Share

Menantu Serasa Pembantu
Menantu Serasa Pembantu
Author: Mega al Affan

PERNIKAHAN ALEEZA

"๐˜ฉ๐˜ฆ๐˜ฉ... ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ด๐˜ข๐˜ณ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ช๐˜ด๐˜ฌ๐˜ช๐˜ฏ!!! ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ธ๐˜ข ๐˜ด๐˜ช๐˜ฏ๐˜ช ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข. ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ถ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ช ๐˜ต๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ถ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ!! " ๐˜‰๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ธ๐˜ข๐˜ฏ๐˜ช๐˜ต๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ณ๐˜ถ๐˜ฉ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜บ๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ธ๐˜ข๐˜ซ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ญ๐˜ข๐˜ช ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ถ๐˜ด๐˜ช๐˜ข.

๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ป๐˜ข, ๐˜จ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช๐˜ด ๐˜ค๐˜ข๐˜ฏ๐˜ต๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ช๐˜ฌ ๐˜ด๐˜ฐ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ด๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ต. ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ซ๐˜ข๐˜ญ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ค๐˜ฆ๐˜ฑ๐˜ข๐˜ต ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ซ๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ซ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ. ๐˜ช๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ช๐˜ข๐˜ฑ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ช๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ฅ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ด.

" ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ถ... ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ป๐˜ข ๐˜ค๐˜ข๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ฌ, ๐˜ฃ๐˜ฐ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฉ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ป๐˜ข ๐˜ช๐˜ด๐˜ต๐˜ช๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ต ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ข๐˜ณ?" ๐˜›๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ป๐˜ข.

" ๐˜Œ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ฌ ๐˜ข๐˜ซ๐˜ข ๐˜ซ๐˜ข๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ฐ๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ!! ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฌ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ถ ๐˜ค๐˜ถ๐˜ค๐˜ช ๐˜ด๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ซ๐˜ถ ๐˜ช๐˜ต๐˜ถ!! " ๐˜›๐˜ช๐˜ต๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ช๐˜ฃ๐˜ถ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ต๐˜ถ๐˜ข ๐˜ด๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ญ ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ซ๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฌ๐˜ฆ ๐˜ข๐˜ณ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ด๐˜ฆ๐˜จ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฃ๐˜ข๐˜ซ๐˜ถ ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ฐ๐˜ฏ๐˜จ๐˜จ๐˜ฐ๐˜ฌ ๐˜ฅ๐˜ช ๐˜ด๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ถ๐˜ต ๐˜ณ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฏ.

๐˜ฉ๐˜ถ๐˜ง๐˜ต....

๐˜ˆ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฆ๐˜ป๐˜ข ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฃ๐˜ช๐˜ด๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฎ๐˜ฃ๐˜ถ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ง๐˜ข๐˜ด๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข. ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ต.

๐˜ฑ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ญ๐˜ข๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฏ, ๐˜ข๐˜ช๐˜ณ ๐˜ฎ๐˜ข๐˜ต๐˜ข ๐˜ฏ๐˜บ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ฆ๐˜ฉ ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ญ๐˜ถ๐˜ข๐˜ณ. ๐˜ช๐˜ข ๐˜บ๐˜ข๐˜ฏ๐˜จ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ข๐˜ฉ ๐˜ฉ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ช๐˜ญ ๐˜ฎ๐˜ถ๐˜ฅ๐˜ข ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ ๐˜ต๐˜ฆ๐˜ต๐˜ข๐˜ฑ ๐˜ฅ๐˜ช๐˜ฑ๐˜ข๐˜ฌ๐˜ด๐˜ข ๐˜ถ๐˜ฏ๐˜ต๐˜ถ๐˜ฌ ๐˜ฃ๐˜ฆ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ซ๐˜ข ๐˜ฌ๐˜ฆ๐˜ณ๐˜ข๐˜ด ๐˜ต๐˜ข๐˜ฏ๐˜ฑ๐˜ข ๐˜ฎ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜จ๐˜ฆ๐˜ฏ๐˜ข๐˜ญ ๐˜ข๐˜ฎ๐˜ฑ๐˜ถ๐˜ฏ.

GUBRAK!!!....

Aleeza tersadar dari mimpi buruknya. ia yang akan menikah esok pagi, lagi lagi merasa takut jika punya mertua yang jahat. hingga akhirnya, berkali-kali gadis cantik itu mimpi buruk.

*******

PERNIKAHAN ALEEZA

Pagi itu, cuaca begitu cerah, matahari tampak bersinar dengan sangat angkuh, menyinari setiap apapun yang dapat di jangkau nya.

Seperti biasa, setiap pagi semua orang akan sangat sibuk dengan kegiatan masing-masing. Ada yang berangkat ke kantor, sawah, kuliah, sekolah, pasar, bahkan ngerumpi bersama ibu ibu yang sama sama sedang berbelanja sayuran pada mang sayur. Begitu juga dengan orang-orang yang berada dalam sebuah rumah sederhana di ujung komplek.

Mereka semua sibuk menyiapkan acara pernikahan sang anak pertama dari keluarga itu. Karena mempelai laki-laki dan rombongan nya akan datang satu jam mendatang.

" Nduk.... Makan dulu yuk... Biar kamu tidak gugup. Nanti acara nya akan berlangsung sampai siang " Ucap seorang wanita paruh baya yang mengenakan kebaya coklat dengan sebuah senyum yang terus merekah di bibir nya.

" Enggak  mah, nanti aja. Tadi Aleeza sudah minum teh hangat " Jawab gadis cantik dengan pakaian adat khas pernikahan Jawa sambil memamerkan senyum manisnya.

" Ya sudah, mamah kesana dulu ya... " Ucap wanita paruh baya itu dengan tetap tersenyum.

Aleeza tahu betul, jika seorang ibu yang telah melahirkan nya itu sangat bahagia dengan hari ini, Hari pernikahan nya. Namun, tidak dengan Aleeza... Gadis cantik itu gugup setengah mati.

" Ya Alloh.... Aku ridho dengan semua ketentuan takdir mu, aku ridho dengan semua ini jika membuat orang tua ku bahagia. Ku pasrahkan semua nya pada Mu. Semoga, mas Reyhan benar-benar jodoh yang Engkau tuliskan namanya di lauhil mahfudz untuk ku. Aamiin " Ucap ku lirih.

Mata Aleeza menjelajahi setiap sudut rumah, melihat semua orang yang sibuk wara wiri. Ia juga melihat semua keluarga besar nya yang tampak bahagia.

Lihatlah.... Papa dan mama nya tak berhenti tersenyum sejak tadi, begitu juga dengan seluruh keluarga besar nya yang juga berbincang bincang dengan para tetangga dan tamu undangan.

Aleeza tak pernah melihat mereka semua se bahagia ini. Aleeza tak pernah menyaksikan semua orang begitu bersuka cita menyambut hari ini.

......................

" Bismillahirrahmanirrahim.... Saudara Amad Reyhan Al Azizi bin kh. Hakim Al Azizi, saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan ananda Aleeza natasha aidisty binti bapak Drs. H. Shodiq ilyas dengan maskawin seperangkat alat sholat, dan uang tunai sebesar sepuluh juta rupiah di bayar tunai" Ucap penghulu dengan lantang.

" Saya Terima nikah dan kawinnya saudari Aleeza natasha aidisty binti bapak Drs. H. Shodiq ilyas dengan maskawin tersebut, di bayar tunai" Jawab mas Reyhan dengan lantang pula.

" Sah!!! " Ucap pak penghulu.

" Sah!!!!!?? " Jawab para hadirin.

" Alhamdulillah.... "

Ucapan syukur terdengar bersahutan dari segala penjuru. Begitu juga dengan ku dan mas Reyhan yang langsung mengucapkan hamdalah.

" Untuk mempelai wanita, silahkan mencium punggung tangan suaminya, dan pengantin pria mencium kening wanita nya" Ucap pak penghulu memberikan pengarahan.

Mas Reyhan pun segera mengulurkan tangan nya ke arah ku, dengan perasaan campur aduk dan gugup, ku Terima uluran tangan itu dan mencium nya penuh takdzim. Hingga beberapa orang dan fotografer memotret adegan kami. Selesai itu, mas Reyhan pun meraih wajah ku, dan mencium kening ku penuh khidmat. Dan seperti adegan cium tangan tadi, sebagian tamu undangan dan pihak keluarga pun mengabadikan momen tersebut.

Rasanya, aku sangat terharu. Ku lihat mamah yang beberapa kali menyeka air mata kebahagiaan nya, dan juga papa yang selalu tersenyum, melukiskan bahwa mereka berdua benar-benar sangat bahagia.

Perjalanan cinta yang Tuhan gariskan benar-benar penuh misteri, tak sampai tiga bulan kita di dekatkan, dan langsung menikah.

FLASHBACK  on

" Za, mamah sama papa mau bicara sama kamu, kita tunggu di ruang tamu ya, jangan lupa bawakan empat gelas juz jambu yang sudah mamah siapkan di dapur dan camilan nya" Ucap mamah Ina.

" Ooh, ada tamu ya mah?? " Tanya Aleeza.

" Iya sayang, kita tunggu di ruang tamu ya nak" Ucap mama ina.

" Oke" Jawab Aleeza.

Aleeza pun merapikan jilbab nya dan bergegas melaksankan perintah dari mamah nya. Dari kejauhan, ia melihat ada satu orang perempuan yang usia nya di atas mamah nya, dan sosok laki-laki yang rumayan Sepuh.

Aleeza berjalan dengan sopan, dan menghidangkan minuman serta beberapa camilan itu di depan mereka.

" Za, salim dulu" Titah papa.

Aleeza pun menuruti ucapan papa nya dan mencium tangan mereka berdua.

" Ini nak Aleeza ya pak, cantik " Ucap si ibu itu.

" Terima kasih bu" Jawab ku.

" Duduk sini nak, ada yang ingin papah sampaikan"  Titah papa Aleeza.

Aleeza yang mendengar titah itu, langsung duduk di samping mamah nya tanpa perlawanan.

" Ya Robb... Apa yang ingin papa sampaikan?? Kenapa aku sangat gugup?? "Batin Aleeza.

" Nak, papa sama mamah tidak pernah memaksa kamu dalam setiap keputusan yang kamu ambil, dan papa harap, kamu menerima lamaran dari abah dan ibu ini" Ucap papa Aleeza.

Aleeza yang sejak tadi diam mendengarkan perkataan papa nya, mendadak terpaku. Ia diam membisu mendengar permintaan sang papa yang sangat tiba-tiba.

" Za... " Panggil mamah ina.

" Eh, iya mah? " Jawab Aleeza gelagapan.

" Kamu nggak harus Jawab sekarang nak, kamu perlu berfikir dan istikhoroh, karena ini semua menyangkut masa depan mu, dan untuk seumur hidup mu" Ucap laki-laki Sepuh yang berada di depan ku itu penuh wibawa.

" Nggih abah" Jawab ku.

Mereka semua asyik berbincang bincang, seolah mereka sudah berteman sangat lama. Padahal aku tahu, bahwa mereka berdua adalah orang asing yang berusaha menyambung tali persaudaraan dengan keluarga ku. Namun, papa dan mama ku orang nya sangat asik, mereka tak pernah membeda beda kan tamu, dan tentunya keramahan mereka membuat semua tamu tamu nya sangat betah dan nyaman.

" Oh iya nak, ibuk boleh minta nomor WA kamu??" Tanya ibu ibu yang sudah setengah renta itu pada ku.

" Oh, tentu saja boleh bu" Jawab ku dengan sopan.

Aku pun menyebutkan beberapa digit angka yang langsung di catat oleh ibu itu di ponsel nya.

Dan dari perbincangan mereka, aku pun tahu jika mereka masih termasuk dzurriyyah pondok pesantren Al Hikam. Abah yang tadi adalah putera ke tiga dari sang kyai yang telah berpulang beberapa puluh tahun lalu. Namun, abah hakim tidak memiliki pesantren, beliau, istri nya, dna putera nya yang akan di jodohkan dengan ku itu hanya ikut membantu mengajar di pesantren.

" Ya sudah pak Shodiq, saya dan nyai mau pamitan pulang saja, kebetulan nanti biasa maghrib juga masih ada jadwal ngajar " Ucap abah hakim.

" Oh, begitu ya. Baik Pak, Terima kasih atas kunjungan nya" Jawab papa ku dengan sopan.

" Oh ya, nak Aleeza, mikirnya jangan lama lama ya" Ucap abah hakim sambil tersenyum.

Dan Aleeza, hanya membalas ucapan beliau dengan senyum manis nya.

Malam harinya, selesai sholat isya' dan murajaah di kamar nya, Aleeza membuka gawai nya. Mata gadis cantik itu sedikit memicing lantaran menemukan sebuah kontak baru yang mengirimi nya pesan.

" Assalamu'alaikum ning Aleeza.... "  Isi chat itu.

" WA alaikum salam, ini siapa ya...? " Tanya Aleeza. 

 " Perkenalkan, saya.... 

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status