Share

Bab 2. Insting Alami

"Cinta itu penuh makna kau dan aku. Jangan ambil pusing pada apapun di luar aku. Fokuslah pada cinta kita. Aku mencintaimu, titik!" by Sinta.

Mama Joyce, mama tiri Sinta, berbisik kepada teman-teman sosialitanya yang tampak sedikit mengerutkan kening karena kadar 'kesederhanaan'  menantunya yang nampak sangat menonjol.

"Ah ... yang penting Sintanya ga ngambek dan minggat kaya dulu, ibu-ibu. Bisa kena serangan jantung papanya, aku ga mau kejadian begitu lagi. Mendingan sekarang mengalah, ntar mudahlah bisa diatur." Wanita cantik dan modis ini menjentikkan jemarinya yang berkuku runcing dan berkutex merah tua itu. 

"Maksudnya bisa diatur bagaimana, Jeng?" tanya ibu muda yang membawa tas warna hijau botol branded mewah dan limited edition. 

"Yah, ada deh! Kepo ya? Lihat dan tunggu saja tindakan adik iparku selanjutnya hihihi." 

Papa Sinta sendiri, suami mama Joyce, Hendra Wiguna, nampak tegang di acara pernikahan putrinya ini. Wajahnya mendung tapi juga tak berdaya. Sinta sudah dua kali ini mengecewakannya, setelah selama ini selalu membuatnya bangga sebagai anak yang cantik dan berprestasi.

Ketika dia memilih kuliah jauh ke Jogja dan kini memilih si culun Wisnu itu sebagai suaminya. Aaargh! Neraka  ini sungguh terasa mengerikan, bahwa dia terpaksa harus menerima menantu yang serba minimalis!

Bagaimana bisa Sinta memilih suami yang berwajah persis dengan sopir keluarga mereka sendiri? Si Samsu? Sungguh lawakan yang tak lucu!

 'Ah, bisa-bisanya putri kesayanganku tega berbuat ini padaku!' bisik hati Hendra lemas. Rasanya dia ingin menenggelamkan wajahnya ke lautan biru Samudra Pasifik! 

Hendra lalu memilih menenggak minuman keras yang berjajar di bar kecil di pesta ini. Rasanya hari ini terlalu panjang untuk dilalui dan barangkali minuman akan membuat waktu jadi lebih cepat berlalu. 

***

Malam semakin bergulir,  ketika kedua insan manusia yang telah resmi sebagai suami istri ini saling terdiam dalam bahagia. Pesta sudah usai dan mereka kini sudah masuk ke kamar pengantin.

Mereka menunduk dan tersipu, duduk berjarak di tepi tempat tidur, dengan hati yang makin berdegup menahan rasa. Di dalam kamar pengantin elegan yang merupakan perpaduan apik merah muda dan putih. 

"Sayang ...?"

"Ya, Hubby?" 

"Kita kenapa malah diem-dieman dan duduk berjauhan gini sih?" Wisnu mengerling Sinta dengan senyum tertahan. Udara yang dari tadi panas jadi makin panas saja rasanya.

"Sinta kan istrimu, Mas Wisnu. Jadi sebagai wanita yang berniat belajar  jadi anggun setelah nikah ini, aku menunggu suamiku untuk berinisiatif dulu karena menghormatimu. Gitu My Hubby ...." Sinta tersenyum malu-malu. Rambut panjangnya kini menutupi wajah cantiknya yang sekilas tampak merona. Sungguh jauh berbeda dengan kebiasaan kesehariannya yang tomboy.

Hati Wisnu langsung tergetar habis. Dari semenjak kuliah di Jogjakarta dahulu, dia sudah jatuh cinta pada Sinta sejak pandangan pertama. Meski saat itu Wisnu sudah punya pacar di Surabaya yang kemudian meninggalkannya.

Sinta dulu malah naksir berat dengan sahabat Wisnu, teman kuliah, juga gitaris di band SIXTH, si Willy alias Kriwil. Tapi jalan jodoh sungguh unik, Kriwil jadian dengan Didi sahabat baik Sinta, dan Sinta malah tertarik kemudian dengan si periang Wisnu yang diam-diam juga sudah naksir sejak lama. Klop!

"Sayang ... Istriku,  aku menyukai dirimu apa adanya. Kau yang tomboy dan cekatan itu dari dulu sudah mengalihkan duniaku loh. Jadi please jadi dirimu sendiri aja deh. Sinta jadi anggun? Ah ga usah deh klo bisa. Malah jadi aneh dan ga seru. Lagian, Sayang ... aku juga baru ini nikah, tahu kan? Jadi sama sekali belum mencari  referensi mesti ngapain dulu hihi." Wisnu berkilah dan merasakan wajahnya juga memanas. 

"Ah ... masa? Meski tanpa referensi, biasanya cowok selalu punya insting alami, Hubby." Sinta mendongak, tersenyum dan mengintip wajah teduh suaminya dari sela-sela rambutnya. 

"Beneran, istriku. Aku sesungguhnya memanglah lelaki yang sepolos dan sepemalu itu hehe. Yah ... dulu aja kau kan yang nembak aku duluan? Hayo masak lupa?" Wisnu menggeser duduknya mendekati Sinta. Ada tuntutan yang makin mendesak dalam dirinya. Itukah insting alami yang disebut Sinta tadi? Ahai!

"Ah ... mana ada? Mas Wisnu duluan yang tebar pesona kok? Buktinya aku trus terpesona eh," bisik Sinta masih menunduk. Jemarinya saling bertaut, rasanya malu deh! 'Duh mama papa, Sinta malu beneran tapi pengen!' batinnya tersipu.

"Iya sih, tapi kau, Sayang yang membuatku berani, karena sinar matamu itu menegaskan perasaan cintamu kepadaku." Jemari tangan Wisnu perlahan terulur menyibak rambut Sinta dengan lembut, lalu menyelipkan rambut itu ke telinganya, nah wajah cantik itu kini jadi terekspos sempurna. Hatinya makin berdebar, celananya juga dirasanya makin sesak. 

"Oke, Sinta ... pandangi sekarang dong, wajah suamimu yang sangat mencintaimu ini, ya?"

Sinta lalu bergeser menghadap ke arah Wisnu. Senyum mesra tercetak di wajahnya. Mata indahnya tampak sudah mendamba. Wisnu makin mendekatkan wajahnya ke wajah jelita yang kini sudah sah jadi istrinya itu.

Hembusan nafas Wisnu yang hangat dan harum menerpa hidung mancung Sinta. Rasanya ada kupu-kupu berterbangan lucu di perut mereka. Geli tapi juga bikin nagih.

"Sayang ... bolehkah?" Wisnu mengangkat alisnya beberapa kali dengan jenaka, lalu membingkai wajah istrinya dengan degup jantung yang bertalu-talu. Tangannya juga terasa agak gemetar. 

Sinta mengangguk dan kemudian memejamkan mata, menunggu sentuhan kemesraan dari lelaki yang sangat dicintainya itu. 

Wisnu kemudian makin mendekatkan tubuhnya, lalu kembali menyentuh wajah Sinta dengan jemari tangan kirinya, menyatukan bibirnya dengan bibir indah hangat istrinya. Sementara itu jemari tangan kanannya membelai rambut, kemudian turun ke punggung dan pinggang istrinya. Oh ini sangat indah!

Beberapa saat lamanya mereka menikmati momen indah pertama sebagai penganten baru, saling cium dan raba. Mencoba berbagai gaya dan posisi. Nafas mereka makin memburu dan tubuh juga semakin panas, merasa sudah sangat siap untuk ke tahap yang lebih jauh, saat tiba-tiba ada ketukan pintu yang sangat keras mengagetkan!

***

NOTES : 

MPO ini sebenarnya novel spin off dari novel riwidy di pf kuning Forbidden to Love. Wisnu dan Sinta sebagai sahabat dari para peran utama. Kepoin juga ya. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status