Martin tahu Istrinya mulai merasa tidak enak, pria itu mengusap lembut lengan sang Istri sembari tersenyum simpul.
Jesica menatapnya tidak berdaya, pasalnya wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela sang suami. Namun, Martin tetap mengajak Jesica naik ke panggung tidak perduli dengan perkataan orang yang hadir di sana."Tidak apa, ini sudah biasa bagiku, bukankah kamu tahu itu?" bisik Martin lembut.Jesica menatap suaminya, terlihat tatapan Martin yang penuh kepercayaan diri membuat wanita itu sedikit tertegun.Selama dua tahun menikah, baru kali ini ia melihat Martin yang tampak percaya diri dihadapan banyak orang.Martin menganggukkan kepalanya mengajak Jesica naik ke atas panggung. Wanita itu hanya bisa menurut naik ke panggung dengan tatapan sinis dari wanita muda yang hadir di sana, pasalnya Martin tampak lebih tampan daripada biasanya."Tuan Luther, terima kasih sudah mau datang ke acara pria tua ini," sambut Pak tua Vlar bersemangat.Sebelum Martin menjawab, tiba-tiba seorang pria seumuran dengannya buka suara. "Tuan Vlar, apakah anda salah mengenali orang?"Sontak saja semua orang langsung menoleh ke arah suara. Tampak seorang pria cukup tampan dengan pakaian serba mewah, membawa segelas minuman naik ke atas panggung."Bukankah itu Theodore Roosevelt? Calon pewaris tunggal keluarga Roosevelt?""Astaga, kamu benar dia Theodore!""Dengar-Dengar keluarga Roosevelt sangat dekat dengan keluarga Luther, apakah mereka saling mengenal?"Semua orang mulai mengganti topik yang awalnya membahas Jesica, sekarang beralih membahas Theodore."Apa maksud kamu Theodore?" tanya Pak tua Vlar bingung.Theodore tersenyum. "Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada anda tuan Vlar, tapi pria didepan anda bukanlah berasal dari keluarga Luther!" ujarnya sambil menyeringai ke arah Martin.Semua orang jelas bingung dengan pernyataan Theodore, pasalnya mereka kebanyakan tidak pernah melihat tuan Luther seperti apa."Theodore, jaga bicaramu!" hardik Pak tua Vlar."Tuan Vlar, anda tentu mengenal keluarga saya, dimana keluarga Roosevelt begitu dekat dengan keluarga Luther. Saya yakin pria ini sedang membohongi anda!" serunya dengan suara lantang.Para tamu mulai berbisik-bisik, pasalnya mereka juga tahu siapa Theodore dan benar kalau keluarganya begitu dekat dengan keluarga Luther.Pak tua Vlar jelas kebingungan, ia mencari dimana Ivan berada. Akan tetapi pria itu tidak ada dimana-mana."Hei, aku ingat sekarang! Dia Martin, aku yakin dia Martin!" seru salah satu tamu."Astaga, benar dia Martin, lihatlah wajahnya!" timpal tamu lainnya.Seketika semua tamu menatap Martin dengan seksama, setelah melihat dengan seksama. Mereka semua juga sepakat kalau itu memang Martin menantu sampah keluarga Bloody."Sialan, ternyata dia hanya ingin membohongi kita!" seru salah satu dari mereka."Hei sampah! Berani sekali kamu membohongi keluarga Vlar!""Turun woi! Apa kamu sudah memiliki urat malu lagi!"Para tamu yang mengenal Martin mulai mencemoohnya, mereka semua tidak suka dengan Martin yang diperlakukan istimewa oleh keluarga Vlar.Pak tua Vlar terdiam ditempatnya, dengan cemoohan semua orang, membuat pria tua itu sangat malu karena berpikir telah salah mengundang orang.Theodore mengangkat tangannya, seketika semua orang terdiam, dia lalu buka suara. "Martin, sehina inikah dirimu? Kamu ingin menaikan derajatmu dengan membohongi keluarga Vlar? Sungguh tidak tahu malu sekali kau ini."Pak tua Vlar menatap Martin dengan tajam. "Brengsek, apa kamu datang kemari hanya ingin mempermalukan aku!" raungnya marah.Martin hanya diam sambil menatap Theodore dengan tajam. Jesica mulai ketakutan, wanita itu meremas lengan suaminya itu karena sangat malu dan takut."Usir saja dia!""Ya usir dia!""Usir!"Semua tamu berseru agar mengusir Martin pergi dari tempat tersebut, mereka semua terus menghina pria itu. Membuat Theodore merasa senang dan bangga telah menyelamatkan muka Pak tua Vlar.Dari kejauhan terlihat Keluarga Bloody pura-pura tidak melihat kejadian tersebut, mereka semua mengumpat dalam hati lalu bergegas meninggalkan tempat tersebut agar tidak menjadi sasaran para tamu berikutnya."Sial, kenapa sampah itu ada di dalam!" gerutu Reinhard kesal."Sarah! Apa kamu sudah gila membiarkan Martin datang ke tempat ini!" bentak Matias.Namun, Reinhard dan Matias mengerutkan keningnya saat tidak melihat Sarah ikut keluar bersama dengan mereka."Sudahlah, abaikan saja dia, Kita pulang sebelum lebih dipermalukan oleh Martin!" ucap Reinhard sambil bergegas ke parkiran.Matias dan yang lainnya setuju, mereka langsung pergi dari tempat tersebut. Karena takut di olok-olok tamu yang mengenal mereka.Sementara itu di dalam aula keluarga Vlar, terlihat Martin masih di cemooh oleh banyak orang. Jesica juga sudah hampir menangis."Martin, kita pergi saja dari sini," ajak Jessica dengan suara bergetar.Theodore mendengar perkataan Jessica buka suara. "Nona, wanita secantik anda lebih baik bersama aku saja. Tinggalkan pria sampah ini, aku akan memberikan apa pun yang kamu mau."Jesica menatap Theodore dengan sinis, air matanya mengalir deras. "Kamu pikir aku akan tergila-gila dengan sebuah harta?! Martin ayo kita pergi dari sini," ajak wanita itu menarik tangan Martin."Cih, apa hebatnya pria ini? Aku bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan mu!" ujar Theodore percaya diri.Langkah kaki Jesica berhenti, ia membalik badannya menatap Theodore dengan berlinangan air mata. Wanita itu tahu tidak bisa apa-apa di hadapan keluarga Roosevelt.Theodore menyeringai. "Wanita pintar, keluargaku salah satu yang terkaya di Souland, kamu pasti tidak akan menyesal memilihku."Jesica melepaskan pegangan tangannya dari Martin. Wanita itu mendekat ke arah Theodore.Martin mengepalkan tangannya ketika melihat hal tersebut. Ia pikir cinta Jesica hanyalah sebatas itu saja.Theodore tersenyum penuh arti, semua wanita muda yang ada di tempat tersebut lagi-lagi merasa iri dengan Jesica karena berhasil menggaet pria kaya, apa lagi pewaris tunggal keluarga Roosevelt.Plak!Suara tamparan keras terdengar begitu nyaring ketika Jesica menggunakan tangan lembutnya untuk menampar Theodore.Seketika semua orang terdiam, mereka menutup mulutnya tidak percaya. Karena Jesica sangat berani melakukan hal tersebut.Martin yang tadinya kesal seketika wajahnya berubah sumringah, ternyata sang Istri tidak meninggalkannya.Pak tua Vlar juga terkejut. Pria tua itu tentu ketakutan saat Jesica melakukan hal tersebut."Dengar baik-baik, aku tidak sudi menjadi pelacurmu! Pria seperti mu tidak mungkin bisa membuatku bahagia!" raung Jesica marah.Theodore memegang pipinya, ia menatap tajam Jessica yang ada dihadapannya. Pria itu bukannya marah malah tersenyum penuh arti."Hahaha ... aku jadi lebih bertambah semangat untuk mendapatkanmu, sangat jarang wanita yang berani sepertimu." Theodore mendekat ke arah Jesica dengan seringai jahat di wajahnya.Jesica baru menyadari apa yang telah ia lakukan. Rasa takutnya kembali muncul, wanita itu berjalan mundur sambil menggelengkan kepalanya.Theodore terus mendekat ke arah Jesica, pria tersebut mengulurkan tangannya untuk meraih dagu wanita itu. Namun, tiba-tiba Martin meraih tangan Theodore lalu memelintir tangan yang akan menyentuh istrinya.Argh!Theodore memekik kesakitan saat Martin memelintir tangannya. Pria itu sedikit terkejut dengan tindakan suami Jesica."Berani kau menyentuh Istriku dengan tangan kotor mu, aku pastikan kau tidak bisa menggunakannya lagi!" ujar Martin dingin."Bedebah, kau hanyalah sampah keluarga Bloody tidak usah sok keras!" raung Theodore marah masih tidak mau kalah.Klak!Argh!Suara tulang bahu Theodore terdengar bergeser dari tempatnya, membuat pria itu meraung kesakitan. Semua orang yang melihat hal tersebut sangat terkejut, bahkan Pak tua Vlar yang ada di atas panggung juga tidak menduganya.Jesica menutup mulutnya tidak percaya, ia baru melihat sosok suaminya yang begitu sangat berbeda. Pria yang selalu dirundung kini berubah seratus delapan puluh derajat di hadapannya."Pengawal apa ya
Ramsdale Roosevelt tentu saja terkejut saat mendengar Ivan Jenner bersama dengan orang yang mengaku tuan Luther. Pria itu bergegas menghubungi Danil Luther, Paman Martin yang sekarang memimpin keluarga Luther di Newland.Ramsdale terlihat gugup ketika menelepon Danil, belum apa-apa keringat dingin sudah mengucur deras di dahinya.Bagaimanapun Danil merupakan sosok yang sangat disegani, ia menjadi pemimpin Mafia keluarga Luther setelah Martin menghilang dua tahun lalu.Setelah beberapa saat panggilan Ramsdale dijawab Danil. "Ada apa Ramsdale?" tanya Danil langsung diseberang telepon."T-Tuan besar Luther, saya mendengar tuan Jenner telah mempermalukan anak saya di acara ulang tahun Pak tua Vlar ....""Lalu apa masalahnya denganku? Bukankah sudah wajar kalau anakmu berbuat salah, Ivan tidak mungkin mempermalukan orang sembarangan!" Ramsdale belum selesai bicara Danil memotong sambil memarahinya."B-Bukan itu masalahnya tuan besar Luther, anak saya mengatakan kau ada orang yang mengaku me
Orang yang berada didalam mobil tidak terkejut sama sekali saat bawahan Adrian menghampirinya, dengan wajah malas pria itu turun dari mobil."Ada apa?" tanya pria itu saat keluar dari mobil."Masih bertanya kau ada apa?!" tanya bawahan Adrian sedikit membentak.SwutKlapSebuah pukulan melesat ke arah pria tersebut. Namun, ia dengan mudah menangkap pukulan itu.Duak BruakPria itu menarik tangan bawah Adrian memukul tengkuknya lalu membenturkannya ke mobil, membuatnya jatuh tidak sadarkan diri seketika.Bawahan Adrian yang satunya menggertakkan gigi ketika melihat rekannya jatuh pingsan. Ia menyerang pria itu tanpa aba-aba.SwutDuakBruakBukannya pengintai yang kena, bawahan Adrian malah terkena tendangan pria tersebut dengan keras diperut membuatnya jatuh bersimpuh dihadapan pengintai sambil memegangi perutnya."Lemah sekali ka ...." Suara pria itu tercekat ketika moncong pistol tiba-tiba menempel di kepalanya."Heeeh, aku kira mereka hanya anjing jalanan," lanjutnya sambil menole
Zarko masih tertegun ditempatnya, sebelum akhirnya ia tersadar dan segera menghampiri Martin, bertekuk lutut dihadapannya."Seingat ku dulu kau sudah mengabaikan aku saat dikejar para pembunuh bayaran Zarko!" hardik Martin."Tuan, saya bisa menjelaskan semuanya," jawabnya sambil mendongak menatap Martin.BugZarko terjungkal kebelakang saat Martin menendangnya dengan keras, membuat pria itu sedikit terkejut. Namun, ia tidak melawan sama sekali."Jelaskan? Bukankah tidak perlu dijelaskan lagi, kamu orang pertama yang aku mintai bantuan dan terdekat dari wilayah itu, tapi mengabaikannya begitu saja?!" bentak Martin sambil menatap Sinis Zarko yang masih duduk ditanah."Tuan, semua itu karena tuan Danil memfitnah anda!" jawab Zarko tegas.Ivan dan Adrian yang mendengar hal tersebut terkejut, mereka saling menatap satu sama lain, ternyata memang Danil kemungkinan ada dibalik kejadian pada saat itu.Martin tersenyum saat mendengar pengakuan Zarko, setidaknya ia memiliki titik terang siapa or
Jelas saja semua bawahan Martin yang ada di sana terkejut dengan tindakan bosnya yang tiba-tiba itu. Mereka tidak pernah menyangka kalau tuannya akan menembak Lisa dan Arhas yang merupakan bawahan setianya.Martin mendekat ke arah Arhas, ia jongkok menodongkan pistol di kepala Arhas. "Tu-Tuan apa salah saya?" tanya Arhas memberanikan diri sambil menahan rasa sakit di pahanya."Apa aku perlu menjelaskan?" Martin balik bertanya dengan suara dingin.Arhas menelan ludah, wajahnya pucat pasi melihat Martin yang tanpa ekspresi menatap dirinya. Ia tahu kalau bosnya itu sedang marah.Arhas mencoba melirik Lisa. Namun, wanita itu tidak berani buka suara sama sekali, ia hanya menundukkan kepala sambil memegangi pahanya yang terkena tembakan."Ka ....""Sayang, suara apa tadi?!" tiba-tiba terdengar suara Jesica saat Martin akan berbicara pada Arhas, membuat pria itu seketika langsung menoleh.Ivan dan Adrian sontak saja ketakutan saat mendengar suara Jesica datang, mereka lupa kalau di Mansion
Jesica dan Martin langsung menoleh ke arah suara. Martin mengerutkan kening saat melihat seorang wanita cantik dengan tergesa-gesa menghampiri Jesica. Sementara Jesica tampak tersenyum ke arah wanita tersebut."Melani!" seru Jesica tampak bersemangat."Sudah lama aku tidak melihatmu ke kantor, mentang-mentang suami kamu sekarang sudah sukses," celetuk wanita itu sambil menggenggam kedua tangan Jesica."Kamu ini bicara apa sih, aku juga mau bekerja, tapi mau bagaimana lagi ...." Jesica menghela napas panjang.Melani tersenyum simpul. "Aneh kamu ini, wanita lain akan senang tidak perlu bekerja lagi, dimanjakan sang suami," ucapnya sambil melirik Martin.Mata Melani mengedip kearah Martin, tampaknya wanita itu memiliki niat lain mendekati Jesica.Martin mengernyitkan dahi melihat Melani yang tampak mencurigakan, pria itu sudah bertemu dengan puluhan bahkan mungkin ratusan wanita yang berbeda. Jadi ia tahu hanya dalam sekali lihat saja dari sikap dan perangai Melani."Sudahlah jangan baha
Melani merupakan sahabat Jesica sejak mereka SMA. Namun, yang tidak diketahui Jesica, keluarga Melani merupakan kelompok Mafia.Wanita itu bagian dari kelompok Mafia Wolf, tapi ia tidak begitu terlibat dengan pekerjaan keluarganya, membuat Melani tidak terdeteksi saat pembantaian masal kelompok Mafia Wolf oleh keluarga Luther.Melani berencana membalaskan dendam keluarga dan rekan-rekannya, sebab itulah ia berusaha mendekati Martin setelah tahu sosok tersebut masih hidup.Sebenarnya Melani tidak memiliki niat jahat dengan Martin, ia hanya ingin bekerjasama untuk membunuh Danil yang merupakan dalang pembantaian keluarga Wolf.Wanita itu sudah tahu semuanya, jika sebenarnya Danil yang memburu Martin menggunakan nama Mafia Wolf. Namun, demi menutupi semua itu, Danil membuat seolah Mafia Wolf yang bersalah dan membantai habis mereka semua.Melani mengumpulkan orang-orang tersisa kelompok Mafia Wolf demi membalaskan dendamnya. Akan tetapi cara pendekatan dia kepada Martin tampaknya salah, s
Semua bawahan Martin menurunkan senjatanya. Namun mereka tetap waspada dengan kelompok Wolf yang berada di apartemen tersebut."Keluarlah Melani!" teriak Martin.Melani perlahan keluar dari dalam apartemen yang ditempatinya dengan mengangkat kedua tangan. Wanita itu tampak percaya dengan Martin."Aku akan bicara semua tentang siapa yang sebenarnya menyuruh kelompok Wolf untuk memburu kamu dua tahun yang lalu!" ujar Melani langsung."Kenapa aku harus percaya padamu?!" tanya Martin dingin."Karena aku juga ingin membalaskan dendam keluargaku dan aku yakin kamu juga mengincarnya Martin!" jawabnya tegas."Katakan siapa orangnya?" tanyanya lagi memastikan."Aku tidak sebodoh itu Martin, jika aku bicara sekarang bisa saja kamu menghabisi kami semua," jawab wanita itu yakin, meskipun dalam hati ia sangat cemas.Rekan-rekan Melani juga sangat khawatir, mereka takut kalau anak mantan bos mereka itu terbunuh oleh Martin. Karena terlalu nekad.Martin menatap Melani yang menunjukan wajah serius. P