Share

Bab 34

Author: Beatarisa
last update Huling Na-update: 2025-06-11 10:00:46

Sore itu, setelah seharian penuh berkutat dengan tekanan di kantor dan persiapan tender Jowstone Group, Tiffany memutuskan untuk mengunjungi ibunya di Rumah Sakit Healing Wings. Hatinya masih dipenuhi kecemasan, meski ia tahu kondisi ibunya sudah membaik.

Sesampainya di sana, suara bising dari kamar Nathalia sudah terdengar bahkan dari koridor. Itu bukan suara rintihan sakit, melainkan pekikan familiar ibunya yang sedang memarahi seseorang. Tiffany menghela napas lega bercampur geli. Melihat Nathalia sudah cukup sehat untuk melancarkan argumennya, dan yang menjadi sasaran tak lain adalah ayahnya sendiri, Gerald, menunjukkan bahwa kondisi sang ibu sudah jauh membaik.

Tiffany melangkah masuk, menemukan Nathalia dengan perban di pipi, namun duduk tegak di ranjang, menunjuk-nunjuk Gerald yang hanya bisa mengangguk pasrah. "Ayah, Ibu! Tolong jangan bertengkar, ini rumah sakit. Kalian harus menjaga ketenangan di tempat ini," tegur Tiffany, berusaha menengahi.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 56

    Suasana makan malam terasa hangat malam itu, jauh berbeda dari biasanya. Nathalia, yang biasanya menunjukkan sikap ketus dan tak jarang melontarkan sindiran, kini tampak jauh lebih melunak. Tommy tahu betul sifat mertuanya; Nathalia adalah tipe wanita yang materialistis, dan "sentuhan uang" yang diberikannya mampu meluluhkan kekerasannya."Apakah Sabrina belum kembali dari Jowstone Group?" tanya Gerald, memecah keheningan yang nyaman."Belum, Ayah," jawab Tiffany. "Sabrina bilang dia akan lembur di hari pertamanya bekerja. Katanya banyak tugas yang harus dibenahi. Karena dia cukup baru di perusahaan itu, dia harus lebih ekstra bekerja agar semuanya stabil di awal."Nathalia menghela napas. "Aku pikir dengan status dari keluarga kaya Sabrina di Highland, dia tidak akan bekerja keras sama sekali." Ada nada kejutan dalam suaranya.Tiffany tersenyum tipis. "Bukankah dari dulu memang Sabrina sangat mandiri, Bu? Dia hampir tidak pernah mengandalkan kemampuan keluarganya dan selalu fokus pad

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 55

    Mobil BMW Seri 7 yang emblemnya sudah diganti menjadi Seri 5 itu melaju mulus memasuki pekarangan rumah yang tidak terlalu luas. Tiffany, dengan senyum merekah, memarkirkan mobil. Rona bahagia tak bisa disembunyikan dari wajahnya. Ia tak pernah menyangka, hadiah "kecil" yang ia berikan pada Tommy akan membawa dampak sebesar ini pada hubungan mereka, terutama pada pandangan keluarga terhadap Tommy.Suara deru mesin mobil yang asing segera menarik perhatian Nathalia dan Gerald. Mereka bergegas keluar, rasa penasaran tergambar jelas di wajah mereka. Siapa gerangan yang bertamu malam-malam begini? Mata mereka membulat saat melihat Tiffany yang turun dari kursi pengemudi BMW tersebut, diikuti Tommy yang tersenyum simpul."Ya ampun, Tiffany! Apa ini mobil barumu?!" seru Nathalia, suaranya dipenuhi rasa ingin tahu yang meluap-luap.Tiffany mengangguk, senyumnya semakin lebar. "Iya, Bu."Nathalia mendekat, matanya menelusuri setiap lekuk bodi mobil mewah itu. "Ya ampun... Jadi ini mobil direk

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 54

    Tommy mematikan ponselnya dengan senyum tipis. Rencananya berjalan sempurna. Tiffany, yang awam soal kendaraan, pasti akan percaya bahwa BMW Seri 7 yang sudah disulapnya menjadi Seri 5 itu memang benar-benar Seri 5. Ia tahu Tiffany tak akan curiga, karena baginya, semua BMW terlihat mahal. Ia hanya ingin Tiffany merasa nyaman, bukan terbebani oleh harga sebuah mobil.Perjalanan Tommy terasa lebih ringan. Sebentar lagi, ia akan melihat ekspresi terkejut istrinya. Itu adalah hadiah kecil yang ia siapkan untuk sang istri yang selama ini selalu mendukungnya. Dalam hatinya, ia membayangkan bagaimana Tiffany akan merengek tentang betapa borosnya dia, tapi ia tahu itu hanya bentuk perhatian Tiffany.Setibanya di depan lobi Lewis Group, Tommy bersandar santai di pilar, sesekali menyeruput rokoknya. Tak lama, sosok Tiffany muncul dari pintu kaca, memancarkan aura profesionalisme yang selalu membuatnya bangga."Tom, apa kamu sudah memesan taksi untuk kita pulang?" t

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 53

    Setelah meninggalkan showroom Mercedes Benz dengan senyum dingin, Tommy langsung melangkahkan kakinya ke showroom di sebelahnya: BMW. Ia tidak menyia-nyiakan waktu. Pramuniaga wanita dari Mercedes Benz yang tadi meremehkannya masih mengawasi dari balik kaca, dengan tatapan mengejek. Namun, begitu Tommy memasuki showroom BMW, ia disambut dengan suasana yang berbeda.Di pintu masuk, seorang pramuniaga muda—wajahnya menunjukkan bahwa ia baru saja diterima bekerja—menghampiri Tommy dengan senyum ramah dan tulus.."Hey, dia hanya pria miskin yang sok punya uang untuk melihat mobil, abaikan saja dia!" teriak pramuniaga sombong dari showroom Mercedes Benz, suaranya melengking menembus kaca.Pramuniaga BMW itu sejenak menoleh ke arah sumber suara, namun ia segera mengabaikannya. Matanya kembali menatap Tommy dengan senyum profesional. "Selamat siang, Tuan. Apakah Anda datang untuk melihat-lihat mobil di tempat kami? Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya lembut.Tommy

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 52

    Pagi di rumah sederhana keluarga Tommy di pinggir kota Levin dimulai dengan riang. Aroma masakan sarapan yang disiapkan Tommy memenuhi udara, berpadu dengan gelak tawa Tiffany dan Sabrina yang sudah akrab kembali. "Wah, harum sekali!" seru Sabrina, melangkah ke meja makan tempat Tommy sedang menata piring. Rambutnya sudah tertata rapi, dan pakaian kerjanya menunjukkan kesiapan penuh. "Oh, kamu sudah bangun, Sabrina? Kenapa pagi sekali?" tanya Tommy, menyunggingkan senyum hangat. Ia meletakkan sepiring roti panggang dan telur di hadapan Sabrina. "Ya, ini hari pertama bekerja, Tom, jadi aku harus lebih awal memulai hari," jawab Sabrina, matanya berbinar penuh semangat. Ia menyesap teh yang disajikan Tommy. "Selamat pagi, Sabrina, selamat pagi, Tom," sapa Tiffany, muncul dari kamarnya dengan wajah cerah, mengenakan setelan kantor yang rapi. "Selamat pagi, Sayang," balas Tommy, senyumnya melunak. Tiffany mengambil tempat duduk di samping Sabrina. "Bagaimana tidurnya, Bri? Nyeny

  • Menantu Paling Luar Biasa   Bab 51

    Pagi itu, rumah sederhana Tiffany dipenuhi dengan aura kegembiraan yang meluap. Aroma kopi dan roti panggang berpadu dengan tawa renyah Tiffany yang baru saja melompat dari pelukan sahabat lamanya, Sabrina White. Sabrina tiba tepat waktu, diantar sebuah taksi mewah. Penampilannya elegan namun praktis, memancarkan aura seorang wanita karir yang percaya diri, jauh berbeda dari gadis kecil yang Tiffany ingat. Rambut cokelat gelapnya tergerai rapi, dan senyumnya cerah, namun ada kilatan ambisi di matanya."Sabrina! Ya ampun, aku tidak percaya ini!" Tiffany berseru, matanya berkaca-kaca saat memeluk Sabrina erat. "Kau benar-benar di sini! Rasanya sudah berabad-abad!"Sabrina tertawa kecil, membalas pelukan itu tak kalah hangat. "Tentu saja, Tiff! Aku sudah bilang aku akan datang, kan? Lihat dirimu! Kau semakin cantik saja, dan sekarang direktur! Aku bangga sekali padamu!"Gerald dan Nathalia segera menghampiri, senyum lebar menghiasi wajah mereka. "Sabrina, Say

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status