumah Lewis Malam itu, setelah makan malam yang hening namun tegang di rumah keluarga Lewis—yang seperti biasa dipenuhi oleh aura dominasi Nathalia dan keheningan Tiffany—Tommy kembali ke kamar. Sudah hampir tiga tahun sejak pernikahan mereka, namun kebersamaan mereka di kamar itu selalu terasa terbagi oleh sebuah dinding tak kasat mata. Tiffany selalu tidur di atas ranjang yang empuk dan luas, berbalut selimut tebal dan bantal yang nyaman. Sementara Tommy, dengan patuh pada perjanjian tak tertulis mereka, selalu menyiapkan tempat tidurnya sendiri di lantai. Hanya sebuah kasur busa kecil, tipis, yang menjadi alasnya, diposisikan di sudut terjauh dari ranjang Tiffany. Pernikahan mereka, sejatinya, bukanlah hasil dari cinta yang bersemi atau perjodohan romantis. Itu adalah keputusan yang telah di tetapkan dari mendiang Tuan Richard Lewis, kakek Tiffany. Maka, mereka membangun hubungan mereka di atas fondasi pengertian, rasa hormat, dan penghargaan satu sama lain, berusaha k
"Tentu, Tuan Muda. Saya akan menyiapkan aula utama dan yang terbaik untuk anda. Kami bisa menyiapkan dekorasi apa pun yang Anda inginkan. Tema klasik, modern, atau mungkin sentuhan personal?" Tommy menggelengkan kepala perlahan. "Aku tidak ingin itu terlalu mencolok, Albert. Justru sebaliknya. Aku ingin acara ini tertutup. Sangat tertutup." Tommy menatap Albert dengan sorot mata yang penuh arti, menegaskan setiap kata. "Hanya untukku dan Tiffany. Tidak ada orang lain kecuali pemain musik dan pelayan yang menghidangkan makanan pada saat acara." Albert Hall mengerti dengan cepat. "Anda ingin privasi penuh, Tuan Muda. Akan saya pastikan itu. Seluruh lantai akan kami jaga ketat, tidak ada satu pun yang bisa masuk selain Anda dan Nyonya Tiffany dan juga petugas yang bertugas pada saat acara di selenggarakan." "Terimakasih, aku akan sangat mengandalkan mu untuk ini, Albert." Tommy mengangguk puas. "Untuk dekorasi, aku ingin suasana yang elegan, intim, dan hangat. Bukan pesta besar yan
Malam di Rumah Lewis Malam itu, setelah makan malam yang hening namun tegang di rumah keluarga Lewis—yang seperti biasa dipenuhi oleh aura dominasi Nathalia dan keheningan Tiffany—Tommy kembali ke kamar. Sudah hampir tiga tahun sejak pernikahan mereka, namun kebersamaan mereka di kamar itu selalu terasa terbagi oleh sebuah dinding tak kasat mata. Tiffany selalu tidur di atas ranjang yang empuk dan luas, berbalut selimut tebal dan bantal yang nyaman. Sementara Tommy, dengan patuh pada perjanjian tak tertulis mereka, selalu menyiapkan tempat tidurnya sendiri di lantai. Hanya sebuah kasur busa kecil, tipis, yang menjadi alasnya, diposisikan di sudut terjauh dari ranjang Tiffany. Pernikahan mereka, sejatinya, bukanlah hasil dari cinta yang bersemi atau perjodohan romantis. Itu adalah keputusan yang telah di tetapkan dari mendiang Tuan Richard Lewis, kakek Tiffany. Maka, mereka membangun hubungan mereka di atas fondasi pengertian, rasa hormat, dan penghargaan satu sama lain, berusaha ker
Setelah meninggalkan butik "La Belle Étoile" dengan dua kotak elegan di tangannya, Tommy melangkah ke trotoar yang ramai. Kalung giok dan setelan pengantin untuk Tiffany sudah aman. Pikiran Tommy dipenuhi rencana untuk perayaan ulang tahun pernikahan mereka, sebuah momen yang ia nantikan untuk membuat Tiffany tersenyum dan merasa menjadi wanita paling beruntung di dunia. Ia melambaikan tangan, dan taksi daring segera berhenti di depannya. Tujuan selanjutnya: Golden Gate Hotel, salah satu hotel terbaik di Levin, yang ia tahu merupakan salah satu properti penting milik Albert Hall, seorang pebisnis terkemuka dan dihormati di kota ini. Tommy membiarkan dirinya tenggelam dalam jok mobil, menikmati ketenangan sesaat di tengah hiruk pikuk kota. Taksi melaju mulus membelah lalu lintas kota Levin yang mulai padat sore itu. Sekitar lima belas menit kemudian, kendaraan itu berhenti di depan bangunan megah Golden Gate Hotel. Fasadnya memancarkan perpaduan arsitektur klasik dan modern, den
Tommy meninggalkan Central Diamonds dengan langkah tenang, tak ada sedikit pun kekhawatiran yang membayangi wajahnya. Rahasia insiden di toko perhiasan itu telah terkubur dalam-dalam, dipastikan oleh ancaman dingin yang tak terucap. Samuel Chang dan stafnya akan menjaga rahasia ini hingga ke liang kubur mereka, atau menghadapi konsekuensi yang tak terbayangkan. Bagi Tommy, itu hanyalah sebuah 'gangguan kecil' yang telah diselesaikan tanpa jejak, menjaga samarannya sebagai 'pria biasa' tetap utuh di mata dunia. Ia tidak memanggil taksi. Dengan tenang, Tommy berjalan kaki menyusuri jalanan yang dipadati butik-butik mewah dan kafe-kafe elit. Tujuannya adalah sebuah butik ternama yang terletak tak jauh dari Central Diamonds, di jantung kawasan perbelanjaan paling bergengsi di Levin. Sebuah tempat yang sering menjadi buah bibir Nathalia dan Tiffany, tempat di mana gaun-gaun malam dan setelan jas mewah dipamerkan, sebuah simbol kemewahan yang jauh dari kehidupan sehari-harinya sebagai 'su