“Hei, Keanu. Kamu jangan macam-macam sama istriku!” teriak Arya sampai wajah memerah dan urat di leher menyembul.
Keanu tersenyum miring saat melihat Arya merasa terancam dan takut terjadi dengan istrinya. Nada dering masih terdengar di jelas sambil menunjukkan layar handphone miliknya pda Arya dan melangkah dengan wajah yang menyebalkan. Lalu, ia mendaratkan pukulan keras di wajahnya saat jarak sudah dekat.
“Kalau kamu gak mau istrimu kenapa-napa maka tunduklah. Aku bisa membuat hidupmu lebih baik dari pada ini. Jika sebaliknya, maka jangan pernah mimpi ada kedamaian dalam kehidupan rumah tanggamu sampai membuatmu mati dan mengambil Cahaya dari tanganmu,” ujar Keanu lalu menekan pipinya dan mengembalikan posisi wajah ke arahnya.
Wajah Arya babak belur sampai sudut bibir mengeluarkan darah sembari menatap Keanu sayu yang tampak tersenyum puas ketika melihat dirinya kesakitan dan tidak bisa berbuat apa pun. Pernyataan Keanu dibalas dengan tertawa menggelegar olehnya sambil menundukkan kepala.
Ekspresi Keanu seakan berubah menjadi alis tertaut erat dan menampakkan amarah yang membuat telinganya bisa mengeluarkan asap. Dia tampak tidak terima dengan balasan Arya ketika mencoba mengancamnya.
“Kenapa kamu tertawa?” Keanu bingung dengan balasan Arya.
“Kamu gak akan pernah bisa mengancamku sama sekali karena jangan pernah bermimpi bahwa aku bisa tunduk kepadamu. Aku hanya tunduk kepada Tuhan bukan kamu.”
Kata-kata Arya membuat Keanu sangat marah dan semua orang di sekitarnya tercengang mendengar balasannya yang bisa membuat seorang Keanu bisa menjadi lebih kejam dari pada yang dilakukan saat ini. Kekhawatiran semua orang di Bar akan keselamatan Arya yang terancam, termasuk juga istrinya.
Arya dipukul berkali-kali sampai wajahnya dipenuhi luka hingga darah di bibir dan hidung menetes ke lantai. Saat dirinya sudah tersisa tenaga sedikit, ia mendengar suara Cahaya yang mengangkat panggilan Keanu.
“Halo, Keanu. Ada apa? Aku baru sampai rumah.” Cahaya terdengar lesu saat mengangkat panggilan keluar darinya.
“Gak apa-apa. Apakah suamimu sudah pulang?” Keanu melirik Arya yang menatapnya dengan mata lebam sambil membuka mulutnya lebar.
“Belum. Ada apa?” Cahaya mulai terdengar panik saat Keanu menanyakan keberadaan Arya.
“Gak apa-apa. Aa—”
“Sebentar, sepertinya ada tamu,” putus Cahaya yang terdengar suara ketukan pintu beberapa kali.
“Jangan dibuka, Sayang. Cahaya, jangan buka pintunya!” teriak Arya yang berusaha menyelamatkannya, tetapi tidak mendengar suaranya. “Keanu, suruh orangmu pergi dan jangan sampai aku mencari orang-orangmu sampai berani menyentuhnya!” ancam Arya yang terlihat hampir tidak berdaya.
“Ssstt, berisik. Aku gak akan apa-apain dia. Kamu tenang saja, coba kamu dengarkan ini.”
“Oh, iya. Terima kasih, Pak,” kata Cahaya yang terdengar dari balik handphone.
Keanu mematikan panggilan keluarnya lalu tertawa terbahak-bahak saat melihat Arya yang semakin ketakutan akan keselamatan istrinya. Perbuatannya hanya menggertak seorang pria berparas tampan dan gagah.
Tangan mengepal erat saat melihat ekspresi Keanu yang puas membuatnya takut karena Cahaya merupakan kelemahannya. Dia mempermainkannya dengan cara menggertak dan berpura-pura peduli dengannya.
Raga yang hampir tidak berdaya menjadi murka dan seperti ada sengatan di dalam dirinya untuk membangunkan energi dalam diri. Kedua tangan pria berbadan besar dihempaskan dan dipukul olehnya berkali-kali. Arya tidak berhenti memukul orang suruhannya sampai mendapati Keanu dan menghajarnya kembali.
Ia membuat banyak orang tergeletak di lantai lalu menghampiri Keanu yang melotot. Kerah jas ditarik lalu wajah dan perut dihajar berkali-kali sampai terjatuh di lantai. Kedua tangan yang sudah banyak darah dan tenaga hampir habis dicegah oleh seorang bertangan kekar.
“Hentikan, Arya!” seorang pria menghentikan pukulannya di wajah Keanu lalu disingkirkan dari atas tubuhnya.
Arya menoleh ke seorang pria yang berambut pirang dan perempuan yang berparas campuran itu menghentikannya. Ia menyingkirkan tangan pria itu lalu mengusap darah yang ada di wajah.
“Apa yang kamu lakukan? Kamu tahu pria yang kamu pukuli itu adalah orang berpengaruh dalam bisnisku? Kamu tahu bahwa dia juga orang berpengaruh di perusahaannya? Kamu sadar bahwa hidupmu dan istri terancam. Berani-beraninya kamu memukul dia?!” sentak pria berambut pirang.
Seorang pria dan perempuan yang berdarah campuran adalah pemilik Bar dan hotel. Mereka tampak gelisah dengan ulah Arya yang memukulinya habis-habisan karena berani menghubungi dan melecehkan istrinya.
Keanu tidak hanya seorang Direktur di perusahaan Stagle Group. Dia juga adalah investor terbesar di hotel dan Bar. Tidak heran ketika mereka panik saat melihat Arya yang menghajarnya.
Arya hanya diam tanpa memedulikan pertanyaan dari atasannya. Jawaban yang akan diutarakan sama saja salah karena mereka pasti membelanya dan dianggap tidak penting dan sia-sia mengeluarkan kalimat pembelaan.
“Baiklah, tanpa dijelaskan kembali. Aku memecatmu sekarang dan pergilah cepat!”
Tanpa banyak bicara setelah mendengar pemberhentian dirinya dari pekerjaan, Arya melepas semua barang yang melekat di badannya lalu keluar dari Bar yang membuatnya tidak bisa menahan diri. Arya keluar ruangan dengan jalan sempoyongan sambil merayap ke dinding dan mengusap wajahnya yang mengeluarkan banyak darah.
Arya masuk ke toilet untuk membersihkan darah dengan mengusap wajahnya menggunakan air secara menyeluruh sampai mengerang merasakan perih yang sangat sakit ketika wajah dibasuh. Semua itu ditahan olehnya sambil merapatkan giginya. Wajah dibasuh sebanyak tiga kali sampai wajah bersih dari darah dan menyisakan luka lebam dan goresan di wajah dan bibir.
Setelah semua bersih dari darah, Arya pulang ke rumah dengan kepala yang sangat pusing karena kehilangan pekerjaan. Bagaimana Arya tidak pusing karena kewajiban seorang suami adalah menafkahi istrinya? Namun, kondisinya saat ini sangat kebalik.
Cahaya memiliki pendapatan yang lebih banyak dari gajinya. Gaji yang didapatkan oleh sang istri tujuh kali lipat darinya. Banyak pengeluaran yang harus dikeluarkan setiap bulannya meskipun harus mode irit.
Arya menaiki angkutan umum dengan duduk di samping pengemudi lalu meletakkan kepala di kepala kursi untuk memikirkan caranya bisa menafkahi istrinya. Ia bukanlah seorang pria yang berpendidikan rendah, tetapi mencari pekerjaan zaman sekarang tidaklah mudah apa lagi beberapa menit yang lalu terlibat baku hantam dan adu mulut dengan seorang pria yang tentunya memiliki banyak koneksi di berbagai perusahaan dan negara.
Berbagai cara pasti dilakukan olehnya agar membuat Arya sengsara dan tidak memiliki pekerjaan. Arya menghela napas panjang sambil mengusap dan menjambak rambutnya dengan menundukkan kepala. Beban Arya sangatlah banyak demi membahagiakan sang istri tercinta.
Puluhan menit berlalu, Arya tiba di depan rumah sewaan yang ukuran rumah tidaklah besar, tetapi cukup nyaman untuk dijadikan tempat tinggal. Ia memasuki rumah seraya menghela napas panjang perlahan lalu memasang senyuman lebar saat melihat Cahaya yang tampak menunggunya di ruang tamu yang terlihat sibuk di hadapan laptop.
Arya memeluk Cahaya dari belakang sambil mengecup pipinya. “Istriku malam begini masih sibuk urusan kerja? Hmm?”
“Iya, Mas. Atasan di kantor menyebalkan, aku sudah melakukan dan mengerjakan tugas dengan benar, tapi masih tetap salah,” ucap Cahaya cemberut lalu menoleh ke arahnya. “Kenapa sama mukamu, Mas?” Cahaya mengernyitkan dahi dan khawatir dengan muka Arya sambil memegang wajahnya lembut.
Arya membulatkan bola mata ketika Soeparman sudah berada di atas panggung bersama Cahaya dan terdapat Willy di belakang mereka. Ia tidak mengetahui hal yang dilakukan oleh ayahnya.“Bagaimana bisa Ayah ada di atas panggung? Apa yang terjadi?” tanya Arya yang tetap berusaha mengecilkan suaranya.“Tuan besar memaksa di belakang panggung, Tuan muda,” jawab salah satu pengawal.“Yang lain menyebar karena pengawal mereka ada di sini!” seru Arya sembari berjaga-jaga dengan mengawasi pengawal Stagle.Sorot mata seluruh tamu beralih ke suara Soeparman yang menggema di Aula dengan menampakkan keterkejutannya saat melihat tubuh Soeparman yang berdiri sehat sambil menatap mereka.“Ba-bagaimana Anda bisa berdiri di situ, Pak?” tanya salah satu tamu undangan.“Bisa saja.”“Apakah kematian Anda palsu?”“Ya, kematian dia palsu. Artinya adalah kalian dibohongi oleh Raja bisnis,” sahut Baidi yang menggebu-gebu dan terlihat untuk menghasut semua orang di Aula.“Kenapa Anda memalsukan kematian? Apa tuju
Hari pertemuan dengan para pengusaha pun tiba. Sekitar pukul enam malam, hotel mewah penuh dengan pengusaha terkenal yang merupakan rekan bisnis Soeparman. Beberapa pengawal bertugas di pintu depan untuk menyambut dan mengarahkan tamu undangannya. Sisanya bertugas di dalam Aula, mengoperasikan laptop dan membawa acara.Arya berada dalam Aula hotel untuk mengawasi keadaan dan memantau kedatangan Keanu, Baidi dan rekan bisnisnya dengan setelan berwarna hitam, memakai kumis dan terpasang alat pendengar di telinga untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang bekerja sama dengannya.“Bagaimana kondisi di lantai bawah, apakah sudah terlihat Keanu, Baidi bersama dua pria dan dua wanita?” tanya Arya yang mengecilkan suaranya.“Belum, Tuan muda. Saya melihat Bapak Sentosa sedang berjalan kemari bersama Mas Krisna dan menantunya.”“Bagus. Bagaimana dengan kondisi Tuan besar, Cahaya dan satu orang yang menyamar sebagai Soeparman nanti?” tanya Arya sembari memerhatikan keadaan sekitarnya dan ters
“Mungkin urusan pekerjaannya sudah kelar, Tuan muda.”“Bisa jadi. Mudah-mudahan, firasatku salah soal ini.”Arya memandangi Stefano yang berbicara dengan Keanu bersama kekasihnya lalu Keanu memasuki Apartemen. Ia sedikit menunduk dengan posisi badan bersandar semakin ke bawah di kursi mobil selama sepuluh detik.Setelah semuanya aman, ia menyalakan dan menjalankan mobilnya. Ia menatap jalanan yang penuh dengan kendaraan itu dengan senyuman yang penuh dengan rencana yang matang untuk dilakukan kepada keluarga Stagle dan rekan bisnisnya yang bekerja sama untuk menjalankan bisnis gelap yang merajalela.Arya sudah memiliki bukti kuat untuk membalas dendam dengan cara yang lebih kejam dari sebelumnya. Ia bekerja sama dengan banyak pihak, termasuk Polisi.Puluhan menit berlalu, ia tiba di rumahnya bersama dua pengawal dan Willy. Mereka memasuki rumah dengan melangkah santai dan dada tegap. Semua telah berjalan dengan lancar dan diluar dugaannya.Soeparman dan Cahaya menghampirinya yang baru
“Jawab aja dengan ramah, jangan sampai ketahuan.”Arya mendengar suara tertawa Ryan ketika pria itu terlihat sekali bahwa sedang mengincar atau menunggu mangsa baru yang akan menjadi korban selanjutnya untuk dijadikan budak pemuas napsu belaka.“Sepupuku masih kuliah dan sedang kuliah di sini sehingga saya berniat untuk membelikannya, dari pada menyewa rumah terus dan membayar setiap tahun, lebih baik di sini,” jawab Ryan yang terlihat mencairkan suasana.“Iya, itu lebih bagus karena uang tahunan yang biasa digunakan untuk membayar uang sewa rumah, lebih baik ditabung dan lebih aman di sini juga kalau untuk kuliahan dan yang belum menikah juga,” kata pria brewokan yang mencoba untuk merayu Ryan.“Iya, dia juga katanya mau bekerja kalau ada waktu senggang karena kasihan dengan orang tuanya yang hampir setiap bulan mengeluarkan banyak uang sehingga memilih untuk mandiri,” balas Ryan yang memancing pria itu untuk mengatakan hal apa pun mengenai bisnis gelap keluarga Stagle.“Nah, bagus i
Bel rumah berbunyi keras sebanyak tiga kali hingga membuat semua orang yang berkumpul di halaman belakang rumah terdiam dan menoleh ke arah pintu rumah dengan bahu yang terangkat. Arya dan Cahaya saling memandang lalu membuyarkan suasana yang sedikit tegang di antara mereka.“Tenang, tidak ada yang tahu rumah ini kecuali kurir,” kata Arya sambil terkekeh lalu berdiri dan melewati beberapa orang menuju pintu rumah.Arya mengintip dari lubang kecil yang terletak di tengah pintu rumah untuk memastikan sosok yang ada di depan agar tidak terjebak oleh siapa pun dan apa pun. Seseorang yang berada di luar tampak meletakkan dua kotak yang berukuran sedang dan besar. Ia membuka pintu rumah itu karena pria yang berdiri di depan pintu adalah kurir.“Paket untuk Pak Arya.”“Ya, saya sendiri. Terima kasih.”“Sama-sama, Pak. Jangan lupa unboxing kalau mau buka paketnya.”Arya tersenyum sambil mengangguk lalu mengangkat satu kardus berukuran sedang dan dibantu oleh pengawalnya yang mengangkat satu k
Willy terlihat menghela napas panjang dan menunjukkan ekspresi khawatir sekaligus bingung ketika keinginan Arya tetap dilakukan dan menggunakan rencana awal. Entah apa yang membuatnya berubah kepikiran padahal telah menyetujuinya.“Kenapa? Apa ada yang mengganggu pikiran Pak Willy?” tanya Arya yang mengetahui ekspresi itu.“Saya tiba-tiba takut untuk menjalankan rencana awal yang telah disusun oleh Tuan besar dan Tuan muda karena kebanyakan para pengusaha sudah datang dan melihat jenazah yang dikira itu Soeparman, Raja Bisnis. Jika tetap menjalankan itu nanti mereka pikir pasti melakukan penipuan dan mendapatkan keuntungan dari hal ini.”Willy menjelaskan yang ditakutkan olehnya. Ia tidak ingin merusak reputasi Raja bisnis yang telah dibangun lama olehnya dan tidak ingin memutus hubungan rekan-rekannya yang sudah dipercaya.Arya memegang lengan Willy sembari menatap lamat dan mengelusnya pelan. Setelah menjelaskan kekhawatiran padanya, ia memahami yang ditakutkan olehnya. Namun, Arya