Home / Urban / Menantu Tak Ternilai / Bengong Bisa Bikin Orang Mati

Share

Bengong Bisa Bikin Orang Mati

Author: Falisha Ashia
last update Last Updated: 2025-05-03 11:20:06

Setelah melakukan itu, Davis langsung menyeret Reza menjauh dari Bastian.

Kini di sana ada ada Sandy seorang. Kaos merah yang dikenakan pria itu kini sudah basah kuyup dengan keringat dingin yang keluar dari tubuhnya. Celana pendeknya pun sudah basah akibat dia pipis di celana.

"Charlie, menurutmu hukuman apa yang pantas untuk pria ini?" tanya Bastian.

"Aku rasa memotong lidahnya adalah hukuman yang baik. Bagaimanapun dia sudah menawarkan pekerjaan untuk memfitnah Anda, jadi, jika lidahnya dipotong dia tidak akan lagi bisa berbicara dan menyuruh orang untuk melakukan sesuatu hal yang merugikan orang lain," kata Charlie.

"Kamu sangat bijaksana sekali, Charlie! Kalau begitu kamu lakukan sesuai dengan yang kamu katakan tadi!" ucap Bastian.

"Terima kasih, Tuan! Baik aku akan lakukan!" ucap Charlie.

Sandy menggelengkan kepalanya dengan sangat keras, air matanya kini menetes di pipinya. Dia sangat ketakutan.

"Pak Charlie, tolong jangan lakukan itu. Kamu adalah seorang mafia terbesar sekalig
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menantu Tak Ternilai   Datang Tepat Waktu

    "Benarkah? Tapi jika punya masalah keluarga, kenapa dia tidak memberitahuku? Setidaknya kita bisa ikut membantu menyelesaikannya," tanya Bastian, berbicara lebih pada dirinya sendiri.Mey menjawab, "Mungkin Livy tak mau merepotkan kita, Tuan Dominic. Saya hanya menyarankan dia segera pulang.""Aku merasa masalah Livy bukan sekadar masalah keluarga. Mungkin lebih berat," ucap Bastian, kecemasan menguasainya.Kenapa pemikiran Tuan Dominic sama persis dengan Noel? batin Mey, menatap Bastian aneh.Bastian tak lagi memedulikan Mey. Ia merogoh saku celana, mengambil ponsel. Setelah menemukan kontak Livy, ia mencoba menghubungi."Sial! Kenapa tak diangkat," gerutu Bastian saat panggilan pertamanya gagal. Panggilan kedua pun tak terjawab. Raut wajahnya berubah gelap."Ada apa, Tuan Dominic?" tanya Mey khawatir."Livy. Sudah dua kali kuhubungi, tak dijawab," jawab Bastian."Bukankah dia pulang ke rumahnya?""Tidak. Perasaanku sangat tidak enak. Aku yakin Livy sedang dalam bahaya."Saat itu, Ch

  • Menantu Tak Ternilai   Bantuan Dari Mey

    ​"Aku tidak selingkuh, Noel! Kenapa kamu masih saja tak percaya!" seru Livy, keputusasaan bercampur kesal yang membakar tenggorokannya. Ia tahu mustahil menjelaskan masalah Wagner yang sedang ia hadapi tanpa membongkar seluruh kebohongannya.​"Kalau begitu, berikan ponselmu!" Noel bersikukuh, matanya menuntut. "Aku mau lihat, kamu benar-benar berselingkuh atau tidak?"​Livy begitu kesal sekaligus ketakutan. Memberikan ponsel berarti menyerahkan bukti perselingkuhannya dengan Bastian, dan itu akan meledakkan segalanya. Pesan ancaman Wagner masih ada di sana.​"Berikan ponselmu!" seru Noel, tangannya bergerak cepat, berusaha merebut benda pipih itu.​Livy mencengkeram ponselnya sekuat tenaga. Wajahnya memucat. Aku tak bisa di sini terus. Akan berbahaya jika Noel bisa merebut ponselku. Aku harus segera pergi.​Di ruang tengah, Mey samar mendengar teriakan dan suara gaduh dari kamar Noel. Setelah ragu sejenak, ia memutuskan untuk menghampiri. "Biar saja mereka berpikir aku ikut campur," g

  • Menantu Tak Ternilai   Noel Curiga

    'Wagner, aku sudah bertanya, hal penting apa? Jawab, atau ini buang-buang waktu.'Livy mendengus kesal. Pria itu sungguh menyebalkan.'Waahhh … sudah berani kamu padaku, Livy? Aku bisa saja menghancurkanmu dalam waktu sekejap.'Apa yang dia punya sampai berani-beraninya mengancamku? pikir Livy, jarinya berhenti di atas layar.'Punya apa kamu sampai mengancamku? Menghancurkanku dalam sekejap? Jangan mimpi, Wagner.'Di seberang sana, Wagner tertawa. 'Kamu terlalu percaya diri, Livy. Aku benar-benar akan menghancurkanmu jika tak menuruti perkataanku. Apa kamu tak tahu jika aku tahu tentang skandalmu dengan Bastian?''Apa maksudmu?' Livy membalas cepat.'Menarik, ya?' Wagner memancing.'Tak perlu berbasa-basi, Wagner. Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan denganku di hotel!''Oke, akan aku katakan padamu. Aku ingin membicarakan masalah skandalmu dengan Bastian.'Akhirnya Wagner memberitahukan tujuannya.'Satu lagi, jangan beritahu siapapun kalau aku dan kamu akan bertemu di hotel. Ka

  • Menantu Tak Ternilai   Rencana Yang Gagal

    "Kita kembali ke markas sekarang!" tegas Diego.Para pasukan serentak menjawab, "Baik, Tuan." Mereka segera masuk ke mobil yang sudah menunggu. Kewaspadaan mereka tak berkurang; ancaman serangan Bernard terasa dekat. Mereka tahu, kelengahan sekecil apa pun bisa menjadi celah bagi musuh.Sementara Diego dalam perjalanan, di markas, seseorang tengah didera kekesalan. Bastian, duduk di kursi ruang tengah, terlihat sangat geram. Ia baru saja memutuskan sambungan telepon."Sial! Ternyata dia tak semudah itu untuk disingkirkan," ucap Bastian lirih, memijat keningnya yang berdenyut pusing.Master Lee, Antoine, dan yang lainnya duduk tegang di ruangan yang sama."Ada apa, Bastian? Masalah apa?" tanya Master Lee, melihat raut wajah Bastian menahan amarah."Anak buah Bernard mengikuti Brigit saat keluar dari Big Dom Corp," jawab Bastian, raut kekhawatiran terlihat jelas."Lalu, apa yang terjadi, Tuan Dominic?" kali ini Antoine yang bertanya."Aku mengirimkan pasukan tambahan satu mobil untuk me

  • Menantu Tak Ternilai   Baku Tembak

    Setelah keluar dari ruangan Bernard, Brigit langsung menuju ruangan Amber. Di sana, ia melihat Amber asyik berbincang dengan Patrick di ruangan dekat Bernard. Brigit merasakan hawa tegang yang membuatnya ingin segera pergi."Amber!" seru Brigit, berjalan mendekat, memasang wajah cemas.Brigit terlihat agak canggung. Amber, meski menyadarinya, tetap mengikuti skenario. "Ya, Brigit. Apa urusanmu dengan Bernard sudah selesai?""Sudah, tapi belum tuntas," jawab Brigit, berusaha setenang mungkin. Jantungnya berdebar kencang."Kalau belum selesai, kenapa harus buru-buru? Sebaiknya selesaikan saja sekarang," usul Amber, pura-pura tidak mengerti."Tidak bisa, Amber. Tiba-tiba aku ada urusan mendadak yang tidak bisa ditunda sedetikpun." Brigit menolak cepat.Ada apa, Brigit? Kenapa dia tergesa-gesa sekali? batin Amber, menyadari kegugupan temannya."Cepat, Amber!" seru Brigit, mendesak.Patrik tidak suka melihat Brigit mengajak Amber pergi terburu-buru. Wajahnya mengeras. "Kenapa buru-buru, Br

  • Menantu Tak Ternilai   Rencana Bastian

    Setelah keluar dari ruangan Bernard, Brigit langsung menuju ruangan Amber. Di sana, ia melihat Amber asyik berbincang dengan Patrik di ruangan dekat Bernard."Amber!" seru Brigit, berjalan mendekat.Brigit terlihat agak canggung. Amber, meski menyadarinya, tetap mengikuti skenario. "Ya, Brigit. Apa urusanmu dengan Bernard sudah selesai?""Sudah, tapi belum tuntas," jawab Brigit, berusaha setenang mungkin."Kalau belum selesai, kenapa harus buru-buru? Sebaiknya selesaikan saja sekarang," usul Amber."Tidak bisa, Amber. Tiba-tiba aku ada urusan mendadak." Brigit menolak cepat.Ada apa, Brigit? Kenapa dia tergesa-gesa sekali? batin Amber."Cepat, Amber!" seru Brigit, kembali mendesak.Patrik tidak suka melihat Brigit mengajak Amber pergi terburu-buru. "Kenapa buru-buru, Brigit? Aku dan Amber belum selesai mengobrol.""Iya, Brigit. Kenapa tergesa-gesa?" tanya Amber, sambil memberi kode bahwa ia sedang mendekati Patrick."Amber saja belum ingin cepat-cepat pergi. Kenapa justru kamu yang me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status