"How are you, Rey?" tanya Davin, dengan logat Skotlandia nya yang begitu khas."I'm fine, Sir.”"Is there any problem? I can find it from your face.""No, Sir, just a litte problem."Reyhan mengucapkan terima kasih pada pelayan perempuan yang mengantarkan teh daun mint miliknya, lalu menghadap Davin kembali."Apa Anda melihat tiga orang dengan topi hitam dan kaos atau jaket dengan warna yang sama?""Banyak sekali, Rey, apalagi orang-orang yang berjalan di depan Waverley Mall tadi.""Bukan itu, Tuan, ish ... maksudku tiga orang yang baru saja keluar dari kafe ini.""Mmm, sepertinya aku melihat ... mungkin tidak juga. Bagaimana denganmu, Sayang?"Lisa yang sedang melirik menu makanan di samping Davin, langsung memalingkan wajah karena sedikit terkejut."Ehh, kau tanya apa?""Tentang tiga orang berpakaian serba hitam yang baru saja keluar dari kafe ini, apa kau melihatnya?""Sepertinya tidak, tadi saat jalan, kita cuma papasan sama dua pasangan dan gerombolan anak muda yang sedang berpes
Karena Lisa sedang hamil dan ingin dimanja oleh Davin, perempuan itu merengek ingin ikut menuju London Utara.Setelah dilarang, alasan lain keluar.“Aku tidak mengizinkanmu pergi sendiri dan harus ditemani seseorang.”Berbicara seperti itu kepada Davin merupakan langkah yang salah.Sebagai seorang Tuan Muda, ia bebas mengajak siapapun. Bahkan, tidak menuntut kemungkinan, Mr. Smith juga diajaknya.Tapi yang pasti, Melvin akan menemani kepergian Davin. Bisa jadi juga Reyhan atau malah Greg.Usai sarapan dan berbincang sekilas di kafe The Dome, mereka bertiga kembali ke rumah masing-masing.Tak lupa, Davin meminta Lisa agar membungkus beberapa menu yang ada untuk sarapan pagi Gerald di rumah sakit.“Bukankah ini terlalu mahal untuk papa dan mamaku?”“Sudahlah, pesan saja sekalian biar kita tidak bolak-balik turun dari mobil.”“Ehm ... saldonya tidak terbatas nih.”Lisa sejenak lupa kalau kekasihnya adalah seorang Tuan Muda Edinburgh dengan harta kekayaan yang tidak diragukan lagi.Semenj
Seorang lelaki langsung menyerahkan sebuah bingkisan kecil dan seketika meninggalkan kafe The Dome. Pakaiannya sangat sederhana, bahkan seperti orang yang kurang berkecukupan. Dari postur tubuh dan bentuk wajah, sekilas memang lelaki itu mirip Colin, atau bahkan identik.Tapi, itu tidak semata-mata membuat Davin percaya begitu saja dengan apa yang lelaki tersebut bicarakan.“Rey ... kau kenal dengan pria satu ini?”“Tidak, Tuan, tapi dia benar-benar mirip dengan Colin.”“Wait ...”Panggilan Davin sepertinya tidak didengar lelaki itu.Tanpa pikir panjang, Reyhan berlari untuk menyusul langkah orang yang mengaku sebagai adik kandung Colin.Dan betapa terkejutnya Reyhan karena mendapat sebuah tendangan tepat di selankangan.Argh!Pria itu berlari menyusuri jalanan Princes Street yang ramai penduduk, lantas berbelok di gang kecil 20 meter setelah Waverley Mall.Reyhan masih mengerang kesakitan dan Davin membantunya berdiri.“Aku lupa, kau tidak punya ilmu beladiri.”“Brengsek... dia menen
“Kenapa kau membelikanku makanan mahal seperti ini? Bagiku, Haggis atau kentang goreng yang ditaburi garam dan lada hitam saja cukup.” Gerald bertanya singkat.“Kan itu bagimu, bukan bagi perempuan itu,” jawab Davin, menautkan kedua alisnya seakan menyindir Rara yang masih hobi bergelimangan harta.Semenjak mendapat perlakuan tidak senonoh dari bawahannya di Setiawan Developement, Gerald sedikit introvert dan menjadi orang pendiam.Tak pelak, perubahan sifatnya itu juga berdampak pada pola dan selera makannya.Bagi Gerald yang sekarang, makanan mahal atau murah adalah sama saja.Asal setiap gigitan kita merasakan kebahagiaan dari makanan tersebut, itu saja sudah sangat cukup, lebih dari sekedar perut kenyang.“Jangan katakan itu ... toples bulat dan ada tulisan premium.”“Iyap, itu caviar. Nikmatilah bersama Madam dan tolong,” Davin mendekatkan mulutnya ke telinga Gerald, “jaga Lisa karena masalah semakin rumit.”“Hey, apa yang kalian bicarakan sampai berbisik seperti itu. Ayolah ...
Dua puluh menit perjalanan, Davin sudah berada di depan gerbang.Seperti biasa, ia selalu menanyakan kabar kepada ketiga satpam yang berjaga.“Bagaimana rasanya 2 hari disini, Bert?”Albert, anak buah Melvin itu diangkat Davin sebagai satpam rumah.Sepertinya tidak elok kalau menyebut lelaki itu sebagai satpam, lebih ke arah detektif pembantu atau mungkin eksekutor.“Mungkin agak susah beradaptasi, tapi ini sungguh adrenalin baru. Memang tidak sekeras ketika hidup bersama orang-orang Orchid, tapi sensasi ini berbeda.”Setelah basa-basi singkat, Davin masuk ke dalam rumah dan mengemas beberapa pakaian.Tak lupa, senter, jam tangan, sekaligus parfum beracun yang diberi Melvin waktu ada di kebun rahasia juga dibawanya sebagai senjata.Aduh!Davin menepuk jidatnya.“Aku lupa, hari ini ada meeting besar di Nayama, kenapa aku harus mengiyakan permintaan Mr. Smith untuk itu.”Pukul sembilan pagi, mungkin masih sempat.Meeting dimulai pukul satu siang, artinya masih sisa 2 jam untuk misi peng
Sepuluh menit berlalu dan kurang dua teka-teki lagi hingga Davin bisa melewati labirin tersebut.Setelah menyalakan air mancur dan memberi kode kepada Mr. Smith jika dirinya sudah melewati teka-teki kedua, kini dia harus berhadapan dengan game sodoku.Orang biasa mungkin bisa menyelesaikan game ini dengan mudah, tapi untuk sodoku ukuran 13 angka, sangatlah mustahil kalau bukan orang yang benar-benar jenius.Dengan segera, Davin menyelesaikannya dan tersisa tiga kotak kosong yang belum terisi angka.Setelah memastikan semuanya sudah tepat, ia menekan tombol hijau dan bam ... semak belukar tersebut terbuka dan mempersilakannya masuk lebih dalam.Tiga menit setelahnya, terdengar sebuah teriakan yang sangat keras sekali.Sakit!!!Mr. Smith berlari cepat menuju lantai satu dan membuka pintu istana.Karena tidak melihat siapa yang berdiri di depan pintu, ketua polisi istana tersebut menabrak seseorang.“Ahahaha, kau lucu sekali, Smith. Jangan kira aku tidak bisa melewatinya. Memang agak sul
Seminggu setelah mendapat laporan seperti itu, Mr. Smith langsung menyuruh Peter untuk menyelidiki Possilpark dan menemukan Hans sedang berpesta disana.“Hanya Hans yang tahu jika Nayama adalah perusahaan milikku. Tidak ada orang luar lain, mungkin hanya Melvin, Greg, atau dari keluarga Setiawan saja.”“Maka dari itulah aku curiga kepada kepala kawasan Raeburn Place itu. Gerak-geriknya akhir-akhir ini tidak terpantau.”Seorang lelaki naik menuju lantai empat istana dengan membawa senapan laras panjang.Di pundaknya, terdapat tiga bintang yang tersemat dan ia menggunakan beret hijau kebanggan dengan lambang bintang di depannya.Sebelum melapor, lelaki itu memberi hormat kepada Mr. Smith dan Davin, kemudian membungkukkan badan.“Semua persiapan sudah selesai, dua mobil jeep sudah datang dari pangkalan militer Edinburgh.”“Baiklah, Tuan, kita siap berangkat kapanpun.”“Kalau begitu, segera komando pasukan untuk menyusur jalanan Livingston lebih dulu. Aku curiga ada mata-mata yang sedang
Saat berjalan pelan, Davin menembakkan satu peluru sembari mengendarai mobil.Aaaaaaa!Suara teriakan terdengar begitu peluru melesat dan menuju jerami dengan celah sempit itu.Bidikan Davin tepat mengenai celah dan boom ...Seseorang keluar dari jerami dengan posisi mata sudah berdarah-darah. Teriakan itu sangat melengking.“Benar dugaanku, ada mata-mata disini,” batin Davin dalam hati.Seketika setelah tembakan itu dibuka, ada banyak orang keluar dari balik dedaunan tebu yang tingginya hampir satu meter setengah.Adu tembak tidak tertahankan.Davin langsung meminta semua mobil menyusun formasi melingkar dengan Gallardo hijau sebagai pusatnya.Dua jeep dan dua avanza modif itu sengaja didesain dengan bemper dan body tahan peluru.Prioritasnya hanya satu, Davin tetap dalam keadaan aman dan mobilnya tidak tergores sedikitpun hingga Hans berhasil ditangkap....Disaat peperangan sedang pecah di tengah perkebunan Livingston, Hans sedang berpesta dengan para mafia narkoba di Possilpark.S