Home / Rumah Tangga / Menantu Terhina Ternyata Mafia / Bab 7. Marthin Luther Kembali

Share

Bab 7. Marthin Luther Kembali

Author: Pein
last update Last Updated: 2023-07-05 21:30:27

Martin tahu Istrinya mulai merasa tidak enak, pria itu mengusap lembut lengan sang Istri sembari tersenyum simpul.

Jesica menatapnya tidak berdaya, pasalnya wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela sang suami. Namun, Martin tetap mengajak Jesica naik ke panggung tidak perduli dengan perkataan orang yang hadir di sana.

"Tidak apa, ini sudah biasa bagiku, bukankah kamu tahu itu?" bisik Martin lembut.

Jesica menatap suaminya, terlihat tatapan Martin yang penuh kepercayaan diri membuat wanita itu sedikit tertegun.

Selama dua tahun menikah, baru kali ini ia melihat Martin yang tampak percaya diri dihadapan banyak orang.

Martin menganggukkan kepalanya mengajak Jesica naik ke atas panggung. Wanita itu hanya bisa menurut naik ke panggung dengan tatapan sinis dari wanita muda yang hadir di sana, pasalnya Martin tampak lebih tampan daripada biasanya.

"Tuan Luther, terima kasih sudah mau datang ke acara pria tua ini," sambut Pak tua Vlar bersemangat.

Sebelum Martin menjawab, tiba-tiba seorang pria seumuran dengannya buka suara. "Tuan Vlar, apakah anda salah mengenali orang?"

Sontak saja semua orang langsung menoleh ke arah suara. Tampak seorang pria cukup tampan dengan pakaian serba mewah, membawa segelas minuman naik ke atas panggung.

"Bukankah itu Theodore Roosevelt? Calon pewaris tunggal keluarga Roosevelt?"

"Astaga, kamu benar dia Theodore!"

"Dengar-Dengar keluarga Roosevelt sangat dekat dengan keluarga Luther, apakah mereka saling mengenal?"

Semua orang mulai mengganti topik yang awalnya membahas Jesica, sekarang beralih membahas Theodore.

"Apa maksud kamu Theodore?" tanya Pak tua Vlar bingung.

Theodore tersenyum. "Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada anda tuan Vlar, tapi pria didepan anda bukanlah berasal dari keluarga Luther!" ujarnya sambil menyeringai ke arah Martin.

Semua orang jelas bingung dengan pernyataan Theodore, pasalnya mereka kebanyakan tidak pernah melihat tuan Luther seperti apa.

"Theodore, jaga bicaramu!" hardik Pak tua Vlar.

"Tuan Vlar, anda tentu mengenal keluarga saya, dimana keluarga Roosevelt begitu dekat dengan keluarga Luther. Saya yakin pria ini sedang membohongi anda!" serunya dengan suara lantang.

Para tamu mulai berbisik-bisik, pasalnya mereka juga tahu siapa Theodore dan benar kalau keluarganya begitu dekat dengan keluarga Luther.

Pak tua Vlar jelas kebingungan, ia mencari dimana Ivan berada. Akan tetapi pria itu tidak ada dimana-mana.

"Hei, aku ingat sekarang! Dia Martin, aku yakin dia Martin!" seru salah satu tamu.

"Astaga, benar dia Martin, lihatlah wajahnya!" timpal tamu lainnya.

Seketika semua tamu menatap Martin dengan seksama, setelah melihat dengan seksama. Mereka semua juga sepakat kalau itu memang Martin menantu sampah keluarga Bloody.

"Sialan, ternyata dia hanya ingin membohongi kita!" seru salah satu dari mereka.

"Hei sampah! Berani sekali kamu membohongi keluarga Vlar!"

"Turun woi! Apa kamu sudah memiliki urat malu lagi!"

Para tamu yang mengenal Martin mulai mencemoohnya, mereka semua tidak suka dengan Martin yang diperlakukan istimewa oleh keluarga Vlar.

Pak tua Vlar terdiam ditempatnya, dengan cemoohan semua orang, membuat pria tua itu sangat malu karena berpikir telah salah mengundang orang.

Theodore mengangkat tangannya, seketika semua orang terdiam, dia lalu buka suara. "Martin, sehina inikah dirimu? Kamu ingin menaikan derajatmu dengan membohongi keluarga Vlar? Sungguh tidak tahu malu sekali kau ini."

Pak tua Vlar menatap Martin dengan tajam. "Brengsek, apa kamu datang kemari hanya ingin mempermalukan aku!" raungnya marah.

Martin hanya diam sambil menatap Theodore dengan tajam. Jesica mulai ketakutan, wanita itu meremas lengan suaminya itu karena sangat malu dan takut.

"Usir saja dia!"

"Ya usir dia!"

"Usir!"

Semua tamu berseru agar mengusir Martin pergi dari tempat tersebut, mereka semua terus menghina pria itu. Membuat Theodore merasa senang dan bangga telah menyelamatkan muka Pak tua Vlar.

Dari kejauhan terlihat Keluarga Bloody pura-pura tidak melihat kejadian tersebut, mereka semua mengumpat dalam hati lalu bergegas meninggalkan tempat tersebut agar tidak menjadi sasaran para tamu berikutnya.

"Sial, kenapa sampah itu ada di dalam!" gerutu Reinhard kesal.

"Sarah! Apa kamu sudah gila membiarkan Martin datang ke tempat ini!" bentak Matias.

Namun, Reinhard dan Matias mengerutkan keningnya saat tidak melihat Sarah ikut keluar bersama dengan mereka.

"Sudahlah, abaikan saja dia, Kita pulang sebelum lebih dipermalukan oleh Martin!" ucap Reinhard sambil bergegas ke parkiran.

Matias dan yang lainnya setuju, mereka langsung pergi dari tempat tersebut. Karena takut di olok-olok tamu yang mengenal mereka.

Sementara itu di dalam aula keluarga Vlar, terlihat Martin masih di cemooh oleh banyak orang. Jesica juga sudah hampir menangis.

"Martin, kita pergi saja dari sini," ajak Jessica dengan suara bergetar.

Theodore mendengar perkataan Jessica buka suara. "Nona, wanita secantik anda lebih baik bersama aku saja. Tinggalkan pria sampah ini, aku akan memberikan apa pun yang kamu mau."

Jesica menatap Theodore dengan sinis, air matanya mengalir deras. "Kamu pikir aku akan tergila-gila dengan sebuah harta?! Martin ayo kita pergi dari sini," ajak wanita itu menarik tangan Martin.

"Cih, apa hebatnya pria ini? Aku bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan mu!" ujar Theodore percaya diri.

Langkah kaki Jesica berhenti, ia membalik badannya menatap Theodore dengan berlinangan air mata. Wanita itu tahu tidak bisa apa-apa di hadapan keluarga Roosevelt.

Theodore menyeringai. "Wanita pintar, keluargaku salah satu yang terkaya di Souland, kamu pasti tidak akan menyesal memilihku."

Jesica melepaskan pegangan tangannya dari Martin. Wanita itu mendekat ke arah Theodore.

Martin mengepalkan tangannya ketika melihat hal tersebut. Ia pikir cinta Jesica hanyalah sebatas itu saja.

Theodore tersenyum penuh arti, semua wanita muda yang ada di tempat tersebut lagi-lagi merasa iri dengan Jesica karena berhasil menggaet pria kaya, apa lagi pewaris tunggal keluarga Roosevelt.

Plak!

Suara tamparan keras terdengar begitu nyaring ketika Jesica menggunakan tangan lembutnya untuk menampar Theodore.

Seketika semua orang terdiam, mereka menutup mulutnya tidak percaya. Karena Jesica sangat berani melakukan hal tersebut.

Martin yang tadinya kesal seketika wajahnya berubah sumringah, ternyata sang Istri tidak meninggalkannya.

Pak tua Vlar juga terkejut. Pria tua itu tentu ketakutan saat Jesica melakukan hal tersebut.

"Dengar baik-baik, aku tidak sudi menjadi pelacurmu! Pria seperti mu tidak mungkin bisa membuatku bahagia!" raung Jesica marah.

Theodore memegang pipinya, ia menatap tajam Jessica yang ada dihadapannya. Pria itu bukannya marah malah tersenyum penuh arti.

"Hahaha ... aku jadi lebih bertambah semangat untuk mendapatkanmu, sangat jarang wanita yang berani sepertimu." Theodore mendekat ke arah Jesica dengan seringai jahat di wajahnya.

Jesica baru menyadari apa yang telah ia lakukan. Rasa takutnya kembali muncul, wanita itu berjalan mundur sambil menggelengkan kepalanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (7)
goodnovel comment avatar
Satria Piningit
mantap cerita nya
goodnovel comment avatar
kamaruddin karim
seru banget ceritanya... bacaan bagus di waktu luang
goodnovel comment avatar
Asep Punya
mantap awal ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menantu Terhina Ternyata Mafia   Sebuah Akhir

    Setelah Adama sampai di Narika, pria itu langsung melakukan penangkapan terhadap Patricia. Mengatasnamakan keamanan Narika atas transaksi ilegal yang dilakukan wanita itu, membuat Patricia pun tidak bisa berkilah lagi.Patricia berhasil ditangkap oleh Adama di bantu keamanan Narika, menggunakan bukti-bukti transaksi ilegal yang dilakukan wanita itu.Bahkan beberapa orang yang bekerjasama dengannya juga ikut terseret masuk kedalam jeruji besi.Di ruang interogasi, terlihat Adama sedang duduk dihadapan Patricia yang sudah mengenakan pakaian tahanan."Katakan padaku, apa saja yang kamu ketahui tentang Martin Luther?" tanya Adama.Patricia hanya diam, menatap tajam Adama, tanpa berbicara sepatah kata pun.Adama menghela napas panjang. "Kakakmu bukanlah orang yang baik, seharusnya kamu hidup lebih baik darinya, tidak perlu meneruskan usahanya, tetap sembunyi di Vlasir."Patricia masih tetap diam, ia tidak berbicara sama sekali, hanya memperhatikan Adama dengan seksama.Adama memijat pangkal

  • Menantu Terhina Ternyata Mafia   Bab 114

    Adama sebenarnya tidak ingin melibatkan Martin terlebih dahulu. Akan tetapi Patricia berhubungan dengan Leonardo dan yang lebih penting wanita itu sedang mengincar Jessica, sehingga ia pikir kalau Martin harus tahu tentang masalah tersebut."Kamu tidak perlu datang ke Narika, aku cuma memberitahumu. Setelah bukti-bukti terkumpul, akan aku seret wanita itu kehadapan kamu," ucap Adama mencoba menenangkan Martin.Martin menghela napas. "Selama ini aku sudah merepotkan kalian, tidak enak jika diriku tetap diam dan masalah ini juga berhubungan dengan Istriku, Adama.""Ck, kau baru saja kembali, anak dan Istrimu masih merindukan kamu, serahkan semuanya pada kami," ujar Adama.Adama mengangguk pelan sembari tersenyum agar Martin percaya padanya dan tidak memikirkan masalah tersebut.Martin memijat pangkal hidungnya, lantas buka suara. "Baiklah ... selesaikan dengan cepat Adama, aku tidak ingin Istriku kenapa-napa.""Siap Bos!" jawab Adama sembari hormat.Martin terkekeh geli melihat tingkah A

  • Menantu Terhina Ternyata Mafia   Bab 113

    "Kenapa bengong, tidak mau?" tegur si gadis.Matias seketika langsung tersadar, mengambil kopi kaleng pemberian gadis tersebut. "Terima kasih."Gadis itu mengangguk pelan, ia duduk disebelah Ivan sambil menenggak minuman kaleng yang ada ditangannya.Matias terlihat gugup, ia mencuri-curi pandang ke arah di gadis sambil mengusap-usap minuman kaleng yang dipegangnya."Seila Rosemary Weil, itu namaku," ucap si gadis tiba-tiba."Eh ... a-aku Mati ....""Matias Luther, aku sudah tahu," sela Seila ketika Matias belum selesai berbicara.Matias hanya tersenyum kecut, ia tidak bisa berkata-kata lagi, karena saking gugupnya. Ini pertama kalinya ia mengobrol dengan gadis tapi segugup itu, padahal kalau disekolah ia tidak pernah seperti itu.Seila menoleh menatap Matias, ia memperhatikan Matias yang sedang menundukkan kepalanya sambil menggenggam minuman kaleng yang ia berikan."Kamu tidak suka kopi?" tanya Seila."Su-suka!" jawab Matias langsung membuka kopi kaleng ditangannya dan menenggaknya."

  • Menantu Terhina Ternyata Mafia   Bab 112

    Orang yang datang tersebut ternyata anak dan cucu Profesor Erikson, mereka memang sering menjemput pria tua itu, jika Martin tidak mengundangnya.Anak dan Cucu Profesor Erikson terkejut saat melihat wajah Martin yang terlihat buruk rupa, bahkan gadis yang usianya sama dengan Matias sampai bersembunyi di balik tubuh sang Ayah, padahal tadi sangat bersemangat."Ayah, siapa mereka?" tanya anak profesor Erikson penasaran."Orang yang selalu Ayah bicarakan, dialah yang selama ini meminta bantuan Ayah. Martin, kenalkan mereka anak dan cucuku," ucap Profesor Erikson."Astaga, jadi benar ada orang yang terluka parah masih hidup," celetuk cucu profesor Erikson.Ayah gadis itu langsung memelototi sang anak, sehingga si gadis langsung menutup mulutnya sambil sedikit membungkukkan badan.Martin mengulas sebuah senyum, ia mengulurkan tangannya. "Maaf selama ini telah merepotkan Ayah anda, saya Martin Luther, mereka anak dan Istriku."Anak Profesor Erikson menyambut uluran tangan Martin, balas terse

  • Menantu Terhina Ternyata Mafia   Bab 111

    Martin, Istri dan anaknya pulang ke Mansion, kedatangan mereka di sambut Celine, Adama dan Norman yang memang sudah menunggu mereka.Adama dan Norman memang langsung terbang ke Souland setelah mendengar Martin telah kembali."Martin!" Adama langsung menghambur memeluknya.Martin balas memeluk sambil tersenyum. Norman yang melihat wajah Martin separuh buruk rupa membuatnya sedih, ia tidak pernah menyangka kalau keponakannya menjadi seperti itu.Adama melepaskan pelukannya. "Kondisi kamu, kenapa seperti ini?""Aku tidak apa, asalkan kalian sudah mengenaliku itu lebih dari cukup," jawab Martin lembut.Adama menghela napas, melihat kondisi saudaranya seperti itu, jelas saja membuatnya sedih, ia yakin kalau Martin telah melewati masa sulit."Lama tidak bertemu Paman," sapa Martin, memeluk Norman yang sudah terlihat semakin tua.Norman balas memeluk Martin, sedikit menepuk-nepuk punggungnya. "Syukurlah kamu baik-baik saja."Martin melepaskan pelukannya, ia tersenyum menatap Norman dan Adama,

  • Menantu Terhina Ternyata Mafia   Bab 110

    Matias tidak mempermasalahkan Ibunya mengencani siapa pun, tetapi yang membuat ia bingung kenapa tiba-tiba, ditambah pria yang dikencani buruk rupa.Melihat Matias yang menatapnya dengan seksama. Martin menyadari kalau putranya tersebut mengenali dirinya saat pertama kali bertemu di gunung Soul."Kita bertemu lagi," ucap Martin sambil tersenyum."Astaga ... jadi benar itu kau Paman!" Matias terlihat terkejut, kemudian bertanya, "Paman mengenal Ibuku?""Tunggu dulu, kalian sudah saling kenal?" sela Jessica diantara Suami dan Putranya.Martin menggelengkan kepalanya. "Tidak, tapi kami pernah bertemu satu kali, saat anak kita bolos sekolah ke gunung Soul.""Astaga ...." Jessica menutup mulutnya tidak percaya, ternyata ada sebuah kebetulan seperti itu bukan hanya di film-film saja.Matias mengernyitkan dahi ketika Paman buruk rupa itu menganggapnya sebagai anak. Ia menatap sang Ibu yang tampak sangat tergila-gila dengan sosok tersebut, terlihat dari sorot matanya.Pemuda itu ingin bertanya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status