Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.
Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka. "Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu. "Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!" "Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan. Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa. Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu. Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia menyusul ke mobil dan membuka pintu di sisi mana Clarissa duduk. Ia membuka sabuk pengaman yang terpasang di tubuh anak semata wayangnya itu. Tetapi Clarissa yang mengira ibunya tidak mengijinkannya pergi ini menangis merengek. "Clarice mau pergi! Huhuhu ...Clarice mau jalan-jalan sama Papa Ethan ..." Gadis kecil itu menangis tersedu-sedu hingga membuat ibunya menjadi kebingungan. "Kau lihat? Dia ingin jalan-jalan, Crys! Dia bosan berada di rumah saja. Biarkan aku membawanya jalan-jalan," pinta Ethan pada Crystal. Ah, harus Crystal akui, dia memang jarang sekali membawa Clarissa keluar rumah. Bukan, bukan karena dia malas ataupun tidak sempat membawanya, namun ia tidak mau mengambil resiko jika Clarissa dibawa ke luar rumah ada seseorang yang akan mencelakai putrinya itu. Selama ini memang Clarissa seperti seorang putri yang terkurung di dalam istana megah. Benigno jarang sekali mengijinkan judulnya itu untuk dibawa keluar rumah, apalagi sejak insiden kematian Alessandro. "Mau ikuuut ... Clarissa mau ikuuuut!" rengek bocah kecil itu. "Kalau kau tak percaya padaku kau boleh ikut," kata Ethan kepada Crystal. " Dan tentu saja jangan mengira kalau aku sedang melakukan pendekatan kepada dirimu. Sama seperti kau tidak tertarik padaku, akupun tidak tertarik padamu, Crys! Jadi stop berpikiran macam-macam dan berprasangka buruk!" lanjut Ethan sebelum Crystal menuduhnya macam-macam. "Baiklah kalau begitu tunggu aku ganti baju sebentar!" pintanya setelah menimbang-nimbang selama beberapa saat. Ethan mengendikkan bahunya mempersilahkan Crystal untuk mengganti bajunya. Bukan Crystal namanya jika untuk berkemas-kemas saja ia butuh waktu yang sebentar. Nyatanya, waktu sebentar yang dia minta untuk mengganti baju, ternyata tidaklah sebentar yang dia katakan. Selain itu tak hanya ganti baju, Crystal juga berdandan habis-habisan seperti ia akan pergi hang out ke tempat-tempat berkelas. Menghabiskan waktu lebih dari setengah jam, barulah wanita itu kembali ke mobil setelah Ethan klakson mobil beberapa kali dari halaman depan. "Kau akan pergi seperti itu?" tanya Ethan takjub melihat dandanan Crystal yang cetar membahana. Istrinya itu memakai gaun berwarna hijau tosca tanpa lengan sepanjang lima senti di atas lutut , serta topi berbentuk caping sebagai aksesoris fungsi untuk melindungi dari sinar matahari. Dan jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya. "Ya, cuaca sangat panas sekali. Jadi bagaimana mungkin aku membiarkan sinar ultraviolet itu merusak kulit, iya kan?"tanyanya balik seakan meminta pembenaran atas apa yang ia lakukan. Ethan berpikir tidak ada gunanya berdebat dengan Crystal, apalagi itu hanya karena penampilan gadis itu yang berlebihan. Oh, ya sudahlah! Kenapa dia harus memikirkannya? Lalu tak lama melajulah mobil yang ditumpangi oleh ketiganya di atas jalan raya kota C. Tak terkira senangnya Clarissa menghirup udara bebas dan keramaian di kanan kiri jalan. Sepanjang jalan ia yang biasanya pendiam dan pemalu kali ini banyak berceloteh dengan bahasa Bali tanya sambil menunjuk-nunjuk apa yang menarik perhatiannya. Sesekali Ethan yang sedang mengemudikan mobil itu menjelaskan mengenai apa-apa yang sedang dilihat Clarissa tanpa diminta. Sepertinya ia benar-benar paham bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi yang baik dengan seorang anak kecil. Ethan membawa istri dan anak sambungnya itu ke sebuah taman yang ramai dikunjungi oleh keluarga di saat akhir pekan begini. Jangan tanya bagaimana reaksi Crystal saat tahu Ethan hanya membawa mereka ke tempat seperti ini. "Kau sungguh ingin membawa kami hanya ke tempat seperti ini?" katanya dengan nada protes sekaligus kecewa. "Hum, iya. Memangnya kenapa?" tanya Ethan tak merasa berdosa. Dengan wajah memberengut Crystal pun ikut duduk di rumput tanpa alas itu "Untuk apa datang ke taman seperti ini?" tanya Crystal masih tak habis pikir. "Berjemur!" jawab Ethan dengan entengnya sambil merebahkan tubuhnya di atas rerumputan. "Kalau hanya ditempat seperti ini, di rumah pun tadi bisa! Apa bedanya berjemur di taman dengan di halaman rumah dengan matahari yang sama?" protes Crystal sambil mencibir. Dalam hatinya ia pun menambahi, 'kenapa kau tidak jujur saja kalau kau tidak punya uang membawa aku dan Clarissa ke tempat mewah, Ba jingan? gerutu Crystal dalam hati "Tentu berbeda. Jika di rumah, Clarissa hanya bertemu dengan orang yang itu-itu saja. Dia pasti sangat bosan dikurung di rumah besar itu. Kau lihat itu?" Ethan menunjuk anak-anak seumuran Clarissa yang ada di taman itu dan dibawa orang tuanya dengan tujuan yang sama seperti mereka yakni sekedar berjalan-jalan menikmati moment weekend. Ada yang datang hanya bertiga seperti mereka, ada pula yang datang hanya berdua dengan ibunya mereka. Namun tak jarang ada yang seperti berpiknik membawa keluarga besar mereka. Padahal ini bukanlah taman hiburan besar. Clarissa sendiri terlihat begitu bahagia. Gadis kecil itu melepaskan diri dari mereka ketika ia melihat seekor kucing peliharaan yang dibawa oleh serombongan kecil keluarga yang berada tak jauh dari mereka. Crystal ingin mencegah putrinya itu menjauh dari jangkauannya. Namun Ethan melarang. "Biarkan ia menikmati masa kecilnya, Crys!" kata Ethan mencoba untuk memberikan pengertian pada ibu sang anak. Meski kesal dan ingin membantah, tetapi Crystal tak punya pilihan lain saat ia melihat tawa yang sungguh-sungguh bahagia mengembang di wajah kecil putrinya itu. Di sisi lain taman mereka tak menyadari ada dua pasang mata yang sedang mengintai mereka sedari tadi. Salah seorang dari mereka sedang menelepon dengan seseorang dengan menggunakan headset bluetooth di telinga. "Anak kecil berusia kurang dari tiga tahun. Perempuan, berpakaian pink dengan renda di bagian bawah gaunnya. Kunci target, jangan sampai lepas! Tangkap dan bawa hidup-hidup ke markas!" Orang yang menerima perintah itu bingung. "Bos! Ada banyak anak perempuan yang memakai pakaian pink disini, terus ini bagaimana?" sahut pria yang ada disisi lain taman "Dasar bo doh! Apa kau tahu apa yang dinamakan gaun? Apa kau tidak tahu apa yang dinamakan renda? Kau sungguh tidak tau, bo doh?!! Apa istrimu tidak pernah memakainya untuk pakaian dalam?! Dasar i diot!!" bentak pria itu. "Oh, baiklah, baiklah! Aku melihatnya sekarang bos! "Lakukan dengan hati-hati. Jangan sampai gagal!" perintahnya. ***** Bersambung"Marlon?!" pekik Crystal terkejut.Orang yang diserukan namanya oleh Crystal itu, lagi-lagi hanya melempar senyum menyeringai."Ya, ini aku. Kenapa kau terkejut melihatku? Apa itu karena kau merindukanku?" tanya pria itu dengan nada menyebalkan.Crystal menyipitkan matanya dan memasang ekspresi wajah jijik."Apa kau selalu seperti ini? Tidak tahu malu?" balas Crystal dengan sengit.Itu membuat Marlon menjadi tertawa."Tidak tahu malu? Tidak tahu malu seperti apa maksudmu, hmm? Bukannya kau yang tidak tahu malu? Aku sudah menolongmu dari pria yang menciba ingin menabrakmu itu, dan tadi kau dengan lantangnya mengucapkan terima kasih padaku dan ingin memberikan hadiah padaku sebagai imbalan atas pertolongan yang kuberikan karena telah menyelamatkan nyawa kamu. Tetapi lihat sekarang? Setelah kau tahu siapa dewa penolongmu, kau bukannya jadi memberikan hadiah padaku, tapi kini malah memakiku tidak tahu malu? Ckckck! Crystal Mensina memang luar biasa! Entah apa jadinya kalau aku benar-ben
Crystal masih terpaku melihat kedua orang yang tidak ia kenal siapa itu sedang berkelahi di hadapannya. Berbeda dengan Bertha yang segera cepat tanggap terhadap situasi tak menguntungkan itu. Ia segera buru-buru mendudukkan Clarissa di kursi, tepat di sebelah Crystal. Lalu iya pun mendorong kursi roda itu menjauh dari area itu."Ayo, Nyonya! Kita pergi saja dari sini. Di sini sangat berbahaya!" kata Bertha mencoba memperingatkan wanita yang dia lihat sembuh kembangnya dari sejak kecil itu."Si-siapa mereka, Bertha?" tanya Crystal dengan menggumam."Emm ... entahlah, aku tidak tahu, Nyonya Crystal. Kalau aku berpendapat sebaiknya kita pergi saja dari sini. Di sini terlalu berbahaya," kata Bertha.Wanita itu tanpa berpikir panjang lagi segera memutar balik kursi roda Crystal yang diduduki oleh sepasang ibu dan anak itu menuju ke arah rumah mereka yang berjarak sekitar 50 meter dari tempat itu."Tapi Bertha ... bagaimana dengan mereka?" tunjuk Crystal ke arah kedua orang asing yang sedan
"Mamaaaa!!!" seru Clarissa dari sisi jalan yang berseberangan dengan di mana Crystal sedang berada di kursi rodanya seperti saat ini.Crystal melambaikan tangannya untuk membalas seruan Clarissa dari samping mobil penjual es krim ituSebenarnya jalanan komplek itu tidak terlalu lebar. Seperti halnya jalanan komplek di perumahan-perumahan lain. Hanya saja Crystal memang lebih memilih untuk tidak ikut menyeberang dengan Bertha dan Clarissa yang sedang ingin membeli es krim di penjual es krim dengan mobil khusus itu. Crystal untuk menunggu di seberang jalan sambil tetap sibuk dengan ponselnya untuk mencari tahu apakah Ethan sudah aktif atau tidak.Beberapa kali Crystal menempelkan ponsel itu di telinganya dan beberapa kali pula dia harus memasang raut kecewa karena hingga saat itu pun, Ethan tetaplah tidak bisa dihubungi. Sangat menyebalkan![Nomor yang anda tuju sed ....]Crystal melepas ponsel yang menempel di telinganya dan merengut kesal."Ah, Ethan sialaaaaan! Sebenarnya apa maumu s
Brrrruuuuum!!!! Crystal yang sudah berada di tengah jalan tersentak dan spontan berhenti menekan tuas pada kursi rodanya. Hanya berkisar beberapa meter saja sebuah motor sport dengan cc besar saat ini sedang melaju kencang ke arahnya. Dalam hitungan detik saja, Crystal tersadar kalau dia sedang berada dalam bahaya. Refleks tangannya meraih tuas kursi roda itu agar bergerak maju, namun sepertinya meski kursi roda itu berhasil bergerak pun namun kalau dilihat dari kecepatan motor sport yang sedang melaju ke arahnya itu, rasanya tetap saja akan sulit baginya untuk lolos dari kecelakaan jika motor besar itu menabraknya. Mungkin Crystal memang tak sempat untuk berpikir panjang tentang sebuah alasan mengapa pengendara motor itu bisa tiba-tiba saja berada di jalanan komplek perumahan yang sepi dengan mengendarai sepeda motor yang melaju kencang. Entah dari mana datangnya sepeda motor itu? Crystal bener-bener tak mengerti. Tetapi satu yang pasti, pengendara sepeda motor itu pastilah senga
Crystal merasa bosan saat ini. Sejak kemarin Ethan tak lagi bisa dihubungi setelah mereka saling bertelepon dan melakukan panggilan video. Crystal setelah berulang-ulang mencoba menghubungi nomor pria itu. Namun sangat disayangkan karena hingga detik ini nomor ponsel begitu belum aktif juga.[Il numero che hai composto รจ inattivo e fuori portata. Si prega di lasciare un messaggio dopo il seguente tono... ]BIP!!![Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Mohon tinggalkan pesan setelah nada berikut ...]BIP!!Crystal menjauhkan ponselnya dari telinga sambil menggerutu. Sungguh saat ini dia merasa kesal setengah mati. "Ethan!! Sebenarnya ada apa denganmu? Kenapa kau tidak mengaktifkan ponselmu!" maki Crystal sambil mengomel pada ponsel yang ada di genggaman nya satunya.Clarissa yang sedang memakan serealnya disuap oleh Bertha hanya bisa melihat sang mama dengan wajah tertarik ingin mengetahui kemana papa Ethan-nya. Tetapi untuk menanyakannya langsung rasa
"Justru itulah alasan aku mengundang kalian datang ke sini. Kita harus berdiskusi untuk mencari tahu bagaimana cara agar bisa membebaskan mereka dari sana," kata Ethan.Mereka para member Aquila Nera yang ada di sana pun mengangguk-anggukkan kepala tanda sepakat dengan kata-kata dari Ethan itu, meski pun dalam hati dan pikiran mereka masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang ingin mereka lontarkan. Tapi mereka sadar diri kalau ini bukanlah saat yang tepat untuk terlalu banyak bertanya."Kalau begitu kita bisa mulai sekarang berdiskusi tentang apa yang harus kita lakukan untuk bisa mengeluarkan sekitar empat puluhan orang dari Ventra Della Terra?" tanya Ethan meminta pendapat para anak buahnya.Para anak buah Aquila Nera itu pun mengangguk."Lalu kalau begitu, apakah kira-kira kalian memiliki ide?" tanya Ethan pada mereka.Ethan menatap satu persatu orang-orang yang mengelilingi meja bundar meeting room Hotel Savona Catania itu."Baiklah, sebelum kalian mengeluarkan pendapat kalian masi