Share

Gaun Pink

Author: Kiki Miki
last update Huling Na-update: 2025-02-20 08:00:37

Kau berani memanggilku apa?" tanya Crystal marah.

Ethan tidak menghiraukan kemarahan Crystal. Sekarang ia malah membawa Clarissa di gendongannya menuju mobil Benigno berwarna merah dengan bak terbuka.

"Ethan!! Apa maksudmu berkata seperti itu padaku?!" kesal Crystal berusaha menghadang Ethan yang membawa Clarissa ke mobil. Namun oleh Ethan, ia sengaja didorong sehingga meminggir dan tak menghalangi jalan pria itu.

"Kau pikirkan saja sendiri! Ayo, Clarice! Papa akan bawa kau jalan-jalan!"

"Hum!" Clarissa pun mengangguk mengiyakan.

Apa? Papa katanya?! Dasar pria tidak punya malu! Bisa-bisanya dia mengajari Clarissa untuk memanggilnya papa.

Tanpa perlu membuka pintu mobil, Ethan pun mendudukkan Clarissa di kursi samping kemudi. Lalu ia pun memasang sabuk pengaman yang melintang miring pada bocah kecil berusia 2,5tahun itu.

Melihat putrinya siap dibawa pergi oleh Ethan, maka Crystal pun tidak mau berdiam diri. Segera ia menyusul ke mobil dan membuka pintu di sisi mana Clarissa duduk. Ia membuka sabuk pengaman yang terpasang di tubuh anak semata wayangnya itu. Tetapi Clarissa yang mengira ibunya tidak mengijinkannya pergi ini menangis merengek.

"Clarice mau pergi! Huhuhu ...Clarice mau jalan-jalan sama Papa Ethan ..." Gadis kecil itu menangis tersedu-sedu hingga membuat ibunya menjadi kebingungan.

"Kau lihat? Dia ingin jalan-jalan, Crys! Dia bosan berada di rumah saja. Biarkan aku membawanya jalan-jalan," pinta Ethan pada Crystal.

Ah, harus Crystal akui, dia memang jarang sekali membawa Clarissa keluar rumah. Bukan, bukan karena dia malas ataupun tidak sempat membawanya, namun ia tidak mau mengambil resiko jika Clarissa dibawa ke luar rumah ada seseorang yang akan mencelakai putrinya itu. Selama ini memang Clarissa seperti seorang putri yang terkurung di dalam istana megah. Benigno jarang sekali mengijinkan judulnya itu untuk dibawa keluar rumah, apalagi sejak insiden kematian Alessandro.

"Mau ikuuut ... Clarissa mau ikuuuut!" rengek bocah kecil itu.

"Kalau kau tak percaya padaku kau boleh ikut," kata Ethan kepada Crystal. " Dan tentu saja jangan mengira kalau aku sedang melakukan pendekatan kepada dirimu. Sama seperti kau tidak tertarik padaku, akupun tidak tertarik padamu, Crys! Jadi stop berpikiran macam-macam dan berprasangka buruk!" lanjut Ethan sebelum Crystal menuduhnya macam-macam.

"Baiklah kalau begitu tunggu aku ganti baju sebentar!" pintanya setelah menimbang-nimbang selama beberapa saat.

Ethan mengendikkan bahunya mempersilahkan Crystal untuk mengganti bajunya.

Bukan Crystal namanya jika untuk berkemas-kemas saja ia butuh waktu yang sebentar. Nyatanya, waktu sebentar yang dia minta untuk mengganti baju, ternyata tidaklah sebentar yang dia katakan. Selain itu tak hanya ganti baju, Crystal juga berdandan habis-habisan seperti ia akan pergi hang out ke tempat-tempat berkelas.

Menghabiskan waktu lebih dari setengah jam, barulah wanita itu kembali ke mobil setelah Ethan klakson mobil beberapa kali dari halaman depan.

"Kau akan pergi seperti itu?" tanya Ethan takjub melihat dandanan Crystal yang cetar membahana.

Istrinya itu memakai gaun berwarna hijau tosca tanpa lengan sepanjang lima senti di atas lutut , serta topi berbentuk caping sebagai aksesoris fungsi untuk melindungi dari sinar matahari. Dan jangan lupakan kacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya.

"Ya, cuaca sangat panas sekali. Jadi bagaimana mungkin aku membiarkan sinar ultraviolet itu merusak kulit, iya kan?"tanyanya balik seakan meminta pembenaran atas apa yang ia lakukan.

Ethan berpikir tidak ada gunanya berdebat dengan Crystal, apalagi itu hanya karena penampilan gadis itu yang berlebihan. Oh, ya sudahlah! Kenapa dia harus memikirkannya?

Lalu tak lama melajulah mobil yang ditumpangi oleh ketiganya di atas jalan raya kota C. Tak terkira senangnya Clarissa menghirup udara bebas dan keramaian di kanan kiri jalan. Sepanjang jalan ia yang biasanya pendiam dan pemalu kali ini banyak berceloteh dengan bahasa Bali tanya sambil menunjuk-nunjuk apa yang menarik perhatiannya.

Sesekali Ethan yang sedang mengemudikan mobil itu menjelaskan mengenai apa-apa yang sedang dilihat Clarissa tanpa diminta. Sepertinya ia benar-benar paham bagaimana cara berkomunikasi dan berinteraksi yang baik dengan seorang anak kecil.

Ethan membawa istri dan anak sambungnya itu ke sebuah taman yang ramai dikunjungi oleh keluarga di saat akhir pekan begini. Jangan tanya bagaimana reaksi Crystal saat tahu Ethan hanya membawa mereka ke tempat seperti ini.

"Kau sungguh ingin membawa kami hanya ke tempat seperti ini?" katanya dengan nada protes sekaligus kecewa.

"Hum, iya. Memangnya kenapa?" tanya Ethan tak merasa berdosa.

Dengan wajah memberengut Crystal pun ikut duduk di rumput tanpa alas itu

"Untuk apa datang ke taman seperti ini?" tanya Crystal masih tak habis pikir.

"Berjemur!" jawab Ethan dengan entengnya sambil merebahkan tubuhnya di atas rerumputan.

"Kalau hanya ditempat seperti ini, di rumah pun tadi bisa! Apa bedanya berjemur di taman dengan di halaman rumah dengan matahari yang sama?" protes Crystal sambil mencibir.

Dalam hatinya ia pun menambahi, 'kenapa kau tidak jujur saja kalau kau tidak punya uang membawa aku dan Clarissa ke tempat mewah, Ba jingan? gerutu Crystal dalam hati

"Tentu berbeda. Jika di rumah, Clarissa hanya bertemu dengan orang yang itu-itu saja. Dia pasti sangat bosan dikurung di rumah besar itu. Kau lihat itu?"

Ethan menunjuk anak-anak seumuran Clarissa yang ada di taman itu dan dibawa orang tuanya dengan tujuan yang sama seperti mereka yakni sekedar berjalan-jalan menikmati moment weekend. Ada yang datang hanya bertiga seperti mereka, ada pula yang datang hanya berdua dengan ibunya mereka. Namun tak jarang ada yang seperti berpiknik membawa keluarga besar mereka. Padahal ini bukanlah taman hiburan besar.

Clarissa sendiri terlihat begitu bahagia. Gadis kecil itu melepaskan diri dari mereka ketika ia melihat seekor kucing peliharaan yang dibawa oleh serombongan kecil keluarga yang berada tak jauh dari mereka. Crystal ingin mencegah putrinya itu menjauh dari jangkauannya. Namun Ethan melarang.

"Biarkan ia menikmati masa kecilnya, Crys!" kata Ethan mencoba untuk memberikan pengertian pada ibu sang anak.

Meski kesal dan ingin membantah, tetapi Crystal tak punya pilihan lain saat ia melihat tawa yang sungguh-sungguh bahagia mengembang di wajah kecil putrinya itu.

Di sisi lain taman mereka tak menyadari ada dua pasang mata yang sedang mengintai mereka sedari tadi. Salah seorang dari mereka sedang menelepon dengan seseorang dengan menggunakan headset bluetooth di telinga.

"Anak kecil berusia kurang dari tiga tahun. Perempuan, berpakaian pink dengan renda di bagian bawah gaunnya. Kunci target, jangan sampai lepas! Tangkap dan bawa hidup-hidup ke markas!"

Orang yang menerima perintah itu bingung.

"Bos! Ada banyak anak perempuan yang memakai pakaian pink disini, terus ini bagaimana?" sahut pria yang ada disisi lain taman

"Dasar bo doh! Apa kau tahu apa yang dinamakan gaun? Apa kau tidak tahu apa yang dinamakan renda? Kau sungguh tidak tau, bo doh?!! Apa istrimu tidak pernah memakainya untuk pakaian dalam?! Dasar i diot!!" bentak pria itu.

"Oh, baiklah, baiklah! Aku melihatnya sekarang bos!

"Lakukan dengan hati-hati. Jangan sampai gagal!" perintahnya.

*****

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Menantu Sang Mafia   Tamat Season 1

    Crystal tak punya pilihan lain selain masuk kembali ke ruang lelang. Dengan mata menusuk tajam dia menatap Jordy yang dengan tegas tak bisa ditawar mempersilahkan dia masuk ke dalam ruang lelang."Nah, itu dia putriku, Crystal. Sayang, ayo masuk dan datang kemari!" ajak Benigno padanya.Crystal berhenti sejenak dan menahan napasnya. Apa yang akan dilakukannya sekarang? Itu yang ada di pikirannya. Namun kemudian wanita berusia jelang 28 tahun itu tak punya pilihan lain selain melangkahkan kakinya untuk mendekat ke arah podium, di mana di sana juga telah berdiri Benigno dan Marlon.Jordy mengangguk kecil untuk meyakinkan Crystal agar melangkah masuk. Dengan langkah gontai akhirnya Crystal pun berjalan ke podium dengan diiringi tatapan semua orang yang ada dalam ruangan itu. Semua mata tertuju padanya."Ayo, Crys. Mari naik ke sini!" Lagi-lagi Benigno mengajak Crystal untuk naik. Ia sungguh tak mempedulikan perasaan Crystal saat ini. Marlon pun mengulurkan tangannya untuk Crystal naik k

  • Menantu Sang Mafia   Rencana Licik Benigno

    "Marlon, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Crystal pada pria yang tiba-tiba telah berada di sampingnya ini."Memangnya kenapa kalau aku ada di sini? Memangnya tidak boleh?" Marlon balik bertanya.Crystal menatap sekelilingnya. Di tempat ini ada banyak orang yang datang, semuanya tampak berpakaian formal. Ada beberapa di antara mereka yang memakai topeng. Itu karena acara ini adalah lelang amal. Di mana akan ada beberapa transaksi dengan jumlah nominal besar yang akan terjadi di gedung ini. Dan tidak semua orang-orang peserta lelang mau kalau identitas mereka dibuka di depan umum seperti ini. Entah itu karena alasan tertentu tak ingin sumbangan mereka dari hasil lelang diketahui oleh orang lain, atau ada juga yang merasa kalau mengikuti lelang ini terlalu beresiko karena kebanyakan pesertanya adalah orang-orang dalam ruang lingkup mafia."Kau ada di sini atau bukan itu bukan urusanku," kata Crystal.Marlon terkekeh mendengar jawaban Crystal itu. "Oh, ya? Kita lihat nanti saja, mung

  • Menantu Sang Mafia   Menyumbang Sesuatu Di Lelang Amal

    "Bertha, apa kau datang?" tanya Crystal.Ia saat ini sedang berada di rumah sakit pasca tindakan servical cerclage (ikat mulut rahim) yang dia lakukan di 14 minggu kehamilannya. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi resiko keguguran akibat lemahnya kandungannya saat ini. Selain dia sendiri menginginkan tindakan ini, Benigno mendorongnya melakukan hal ini agar Crystal bisa menemaninya ke acara lelang amal putra dari sahabatnya beberapa hari, sebab ia ingin mengoptimalkan rencananya mengenalkan Crystal dan Marlon sebagai pasangan di antara koleganya agar mereka tidak terkejut kelak.Dan di sinilah Crystal saat ini menjalani rawat inap selama dua hari setelah tindakan medis itu."Ya ini aku, Nyonya. Bagaimana kabar Nyonya? Apa semua baik-baik saja? Apa semuanya lancar?" tanya Bertha."Humm .... ini masih agak sedikit sakit, tetapi aku rasa ini akan membaik segera. Kau tahu aku harus melakukan ini, kan?" kata Crystal.Bertha mengangguk, sedikit prihatin pada nyonya-nya ini harus mengalam

  • Menantu Sang Mafia   Acara Lelang Amal

    Mobil limousin milik Benigno itu berhenti tepat di depan pintu masuk Giulia Hall kota C. Jordy yang mengemudikan mobil itu menoleh ke belakang."Kita telah sampai, Tuan Ben," katanya.Benigno dengan gayanya yang parlente melihat ke arah dalam hall dan kini berpaling pada putrinya itu."Ayo Crys, turun! Kita masuk ke dalam," ajaknya.Persis seperti yang diberitahu oleh Benigno minggu lalu, malam ini mereka akhirnya ada di Giulia Hall kota C ini yang kata Benigno demi menghadiri undangan Juan Harley dalam lelang amal tahunan.Jordy segera keluar membukakan pintu untuk Crystal, sementara Benigno membuka pintu untuknya sendiri. Jordy dengan elegan mengulurkan tangannya pada Crystal sekalian membantu Crystal untuk turun berhati-hati. Kemudian barulah dia menuntun Crystal dan menyerahkannya pada Benigno.Benigno membuka tangannya agar Crystal bisa menggandengnya."Ya Tuhan, aku masih tidak habis pikir kenapa Papa memaksaku ke acara ini dan bukannya Arabella," keluh Crystal."Papa sudah meng

  • Menantu Sang Mafia   undangan

    Crystal terpaku melihat kertas yang ada di hadapannya itu."Nyonya! nyonya? Apa anda tidak apa-apa?" tanya Maria sembari memberanikan diri mengusap pelan lengan Crystal.Crystal tersentak."Ah, ya. Aku tidak apa-apa," ucap Crystal. "Syukurlah, saya khawatir ada sesuatu yang buruk yang anda baca di surat itu," kata Maria dengan terbata.Crystal hanya tersenyum kecut."Tidak, tidak ada apa-apa, Maria. Oh iya, aku mungkin akan membutuhkan beberapa kali lagi bantuanmu, Maria. Kau tidak keberatan, kan?" tanya Maria penuh harap.Maria mengangguk."Ya, tentu saja. Saya akan dengan senang hati membantu, Nyonya.""Membantu apa?" Crystal dan Maria spontan menoleh ke arah suara bariton yang tiba-tiba saja telah ada di ambang pintu dapur."Papa? Apa yang sedang Papa lakukan disini?" tanya Crystal terkejut.Dia tidak menyangka Benigno bisa tiba-tiba saja ada di sini."Kenapa? Apa dapur adalah bagian terlarang yang tidak boleh Papa kunjungi di sini?" tanya Benigno sembari mengambil sebuah gelas d

  • Menantu Sang Mafia   Lelaki Lain Pengirim Pesan

    Saat Maria kembali ke rumah Benigno, Bertha masih berada di luar pos keamanan. Bertha sama sekali tak ingin meninggalkan pos itu meski Fabio berkali-kali telah menyuruhnya masuk ke dalam rumah."Sebenarnya untuk apa kau menunggunya di sini? Bukankah kau bisa saja menunggunya di dalam?" tanya Fabio dengan mata memicing curiga."Ya, sebenarnya bisa tapi aku tidak mau, okay? Aku harus memastikan titipan bahan makanan yang aku minta dibelanjakan oleh Maria masih segar tanpa kamu acak-acak," jawab Bertha ketus. "Ah, itu dia Maria telah datang! Cepat bukakan pagarnya!"Fabio geleng-geleng kepala sambil menekan tombol yang berfungsi membuka-tutup pagar."Kau membawa semua pesananku?" tanya Bertha sambil menyongsong Maria dan merebut barang belanjaan wanita itu.Maria tersenyum kecut. Dia sama sekali tak mengerti apa pun yang terjadi di sini, tetapi menurut penilaiannya Bertha sangat pandai bersandiwara."Ya," jawabnya singkat.Entah demi apa dia mau mengikuti permainan Bertha dan supir ape t

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status