Share

Bab 7. Marthin Luther Kembali

Martin tahu Istrinya mulai merasa tidak enak, pria itu mengusap lembut lengan sang Istri sembari tersenyum simpul.

Jesica menatapnya tidak berdaya, pasalnya wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa untuk membela sang suami. Namun, Martin tetap mengajak Jesica naik ke panggung tidak perduli dengan perkataan orang yang hadir di sana.

"Tidak apa, ini sudah biasa bagiku, bukankah kamu tahu itu?" bisik Martin lembut.

Jesica menatap suaminya, terlihat tatapan Martin yang penuh kepercayaan diri membuat wanita itu sedikit tertegun.

Selama dua tahun menikah, baru kali ini ia melihat Martin yang tampak percaya diri dihadapan banyak orang.

Martin menganggukkan kepalanya mengajak Jesica naik ke atas panggung. Wanita itu hanya bisa menurut naik ke panggung dengan tatapan sinis dari wanita muda yang hadir di sana, pasalnya Martin tampak lebih tampan daripada biasanya.

"Tuan Luther, terima kasih sudah mau datang ke acara pria tua ini," sambut Pak tua Vlar bersemangat.

Sebelum Martin menjawab, tiba-tiba seorang pria seumuran dengannya buka suara. "Tuan Vlar, apakah anda salah mengenali orang?"

Sontak saja semua orang langsung menoleh ke arah suara. Tampak seorang pria cukup tampan dengan pakaian serba mewah, membawa segelas minuman naik ke atas panggung.

"Bukankah itu Theodore Roosevelt? Calon pewaris tunggal keluarga Roosevelt?"

"Astaga, kamu benar dia Theodore!"

"Dengar-Dengar keluarga Roosevelt sangat dekat dengan keluarga Luther, apakah mereka saling mengenal?"

Semua orang mulai mengganti topik yang awalnya membahas Jesica, sekarang beralih membahas Theodore.

"Apa maksud kamu Theodore?" tanya Pak tua Vlar bingung.

Theodore tersenyum. "Dengan tidak mengurangi rasa hormat pada anda tuan Vlar, tapi pria didepan anda bukanlah berasal dari keluarga Luther!" ujarnya sambil menyeringai ke arah Martin.

Semua orang jelas bingung dengan pernyataan Theodore, pasalnya mereka kebanyakan tidak pernah melihat tuan Luther seperti apa.

"Theodore, jaga bicaramu!" hardik Pak tua Vlar.

"Tuan Vlar, anda tentu mengenal keluarga saya, dimana keluarga Roosevelt begitu dekat dengan keluarga Luther. Saya yakin pria ini sedang membohongi anda!" serunya dengan suara lantang.

Para tamu mulai berbisik-bisik, pasalnya mereka juga tahu siapa Theodore dan benar kalau keluarganya begitu dekat dengan keluarga Luther.

Pak tua Vlar jelas kebingungan, ia mencari dimana Ivan berada. Akan tetapi pria itu tidak ada dimana-mana.

"Hei, aku ingat sekarang! Dia Martin, aku yakin dia Martin!" seru salah satu tamu.

"Astaga, benar dia Martin, lihatlah wajahnya!" timpal tamu lainnya.

Seketika semua tamu menatap Martin dengan seksama, setelah melihat dengan seksama. Mereka semua juga sepakat kalau itu memang Martin menantu sampah keluarga Bloody.

"Sialan, ternyata dia hanya ingin membohongi kita!" seru salah satu dari mereka.

"Hei sampah! Berani sekali kamu membohongi keluarga Vlar!"

"Turun woi! Apa kamu sudah memiliki urat malu lagi!"

Para tamu yang mengenal Martin mulai mencemoohnya, mereka semua tidak suka dengan Martin yang diperlakukan istimewa oleh keluarga Vlar.

Pak tua Vlar terdiam ditempatnya, dengan cemoohan semua orang, membuat pria tua itu sangat malu karena berpikir telah salah mengundang orang.

Theodore mengangkat tangannya, seketika semua orang terdiam, dia lalu buka suara. "Martin, sehina inikah dirimu? Kamu ingin menaikan derajatmu dengan membohongi keluarga Vlar? Sungguh tidak tahu malu sekali kau ini."

Pak tua Vlar menatap Martin dengan tajam. "Brengsek, apa kamu datang kemari hanya ingin mempermalukan aku!" raungnya marah.

Martin hanya diam sambil menatap Theodore dengan tajam. Jesica mulai ketakutan, wanita itu meremas lengan suaminya itu karena sangat malu dan takut.

"Usir saja dia!"

"Ya usir dia!"

"Usir!"

Semua tamu berseru agar mengusir Martin pergi dari tempat tersebut, mereka semua terus menghina pria itu. Membuat Theodore merasa senang dan bangga telah menyelamatkan muka Pak tua Vlar.

Dari kejauhan terlihat Keluarga Bloody pura-pura tidak melihat kejadian tersebut, mereka semua mengumpat dalam hati lalu bergegas meninggalkan tempat tersebut agar tidak menjadi sasaran para tamu berikutnya.

"Sial, kenapa sampah itu ada di dalam!" gerutu Reinhard kesal.

"Sarah! Apa kamu sudah gila membiarkan Martin datang ke tempat ini!" bentak Matias.

Namun, Reinhard dan Matias mengerutkan keningnya saat tidak melihat Sarah ikut keluar bersama dengan mereka.

"Sudahlah, abaikan saja dia, Kita pulang sebelum lebih dipermalukan oleh Martin!" ucap Reinhard sambil bergegas ke parkiran.

Matias dan yang lainnya setuju, mereka langsung pergi dari tempat tersebut. Karena takut di olok-olok tamu yang mengenal mereka.

Sementara itu di dalam aula keluarga Vlar, terlihat Martin masih di cemooh oleh banyak orang. Jesica juga sudah hampir menangis.

"Martin, kita pergi saja dari sini," ajak Jessica dengan suara bergetar.

Theodore mendengar perkataan Jessica buka suara. "Nona, wanita secantik anda lebih baik bersama aku saja. Tinggalkan pria sampah ini, aku akan memberikan apa pun yang kamu mau."

Jesica menatap Theodore dengan sinis, air matanya mengalir deras. "Kamu pikir aku akan tergila-gila dengan sebuah harta?! Martin ayo kita pergi dari sini," ajak wanita itu menarik tangan Martin.

"Cih, apa hebatnya pria ini? Aku bisa melakukan apa pun untuk mendapatkan mu!" ujar Theodore percaya diri.

Langkah kaki Jesica berhenti, ia membalik badannya menatap Theodore dengan berlinangan air mata. Wanita itu tahu tidak bisa apa-apa di hadapan keluarga Roosevelt.

Theodore menyeringai. "Wanita pintar, keluargaku salah satu yang terkaya di Souland, kamu pasti tidak akan menyesal memilihku."

Jesica melepaskan pegangan tangannya dari Martin. Wanita itu mendekat ke arah Theodore.

Martin mengepalkan tangannya ketika melihat hal tersebut. Ia pikir cinta Jesica hanyalah sebatas itu saja.

Theodore tersenyum penuh arti, semua wanita muda yang ada di tempat tersebut lagi-lagi merasa iri dengan Jesica karena berhasil menggaet pria kaya, apa lagi pewaris tunggal keluarga Roosevelt.

Plak!

Suara tamparan keras terdengar begitu nyaring ketika Jesica menggunakan tangan lembutnya untuk menampar Theodore.

Seketika semua orang terdiam, mereka menutup mulutnya tidak percaya. Karena Jesica sangat berani melakukan hal tersebut.

Martin yang tadinya kesal seketika wajahnya berubah sumringah, ternyata sang Istri tidak meninggalkannya.

Pak tua Vlar juga terkejut. Pria tua itu tentu ketakutan saat Jesica melakukan hal tersebut.

"Dengar baik-baik, aku tidak sudi menjadi pelacurmu! Pria seperti mu tidak mungkin bisa membuatku bahagia!" raung Jesica marah.

Theodore memegang pipinya, ia menatap tajam Jessica yang ada dihadapannya. Pria itu bukannya marah malah tersenyum penuh arti.

"Hahaha ... aku jadi lebih bertambah semangat untuk mendapatkanmu, sangat jarang wanita yang berani sepertimu." Theodore mendekat ke arah Jesica dengan seringai jahat di wajahnya.

Jesica baru menyadari apa yang telah ia lakukan. Rasa takutnya kembali muncul, wanita itu berjalan mundur sambil menggelengkan kepalanya.

Comments (5)
goodnovel comment avatar
Asep Punya
mantap awal ceritanya
goodnovel comment avatar
Anggarezy Tarwattika
Seru bnget..bkin sellu penasaran
goodnovel comment avatar
Adzbier Tajul
mantap sangat
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status