Share

hadiah

Penulis: NN
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-10 21:18:03

Untuk apa kau ke sini, Walton? Membuatku kesal?" tanya Julia ketus.

Walton malah melebarkan senyum mencemoohnya, lalu berkata, "Sebentar lagi, kita akan mengadakan rapat khusus untuk membahas Laporan Pertengahan Tahun Wiguna Corp. Di rapat itu, di hadapan dewan direksi, aku akan menyingkirkan kau dari Wiguna Corp. Kamu bisa mulai menghitung hari-hari terakhirmu dari sekarang."

Wajah Walton saat mengatakannya benar-benar seperti wajah tokoh-tokoh antagonis di film-film. Dia menutup gertakannya itu dengan tersenyum miring dan mengangkat alis.

Julia menarik napas dan menahannya di dada. Dia ingin sekali mengatakan sesuatu, tapi saking marahnya dia mulutnya terus terkatup dan lidahnya kelu.

Barulah setelah Walton keluar dari ruang kerjanya, Julia bisa membuka mulutnya lagi.

Terengah-engah, dia letakkan satu tangannya di dada. Matanya berair. Sebentar kemudian setetes air jatuh dari ujung matanya yang kiri.

...

Di Harmony Spa, sekitar setengah jam kemudian...

Martin baru saja selesai memijat klien. Kini dia sedang mencuci tangan di wastafel toilet.

Ponsel di saku celananya berdering. Panggilan masuk dari istrinya. Martin cepat-cepat mengeringkan tangan dengan tisu.

"Halo, Julia?"

[Martin, kau bisa ke kantor sebentar?]

"Ke kantor? Sekarang?"

[Iya, sekarang. Ada hal yang ingin kubicarakan denganmu.]

Martin terdiam sebentar. Sepertinya istrinya sedang tidak baik-baik saja. Pasti sesuatu hal buruk terjadi di kantor Wiguna Corp.

"Oke. Aku ke sana sekarang. Aku siap-siap dulu, ya."

[Terima kasih, ya. Aku tunggu.]

Percakapan berakhir. Martin langsung ke ruang ganti karyawan dan berganti pakaian. Membawa tas ranselnya, dia menuju ke ruang depan Harmony Spa dengan tekad mantap untuk pulang.

Tentu saja, si resepsionis menatapnya heran.

"Hey, Martin, kau mau ke mana?" tanyanya sambil memutari meja resepsionis.

"Aku mau pulang. Ada urusan mendadak," jawab Martin santai.

"Hah? Enak saja! Mana bisa kau pulang begitu saja? Jam kerjamu masih beberapa jam lagi! Aku laporkan ke supervisor-mu loh!"

"Laporkan saja. Aku tak peduli. Aku harus pulang sekarang."

"Kau!"

Si resepsionis menatap Martin dengan amarah yang tertahan. Dia menatap Martin seperti ingin memuntahkan sumpah-serapah padanya.

Tapi Martin tak peduli. Kalaupun nanti setelah dilaporkan itu dia dipecat, itu bukan masalah baginya.

Saat ini dia telah kembali memiliki akses ke kekayaan Keluarga Linardy. Dia tak lagi butuh pekerjaan ini. Dia pun berpikir mungkin sebaiknya dia berhenti saja supaya bisa fokus membantu istrinya.

Singkat cerita, sekitar setengah jam kemudian Martin tiba di kantor Wiguna Corp.

Setelah mengutarakan maksud kedatangannya ke resepsionis di lobi, dia langsung ke ruang kerjanya Julia.

Julia tampak lesu dan muram. Martin duduk di kursi kosong di depan Julia, menanyakan padanya apa yang terjadi.

Dengan lemas, Julia menjelaskan padanya soal kabar pesta ultah termewah di Hotel Caesars itu. Berkali-kali dia berikan penegasan pada perbedaan antara pesta ultah tersebut dengan pesta ultah putri mereka yang mungkin akan dilangsungkan secara sederhana, di rumah sakit.

Martin menyimak dengan penuh empati, kemudian dia bertanya, "Kau tahu siapa yang akan melangsungkan pesta ultah termewah itu, Julia?"

Julia menggeleng. "Tidak tahu. Tak ada yang tahu. Katanya pihak hotel masih merahasiakan nama orang itu," katanya.

Martin menghela napas. Dia terpikir untuk mengatakan kepada Julia bahwa orang itu adalah dia, bahwa ultah yang akan dirasakan di pesta tersebut adalah ultah putri mereka, Jesina.

Martin hampir saja benar-benar mengatakannya kalau saja seseorang tidak mengetuk pintu.

Tanpa menunggu izin dari Julia, seseorang itu membuka pintu dan mendorongnya. Muncullah seorang pria dengan rambut klimis dan setelan jas navy yang terlihat eksklusif. Di tangannya dia menggenggam sebuket mawar merah yang tampak indah.

"Hai, Julia, kuharap aku tak mengganggumu," ucap pria itu, tersenyum penuh percaya diri.

"Matthew? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Julia.

Pria itu adalah Matthew Liam, anak tunggal dari salah satu keluarga konglomerat di Kota Hagasa. Sudah sejak lama dengan mengejar-ngejar Julia. Bahkan setelah Julia menikah dengan Martin pun, dia masih terus mencoba mendapatkan Julia.

Matthew dan Martin saling menatap satu sama lain. Matthew terlihat kesal, tak mengira akan ada Martin di situ. Martin sendiri manatap Martin dengan dingin.

"Ini untukmu," kata Matthew, menyodorkan buket mawar yang dibawanya pada Julia.

Senyum percaya diri itu kembali mengembang di wajah Matthew. Dia begitu yakin Julia akan menerima buket tersebut, dan ini akan terasa istimewa sebab saat ini Martin ada bersama mereka.

Julia sempat menatap Matthew dengan kening mengernyit, kemudian menggeleng.

"Aku tak bisa menerimanya, Matthew. Lagi pula, kau tak perlu membawakan apa pun setiap kali kau menemuiku," ucap Julia.

Senyum penuh percaya diri Matthew langsung berubah jadi senyum melengkung ke bawah. Dia tak terima pemberiannya ditolak. Apa karena Julia merasa tak enak kepada Martin?

Matthew mendelik pada Martin. Upaya pertamanya gagal, tapi dia masih punya hal lain. Dirogohnya saku jasnya dan dia keluarkan sebuah kotak perhiasan berwarna hitam dengan sentuhan emas.

"Kau boleh menolak menerima buket mawar ini, tapi terimalah yang satu ini," katanya, menunjukkan kotak perhiasan itu lalu membukanya.

Tampaklah sebuah kalung dari Celestial Charms dengan kilau yang mengesankan. Mata Julia tertuju padanya dengan pupil yang membesar.

"Kalung ini harganya 1 miliar 200 juta. Aku berikan padamu karena kau sangat pantas memakainya. Terimalah," kata Matthew.

Julia menatap Matthew dengan mulut sedikit terbuka. Matthew lagi-lagi tersenyum penuh percaya diri. Dia berhasil membuat Julia terkesan, tapi ini masih belum selesai.

"Sebenarnya kalung ini hanya pemanasan saja. Nanti, Julia, aku juga akan membelikanmu satu set perhiasan edisi spesial dari Flowery. Aku sedang menunggu momen yang tepat untuk menghadiahkan itu padamu," kata Matthew.

Pupil mata Julia kembali membesar. Mendengar kata Flowery saja, jantungnya sudah berdegup cepat. Dan Matthew berencana menghadiahkan padanya satu set perhiasan Flowery edisi spesial? Bagaimana mungkin dia tak membayangkannya.

Martin menyadari perubahan di raut muka dan sorot mata istrinya. Dia mengangguk-angguk, sadar betul kalau Julia sebenarnya menginginkan perhiasan tersebut.

"Ayo, terimalah kalung ini, Julia. Memang tak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Flowery, tapi ini sudah termasuk perhiasan mahal dan mewah. Kalau kau mengenakan ini saat berada di hadapan orang-orang, mereka akan memperlakukanmu dengan hormat. Aku jamin itu," bujuk Matthew.

Julia memandangi kalung di dalam kotak perhiasan di tangan Matthew itu, menghela napas, lalu menatap Matthew lagi.

Baru saja Julia akan mengatakan sesuatu kepada Matthew, Martin tiba-tiba berdiri dan mengambil kotak perhiasan itu, menutupnya lantas melemparnya ke tempat sampah.

"Istriku tak perlu menerima hadiah perhiasan dari pria mana pun. Aku sendiri yang akan memberikannya perhiasan-perhiasan yang diinginkannya," kata Martin.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menantu Sampah Ternyata Tuan Muda   2

    Suara Desta bergetar, “ Paman Ding, apa yang kamu katakan itu benar?" "Iya benar, Tuan muda. Mulai sekarang, anda boleh mewarisi semua aset keluarga Chu di kota Yunhai dan secara resmi masuk ke dalam urutan pewaris keluarga." "Terima kasih, Paman Ding." Desta menarik napas sedalam-dalamnya dan merasakan masam di hidungnya. Tidak ada yang tahu kalau Desta telah menunggu ucapan ini selama tiga tahun! Tiga tahun yang lalu karena tugas ujian aneh dari keluarganya. Dia dikirim masuk ke keluarga Chen oleh keluarganya untuk dijadikan menantu di keluarga Chen. Selama berada di keluarga Chen, Desta sangat rajin belajar, giat bekerja dan tidak terhitung sudah kerja kerasnya hanya untuk mendapatkan pengakuan yang baik dari keluarga Chen. Tapi pada akhirnya yang didapatkan oleh Desta hanyalah penghinaan gila-gilaan dari keluarga Chen ! Di mata keluarga Chen, Desta dari awal sampai akhir hanyalah pria sampa

  • Menantu Sampah Ternyata Tuan Muda   1

    “ Vina, Kenapa dia bisa di rumahmu? Andre Guo kenapa dia bisa di rumahmu ?” suara Desta Chu bergetar dengan wajah pucat menunjuk ke pria lain di sampingnya. Dia benar-benar tidak ingin percaya kalau dia menerima pesanan antar makanan untuk calon istrinya sendiri dan berniat memberi kejutan tapi pada akhirnya ketika membuka pintu rumah, dia melihat pria lain di dalam rumah. Apalagi dia kenal dengan pria ini, pria bernama Andre pria yang jaraknya lebih tua empat tahun darinya. Pada saat ini Andre menatap Desta dengan tatapan merendahkan seperti sedang melihat badut saja. Sedangkan Vina Chen, tidak ada ekspresi bersalah sama sekali di wajahnya, dia malah menatap Desta dengan tatapan jijik, dia membuka mulut dan memaki, “Sampah tidak berguna, teriak apa kamu itu! sudah merasa hebat ya? aku saja belum protes atas tindakanmu, kamu malah teriak marah duluan hah?” “Siapa yang menyuruhu jadi pengantar makanan hah? Aku dari dulu sudah bilang ke kamu jangan jadi pengantar makanan lagi. Tapi

  • Menantu Sampah Ternyata Tuan Muda   genting

    Di ruang bilyar eksklusif di lantai 3... Beberapa orang berdiri merapat ke dinding, memantau situasi di situ dengan waspada. Seorang wanita berpakaian seksi baru saja menyodok bola putih dan berhasil mendorong bola nomor empat masuk. Di hadapannya, di seberang meja, seorang pria mengusap-usap kumis dan jambangnya yang tebal. Matanya terarah ke belahan dada wanita itu. Pria itu adalah Yanuar Winarto. Dia memang kerap menghabiskan waktunya untuk bermain bilyar ketika dia berada di kelab malamnya ini. Di titik ini, terdengar langkah-langkah kaki. Aurora muncul diikuti Martin. "Bang Yanuar, aku sedang mencari orang. Bisakah kau membantuku?" tanya Aurora. Permainan bilyar langsung terjeda. Yanuar menatap Aurora dan Martin dengan tatapan dingin. Para penjaganya juga menatap mereka, penuh kewaspadaan. "Oh, ya? Siapa yang kau cari? Dan siapa pria tampan yang kau bawa ini?" tanya Yanuar. Itu sepenuhnya basa-basi. Beberapa saat lalu, Yanuar ditelepon Selin, diberitahu soal apa

  • Menantu Sampah Ternyata Tuan Muda   klub ballein

    Seperti yang dikatakan si petugas keamanan, Klub Ballein memang dimiliki oleh Yanuar Winarto, salah satu mafia paling berkuasa di dunia bawah di Kota Hagasa.  Tapi Yanuar bukanlah yang paling ditakuti. Yang paling ditakuti adalah sosok bernama Jordan Tyren, bos mafia yang terkenal kejam dan bengis.  Dan Aurora adalah orang kepercayaannya Tyren. Tentu saja kemunculannya di hadapan kedua penjaga keamanan itu membuat mereka jiper.  "Apa kalian tak mengerti apa yang kukatakan barusan? Cepat menyingkir! Beri kami jalan!" bentak Aurora.  Kedua penjaga keamanan Klub Ballein itu refleks mundur selangkah. Rumor soal betapa brutalnya Aurora ketika sedang mengamuk sudah sampai ke telinga mereka. Dan saat ini wanita itu memancarkan aura seorang pembunuh. Entah apa yang akan terjadi pada mereka jika mereka membuat Aurora kesal.  Maka kedua penjaga kemanan itu pun langsung menyingkir, memberi jalan pada Aurora dan Martin.  "Silakan masuk

  • Menantu Sampah Ternyata Tuan Muda   tuan muda

    Martin baru saja melewati loket administrasi rumah sakit ketika ponsel di saku celananya bergetar dan bergetar.  Kesal, dia mengambilnya sambil bertanya-tanya siapa yang meneleponnya di saat dia sedang terburu-buru seperti ini.  Rupanya itu Ben. Martin mengangkatnya dan meminta Ben langsung mengatakan apa yang ingin dikatakannya.  [Saya tadi memerintahkan seseorang untuk menemui Anda, Tuan Muda. Mohon maaf saya lupa mengabarkannya.]  "Itu saja?"  [Iya, Tuan Muda. Dia wanita yang bisa diandalkan. Anda bisa memintanya melakukan sesuatu untuk Anda jika itu dibutuhkan.]  Martin tak tertarik. Pikirannya terfokus pada situasi mencurigakan istrinya di Klub Ballein.  Dia pun bertanya apakah masih ada hal yang ingin disampaikan Ben padanya. Ketika Ben menjawab "tidak", dia mengakhiri panggilan saat itu juga.  Setibanya d iluar, Martin berdiri di trotoar menunggu taksi. Tiba-tiba, sebuah mobil Maserati merah mende

  • Menantu Sampah Ternyata Tuan Muda   mendesak

    Julia berontak, sekuat tenaga menepis tangan kiri Carlon dan mendorong pria itu.  Carlon terjengkang, tapi dia pun begitu. Para pengawal pribadinya Carlon langsung beranjak menghampiri Carlon. Tatapan mereka pada Julia kini penuh permusuhan.  Sadar kalau situasinya saat ini sangat buru, Julia cepat-cepat mengeluarkan ponsel dari saku jasnya dan mengetik pesan chat. Tapi belum juga selesai dia mengetik, Carlon bangkit berdiri dan berjalan ke arahnya.  Tak punya pilihan, Julia mengirim pesan yang belum selesai itu kepada Martin. Dia harap Martin akan memahami apa yang dia maksudkan. Saat ini hanya suaminya itulah yang bisa menolongnya.  Trang!  "Ah!"  Carlon menendang ponsel di tangan Julia hingga ponsel itu terlempar jauh. Julia sendiri kini memegangi tangannya yang kesakitan.  "Dasar wanita tak tahu diri! Harusnya kau sadari posisimu! Aku bisa saja menghancurkan perusahaan keluargamu kalau aku mau! Kau tak tahu si

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status