Beranda / Rumah Tangga / Menantu Yang Selalu Salah / Ada yang disembunyikan Dariku

Share

Ada yang disembunyikan Dariku

Penulis: IrmaSuda_87
last update Terakhir Diperbarui: 2023-03-05 12:34:53

Aku cemas menunggu hasil pemeriksaan dari dokter tentang keadaan Arumi.

Tak lama dokter keluar, mempersilahkan aku masuk ke ruangan untuk memberi keterangan. Aku mengikuti dokter berhijab itu dari belakang, kemudian duduk dihadapan mejanya di kursi yang telah disediakan.

"Bagaimana keadaan istri saya, dok?"

"Istri Bapak tidak apa-apa, Pak." aku lega mendengar jawaban dokter. Hatiku seketika lapang.

"Tapi, Bapak harus menjaga istrinya dari kelelahan dan stres, Pak. Karena kandungan istri bapak termasuk kandungan yang lemah. Sehingga lelah dan stres bisa membuat istrinya bapak seperti ini. Tekanan darahnya juga sangat rendah, Pak."

Aku terkejut. Mendengar penjelasan dokter barusan, rasa salah dengar.

"Istri sa-ya hamil, Dokter. Alhamdulillah ya Allah, Alhamdulillah," syukurku tak henti-hentinya akhirnya setahun menikah anak yang kami tunggu-tunggu ada di rahim istri tersayangku. Haru menyelimuti hati ini.

"Lo bapak gak tahu, 6 minggu usia kandungannya, Pak."

"Beneran enggak tahu, Dok. Istri saya memang sudah telat datang bulan, tapi itu dia anggap biasa karena dia memang termasuk wanita yang haidnya kurang lancar. Dari gadis dulu pun dia biasa dalam satu bulan tidak datang bulan. Jadi walau telat dia tak cek apa-apa."

"Ok, saya resepkan vitamin ya, Pak. Jangan lupa suruh ibu minum teratur dan yang lebih penting jaga fisik dan pikirannya agar tidak terlalu lelah dan tidak stres karena terlalu banyak pikiran. Kalau tidak kejadian seperti tadi bisa terulang lagi bahkan bisa berakibat fatal untuk janinnya." Dokter menjelaskan sambil menulis resep.

"Iya, Dok. Insyaallah akan saya jaga istri saya sebaik mungkin, sudah setahun ini kami menanti momongan, Dokter. Alhamdulillah Allah segera mengijabah doa kami." Saking senangnya sampai panjang lebar ku ceritakan tentang penantian dan harapan kami untuk memiliki anak.

"Iya, Pak. Alhamdulillah saya turut bahagia mendengarnya," jawab bu dokter sambil tersenyum.

Ketika ku lihat Arumi yang masih terbaring di ranjang pemeriksaan sangat bahagia bahkan dia sampai menangis haru.

Aku segera memberitahu ibu, yang sedari tadi menunggu di luar ruangan. Terlihat ibu sangat senang karena beliau akan menjadi seorang nenek. 'Huhh!' ibu terlihat membuang nafas lewat mulut mungkin saking leganya dan nampak sekali di mata beliau ada bahagia yang sangat mendengar Arumi baik-baik saja.

'Alhamdulillah' pikirku. Semoga ini jadi jalan ibu menyayangi Arumi seperti anaknya sendiri dan tidak meributkan hal kecil lagi.

Aku pun segera menelepon mertuaku dan terdengar jelas riang dan syukur mereka mereka di ujung sana menerima kabar baik itu.

"Alhamdulillah Nak, Alhamdulillah ... Pa, kita akan segera akan jadi kakek dan nenek," ucap mama mertuaku pada papa.

Aku juga tak lupa menghubungi Andini--adikku-- yang sedang kuliah diluar kota. Dia juga sangat senang karena sebentar lagi dapat keponakan, tetapi aku masih penasaran apa hanya karena kandungannya lemah, Arumi sampai pingsan. Kenapa kebetulan sekali dengan ibu ke ruang tamu. Lagipula ibu terlihat sangat cemas dan sangat bertolak belakang dengan keadaan sebelumnya.

Di dalam mobil dalam perjalanan menuju rumah, sesekali Arumi memegang tengkuknya.

"Kenapa sayang?" Tanyaku sambil terus memegang setir.

"Gak kenapa-napa ... mungkin cuma efek darah rendah."

"Iya, kata Bu Dokter tadi pun kamu darahnya rendah banget, Sayang."

Tengkuknya masih terasa berat ya, tangan kiriku mencoba menjangkau tengkuk istriku hendak memegang, niatku memijit ringan, biar dia rileks. Namun, Arumi menarik kepalanya menjauh dariku. Sepertinya ada yang disembunyikan ditengkuknya. Nampak sekali dia menghindar.

"Aku gak apa-apa, Bang" ucapnya matanya sekilas melirik ibu dan wajah ibu nampak menegang.

Aku yang tak sengaja melihat itu bertanya. "Ada apa, Bu. Kok, Ibu kayak tegang begitu."

"Hmmm, gak pa-pa ibu cuman mengkhawatirkan Arumi." ucap ibu sambil mengalihkan pandangan beliau. Seperti tak mau bersitatap dengan mataku yang tak sengaja beradu pandang dengan beliau.

'Ya ... Allah ampuni hamba-Mu ini yang berpikiran macam-macam pada ibu sendiri' aku pun beristighfar banyak-banyak.

Salahkah aku dengan pikiranku? Ada apa ya? Apa ada sesuatu yang mereka sembunyikan dariku?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menantu Yang Selalu Salah   Kak Kia

    ***(POV Kia)Mau aja Arumi dan Arya aku bodohi, padahal mah bukan Ibu pingsan itu hanya ideku biar Raga dan Arumi segera pulang agar tak survei rumah.Enak aja dia mau pindah dari sini kalau mereka pindah'kan urusan rumah bisa repot aku'kan gak pernah beres-beres lagi semenjak menikah.Itu pun tadi telat idenya muncul, mungkin mereka dah keburu liat rumah tadi.uuh.Unthng Ibu mau aja aku bawa untuk merealisasikan ideku yang cemelang seperti cemerlangnya iklan sabun cucian piring.Kalau ini tak berhasil tenang aku udah ada siasat kedua yang di cadangkan buat diluncurkan biar tak jadi mereka pindah.Dikiranya aku maubbikin perut sendiri lapar. Sebelum lapar aja tahu Arumi gak masak untuk makan siang hari ini. Sudah buru-buru aku ke tempat Bik Sumi tetangga Ibu. Aku sudah hafal kegiatan tetangga satu itu kalau pagi dia selalu ke pasar, setiap hari. Karena sering kulu lihat waktu nyantai pagi hari di depan rumah sambil makan roti isi. Jadi otakku cepat mutar apa yang harus dilakukan.Ent

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ibu Melarang Pindah

    "Hah! Iya aku akan segera pulang."Ada apa lagi sih, baru juga di tinggal dua jam Ibu sama kak Kia udah begini."Apa, sayang?" tanya Arumi."Ibu pingsan, ayo kita pulang." Arumi melongo mungkin dia heran karena perasaan ketika kami pergi tadi Ibu baik-baik saja, segar-bugar, sehat walafiat bahkan bisa ngomel-ngomel. Kalau misal Arumi berpikiran begitu. Sama, aku juga. Walau panik mendengar telepon Kak Kia barusan, tapi sedikit heran juga, sih!Terburu kami melaju. Sampai di rumah melihat Ibu terbaring lemah di ruang tengah.Belum sempat kami duduk kami sudah di semprot Kak Kia, "kalian darimana sih lama banget.""Survei rumah kak, Ibukan juga udah tahu tadi. Emang Ibu kenapa?"Ini gegara istrimu yang tak tahu diri itu melawan Ibu. Tadi'kan ibu jadi kepikiran. Jangan-jangan tensi Ibu naik sampai pingsan begini." "Ibu sudah makan belum kak," tanyaku."Makan pakai apa memang ada istrimu masak bukan makan siang tadi.""Nasi goreng yang dia buat sarapan kan sudah habis. Mau makan pakai a

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ingin Pindah Rumah

    "Apaan sih, Bu. Belum apa-apa langsung nuduh Arumi lagi. Ini kesepakatan kami berdua. Lagian sebaiknya anak yang sudah berumah tangga sebaiknya'kan tinggal sendiri, Bu. Lagipula Ibu sangat berubah sikap pada Arumi semenjak satu rumah. Tak seperti waktu kami masih tinggal sendiri di kota Arumi dulu. Itu menandakan lebih bagus tak satu atap'kan Bu.""Iya, memang semenjak kamu menikah dengan perempuan ini kamu selalu bela orang lain daripada Ibu.""Ya Allah, Ibu! Arumi itu bukan orang lain dia itu istriku." "Iya ... 'kan memang orang luar yang masuk ke keluarga kita!""Astaghfirullahal'ajim, bisa Ibu menyebut dia orang luar yang masuk ke keluarga kita. Dengar ya Bu setelah ijab kabul gak ada lagi yang namanya orang luar. Aku harus bertanggung jawab penuh padanya karena semua itu akan aku pertanggungjawabkan di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Begitu juga dengan hati dan kebahagiaannya menjadi tanggung jawabku." "Halah! Kamu malah nyeramahi Ibu.""Bukan masalah nyeramahi, Bu. Aku hany

  • Menantu Yang Selalu Salah   Jangan Ada Rahasia

    (POV Raga)Ternyata memang tidak ada yang boleh dirahasiakan dari istri, walau tujuan kita merahasian adalah untuk menjaga perasaannya. Rahasia yang ku tutupi tentang Diana. Berakibat seperti hari ini karena dia hanya tahu sepenggal, salah paham jadinya dan membawa bencana rumah tangga.Dirinya terlihat teramat sakit. Menurutku penyebab Arumi begitu, pertama karena salah paham dan dugaannya yang salah karena cuma tahu sepenggal, dua penggal. Kedua karena rahasia terbongkar bukan dari mulut suaminya sendiri. Jadi, dia bisa menyimpulkan kalau aku menyembunyikan sesuatu darinya dan tak jujur. Ketiga, hal yang paling penting adalah dia merasa dikhianati. Dikhianati aku dan adik iparnya --Arya. Karena seolah kami menutupi sesuatu mengenai perempuan lain di hadapannya.Padahal tak sedikit pun aku mengkhianatinya. Rupanya hari ini dia ke kantor dan kemungkinan besar dia mendengar pembicaraan aku dan Arya. Aku yang sedari sore panik mencarinya karena pergi tak berkabar yang kata Asti hanya b

  • Menantu Yang Selalu Salah   Kecewa

    "Kamu kenapa Dek kenapa kau diam saja dari tadi memannya dari siang tadi kau kemana?" cerca Bang Raga melihatku datang sudah sangat sore, hampir Maghrib.Bang Raga masih memakai pakaian kantornya ketika dia berangkat tadi pagi. Kemeja biru dan dasinya sudah kelihatan tak beraturan dan dari raut wajahnya terlihat Bang Raga sangat cemas. Ah, apa benar cemas atau hanya akting belaka?Seperti yang tak terduga olehku selama ini. Tenyata Bang Raga menyimpan rahasia tentang wanita lain yang tak ku tahu. Bahkan Arya juga tahu. Apa yang dia sembunyikan dariku? Apa hanya itu? Atau banyak lagi rahasia yang lainnya?Bukankah suami istri itu satu tubuh. Yang berarti menyatu dan tidak ada yang harus dirahasiakan. Apabila yang satu ada rahasia yang lainnya juga harus tahu?Ada kecewa di hatiku pada Bang Raga. Aku berlalu begitu saja. Menyahutnya hanya dengan tatapan mata. "Aku kelimpungan dan sampai lelah mencarimu. Aku juga baru pulang ini. Karena kau keluar tak pulang-pulang tanpa kabar. Asti, ak

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ada yang Disembunyikan

    Bang Rendi menelfon ibu. Aku mendengar karena ibu kalau menerima telfon pasti suaranya di loudspeaker.Sebelum Bang Rendi sempat berbicara Ibu sudah memberondong dengan pertanyaan."Kenapa kalian, kok, gak main ke sini? Terus kenapa Kia gak dijemput udah lama juga dia nginap di sini." Ibu seperti curiga ada apa-apa diantara mereka. Feeling seorang ibu seperti alaram.Ya, siapa yang tak curiga Kak Kia yang biasa menginap selalu nunggu Bang Rendi cuti. Ini datang sendiri bahkan tanpa Intan anaknya. Bawa pakaiannya banyak lagi."Aku sudah yakin dia belum cerita sama Ibu, makanya sekarang aku telfon Ibu. Kia pergi sendiri dari rumah Bu, kenapa saya yang harus jemput? Hari itu kami bertengkar. Aku menegurnya terlalu boros sangat suka foya-foya, mengahabiskan uang dengan yang tidak jelas. Hanya untuk pamer. Apa salah aku sebagai suami menegurnya. Dia langsung marah dan mengamuk ambil koper membereskan pakaian dan pergi. Aku gak akan menjemputnya, Bu kalau dia sendiri tak pulang."Ooh terny

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status