Share

Bab 3. Malam Pertama yang Tertunda

"Ketika pertemuan cinta di ujung lara, sanggupkah hati mencerna dan melahirkannya kembali ke suci?" by Wisnu-Sinta

Otomatis pelukan sepasang penganten baru ini jadi lepas! Oh sial! Lagi enak-enaknya kan, astaga.

Lalu terdengar teriakan  suara cempreng wanita. 

"Wisnu! Sinta! Woiii, masih sore ini, jangan ngendon di kamar aja dong! Mentang-mentang penganten baru udah ga sabar aja! Hari masih panjang keles?"  

"Apa-apaan sih Tante! Ga sopan deh! Ini sudah jam 10 malam kali, wajar dunk kami bersiap bobok?" Sinta memberengut, sebal banget, keasyikannya jadi terganggu. Moment indah teruhui dalam hidupnya jadi ambyar. Mana udah basah di bawah sana, elah.

"Sabar, Sin. Sama tante harus sopan ya. Ntar kita restart lagi ya hihi. Kita bukain pintu dulu, yuk?" Wisnu yang sudah separo turn on jadi mengusap peluh. 

Wisnu lalu beranjak menuju pintu kamarnya. Dia membuka pintu dan mendapati tante istrinya nampak berkacak pinggang dan melihat Wisnu dari atas sampai bawah dengan tatapan meremehkan. 

Sinta masih memberengut dan cuek saja tetap duduk di tempat tidur. Dia melirik tantenya dengan sebal. 

"Ada apa Tante? Apa yang bisa Wisnu bantu?" tanya Wisnu sopan. Tangannya menyatu di depan tubuh bawahnya menyamarkan keadaan si junior yang tadi sempat menanjak.

"Kamu tuh ya, jadi lelaki keluarga barunya Sinta jangan letoy donk! It's forbidden things you know! Dilarang manja dan malas-malasan, tahu! Emangnya kamu bos apa? Sana bantuin Om kamu beberes dulu! Om kamu, suamiku itu udah tua tapi rajin, masak kamu yang muda males sih? Hello? Tau gak sih, rumah ini abis ada acara pesta nikahmu jadi kacau, berantakan dah kaya bongkaran gudang! Papamu juga lagi mabuk no, bantuin kek. Jangan egois dan seenak udelmu gitu. Jadi menantu ya harus gerak cepat! Paham? Sana cepetan!" Mirna langsung cabut dari kamar penganten itu sebelum diamuk Sinta. 

Wisnu termangu-mangu. Sinta memahami kekagetan suaminya. Tante Mirna emang keterlaluan banget, sumpah! Sinta sangat merasa malu. Dia  lalu menghampiri Wisnu dan mengelendot manja di lengan suaminya yang kurus panjang.

"Mas, maafkan tanteku ya? Dia emang suka bersikap berlebihan, lebay akut. Sebelas dua belas sama suaminya, si om Adi ... beneran! Padahal papaku ga gitu-gitu amat sebagai tuan rumahnya. Sabar ya, Sayang?" 

Wisnu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manis. Dia mengusap pucuk kepala Sinta lalu mengecupnya mesra. Harum rambut Sinta yang beraroma strawberry membangkitkan lagi naluri kelelakiannya.

"Ndak apa-apa, Istriku. Aku cuma heran aja tadi. Mulut sekecil tantemu bisa mengucap rentetan kalimat panjang, bernada bentak bertanda seru penuh, tanpa koma sama sekali dalam hanya satu tarikan nafas. Hebat! Hehehe ... kira-kira sempat bernafas gak tadi?" 

Wisnu malah mengajak Sinta bercanda, berkilah halus untuk menyembunyikan kekagetannya sendiri. Bahkan junior di tengah tubuhnya itu juga tadi ikutan mengecil karena bentakan tante. Barangkali dia ikut syok? Eh.

"Hahaha ya mati donk kalo ga sempat bernafas atuh ... eh Mas Wisnu malah bercanda, gimana sih? Ayo marah dong?" Sinta memandangi wajah Wisnu dengan gemas. Lelaki yang ga kenal marah ini emang terlalu sabar menurutnya. 

"Jangan ah, ga mau. Rugi klo dimarahin ikut marah. Ntar yang ada kita jadi mengidap darah tinggi kan. Yuk kita bantuin om Adi. Hmm ... tapi aku mau nerusin bentar yang tadi. Pengen banget. Bentar aja, boleh ya?" Wisnu menutup pintu kamar lalu menekan tubuh istrinya di belakang pintu itu.

Wisnu kembali mencium bibir ranum istrinya dengan tubuh menempel erat beberapa lama, Sinta juga membalasnya dengan penuh penghayatan. 

Saat keduanya merasa sudah kehabisan nafas mereka perlahan saling melepaskan dan lalu sama-sama tersipu malu. 

"Hehehe maap ya, Yank. Sekilas kemesraan biar nambah semangat gitu, eeak. Ayo ah keluar, ntar ada yang gedor pintu kita lagi, kan gawat hehe!  Kita tunda dulu malam pertamanya, cuss bantu paman dan tantemu dulu skalian anggap olahraga pemanasan, yuk?" Wisnu menggandeng tangan istrinya dan membuka pintu untuk keluar. 

Sinta sebenarnya enggan banget. Emang kemana para ART rumah ini? Masak iya penganten baru dipekerjakan beres-beres rumah? Menggelikan! Apa kata dunia?

Tapi Sinta menurut saja ajakan suaminya. Dia bertekad menuruti apapun kata suami setelah menikah. Suami adalah imamnya. Sinta juga akan mendukung dan melindungi suaminya dari segala hinaan. Terlebih dari keluarganya sendiri.

Setiba di ruang keluarga, terlihat om Adi malah duduk dan sedang ngopi bersama tante Mirna dengan tertawa-tawa manja. Astaga!

"Hei Wisnu! Baru keluar kamar Lo! Sini angkatin barang-barang itu ke gudang. Masih sore jangan ngendon di kamar aja donk! Kita sebagai menantu keluarga besar Wiguna mesti rajin nan  tangguh!" teriak om Adi sambil mengelus pundak istrinya. Tante Mirna cuma senyum-senyum aja memainkan ponselnya. 

"Iya Om Adi, Wisnu akan bantu kok." Wisnu dengan santuy melihat barang-barang dalam kardus yang nampak berantakan.

"Lha Om Adi sendiri malah duduk santai gitu,  mana katanya lagi sibuk beberes?" teriak Sinta membalas dengan hati kesal. 

"Om kamu sudah beberes tadi, Sinta. Sekarang dia istirahat dong. Ngopi-ngopi," jawab tante Mirna meletakkan kepalanya ke dada suaminya. 

Wisnu cuma tersenyum, dia lalu mulai menata barang di troli untuk dipindahkan ke bangunan gudang di sebelah rumah besar bak istana ini. 

"Memangnya para ART kemana sih, Om? Keterlaluan deh, ini kan malam pertama Sinta ma mas Wisnu! Kalian sengaja kan ngerjain kami?" Sinta mendecakkan bibirnya kesal. Meski gitu tangannya bergerak ikut membantu suaminya.

"Mereka udah pada tidur kali, Sin, kan capek dari semingguan ini menata rumah untuk pesta," kilah om Adi sambil mengecup pelan pundak istrinya. 

"Oke! Tapi kan bisa besok pagi beberes, Om? Masak malam ini juga?" Sinta kesal banget sama Omnya. Si om Adi yang aslinya juga bukan orang kaya dan hanya lulusan Diploma, tapi belagu bukan main, dah berlagak kayak orang kaya. Bossy parah.

"Lebih baik sih jangan menunda kerjaan, Sinta ponakanku! Lagian ini belum lagi tengah malam. Udah ...  klo kamu capek dan gak mau, biar suamimu aja yang beresin itu." Tante Mirna menjawab lagi dengan wajah tengilnya. 

"Udah Sin, kamu istirahat aja, aku bisa sendiri kok. Di Surabaya dah biasa bantu bapakku beberes gudang. Hehe. Udah kamu tidur duluan sana, ga papa." Wisnu mendorong pinggang istrinya sambil tersenyum.

Sinta tampak tak terima. Dia tetap berdiri tidak mau beranjak. Sedih hatinya akan perlakuan  om tantenya pada suaminya seperti itu. 'Alasan aja ini mah. Sebagai penganten, aku dan suami juga capek kali seharian berdiri mengikuti prosesi nikah dan juga harus menerima tamu. Dasar om tante pasangan gaje!' rutuk Sinta dalam hati sebal.

Sinta tampak berpikir sejenak dan mempertimbangkan jalan keluar terbaik. Om dan tantenya dari dulu emang suka cari gara-gara. Suka ngedrama tanpa babak. Kurang kerjaan banget deh!

Ahai! Sinta ada ide!

***

NOTES : 

Wah emang kurang ajar si Om dan Tantenya Sinta. Apa mereka emang suka bersikap gaje gitu ya? Apa sih ide Sinta? Komen yuk.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status