Home / Rumah Tangga / Menantu Yang Selalu Salah / Salahkah Aku Beristrikan Orang Kaya

Share

Menantu Yang Selalu Salah
Menantu Yang Selalu Salah
Author: IrmaSuda_87

Salahkah Aku Beristrikan Orang Kaya

Author: IrmaSuda_87
last update Last Updated: 2023-03-04 18:31:50

"Perempuan itu harus pandai masak!"

"Jadi seorang istri harus bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan cekatan, jangan klemak-klemek!"

"Masa, beli baju harganya sampai 500 ribu, itu mubazir namanya!"

Masih ku ingat beberapa deretan kata-kata ibu untuk Arumi istriku dalam sebulan ini.

Ada saja yang dilakukan Arumi salah dimata ibu. Dia yang tidak jago memasaklah, tak gesit dalam pekerjaan rumahtanggalah, bahkan dia yang belanja barang mahal menurut ibu. Padahal istriku belanja dengan uangnya sendiri, tabungan dari hasil dia bekerja ketika masih gadis. Apalagi uang saku dari papanya dulu sebelum dia menikah juga sangat banyak dan tersimpan dalam tabungannya. Banyak bagiku, tapi standar bagi mereka. Karena mertuaku memang orang mampu dan berada. Lebih tepatnya keluarga kaya. Jauh dari ekonomi keluarga kami.

Aku Raga, seorang lelaki yang beruntung. Punya istri baik dan mertua baik yang mau menerimaku dari keluarga sederhana sedang mereka kaya raya.

Asal anaknya bahagia, aku suaminya setia dan bertanggung jawab cukup sudah bagi mereka. Karena Bapak mertuaku pernah mendapat petuah dari Ayah beliau--kakek Arumi--bahwa jangan pernah memandang orang dari harta karena kakek Arumi dulu juga orang biasa, karena doa, keuletan dan tekad serta tanggung jawablah yang bisa membuatnya sukses bahkan sampai mewariskan usaha keanak cucu seperti sekarang, ditambah dengan Bapak mertua yang memang ulet hingga membuatnya makin sukses dan berjaya. Itulah mengapa dia tidak memandang menantunya dari materi.

Baginya kekayaan juga bukan syarat seorang lelaki mempersunting anaknya. Apalagi dia melihat Arumi sangat bahagia bersamaku.

***

Baru tiga bulan ini kubawa Arumi tinggal di rumah Ibu. Atas permintaan beliau juga kami tinggal di sini. Ketika ibu mendengar aku pindah tugas di daerah kelahiranku ini.

Sebagai wujud bakti aku tidak mau membantah karena alasan jauh dari tempat kerja, walau rumah Ibu dan tempat kerja cukup jauh. Jarak dari tempatku bekerja hampir satu jam. Jadi, meskipun memakan waktu agak lama masih bisa ku tempuh dari rumah Ibu pulang pergi setiap hari.

Arumi memang istri yang baik dan penurut. Tidak masalah baginya dimana saja asal bersamaku.

Wanita yang sangat ku cintai itu juga menantu yang pandai membawa diri menurutku, tapi tidak bagi ibu.

Meskipun Arumi yang sudah berusaha belajar memasak selama menikah denganku, padahal selama gadis ada bibik yang mengurus semuanya. Dia yang berusaha belajar mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga, padahal masa sebelum menikah tak pernah menyentuh karena semua itu urusan pembantu.

Selama dua bulan awal semua baik-baik saja, karena mungkin ibu lagi rindu-rindunya berkumpul dengan kami berdua. Menginjak bulan ketiga, mulai ada gesekan-gesekan kecil antara metua dan menantu itu.

Ibu mulai mengomentari tentang yang Arumi lakukan. Arumi hanya bisa diam. Karena dia memang kuat menghormati ibuku dan juga tak suka cari gara-gara. Apalagi dengan mertua sendiri.

Tak pernah sekalipun dia menjawab kekesalan ibu. Juga tak pernah mengadu padaku. Kalau hatinya sakit dengan ucapan ibu, dia hanya menangis. Walaupun dia tak pernah mengadu, tapi aku suaminya tetap tahu apa yang ia rasakan. Aku tahu istriku orangnya sangat peka. Apalagi Ibu orangnya ceplas-ceplos. Arumi hanya bisa terdiam, dan kadang tak sengaja ku lihat dia mengusap air matanya.

Hal yang menurutku wajar saja karena Arumi tak biasa, baru belajar dan beradaptasi. Namun, tidak bagi ibuku.

Punya menantu orang kaya yang tak biasa memasak, tak gesit dan lihai mengerjakan pekerjaan rumah tangga bagi ibuku itu salah dan beliau tak mau memaklumi itu.

Dulu, waktu ibu datang menginap di rumah kami, ke kota asal istriku. Wanita yang telah melahirkan ku itu oke-oke saja dengan semua yang dilakukan Arumi. Melihat cara Arumi mengerjakan pekerjaan rumah, melihat Arumi memasak. Ibu tidak pernah berkomentar, tapi entah kenapa? setelah kami tinggal dengan ibu. Bagi ibu semua itu salah.

Ibu tidak terima dengan kebiasaan Arumi yang sudah biasa hidup enak di bawa ke rumah kami.

Hingga kemarin terulang lagi Arumi beli baju harga 300 ribu menjadi bahan omelan ibu. Padahal Arumi selain untuk dirinya juga membeli untuk ibu dan sekali lagi aku katakan dia belanja bukan dengan uangku, suaminya. Bahkan bagi Arumi 300 ribu itu sudah sangat murah karena dia sudah menyesuaikan diri untuk hidup sederhana.

Namun, masih sangat salah bagi Ibu. Entah kenapa ibu seperti sangat tidak suka padanya sekarang.

Aku bingung sebagai suami dan sebagai anak. Pernah ku katakan pada ibu. Kalau Arumi sudah berusaha menyesuaikan diri untuk hidup sederhana standar ibu. Dan sedang menyesuaikan diri dan belajar piawai dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Namun, ibu masih tidak terima.

***

Dan pada malam ini ketika ibu duduk di dapur lagi makan cemilan yang Arumi buat tadi sore.

"Apaan ini? gak enak!" Ucapan ibu sambil ngunyah kue dari singkong yang Arumi buat.

"Buuu--" ucapku pelan.

"Kenapa? kan emang iya."

"Hargailah usahanya buat nyenangin Ibu, kan Ibu yang minta di bikin lepat singkong tadi."

"Dasar, bikin lepat aja gak bisa!"

"Arumi kan lagi belajar Bu, ini kan kue tradisional daerah kita, di rumahnya dulu mana pernah ada beginian."

"Halah, gak usah kamu bela istrimu, nanti kebiasaan!"

"Bukan ngebela,Bu. Apa juga yang mau dibela, karena menurutku gak ada yang salah."

"Gak salah gimana? Ibu usia dia sudah lihai mengurus pekerjaan rumah tangga, apalagi cuma bikin beginian"

"Bedalah Bu," tukasku pada Ibu.

"Beda apanya?! kan sama semuanya ... sama punya tangan! sama punya kaki! sama-sama punya otak buat mikir!" Terdengar jelas ada penekanan pada intonasi ibu mengucapkan kata otak.

Astaghfirullahal'ajiim. Aku bingung pada Ibu, pada jalan pikiran beliau, pada pendapatnya ini kali ini.

Aku diam saja bingung bagaimana lagi cara agar ibu memaklumi menantu yang memang dari kalangan jauh di atas kami itu.

"Kenapa diam, lagi cari kalimat yang pas buat bela istrimu? Buat memujinya di hadapan ibu? Lagi cari Kata-kata pembelaan untuknya lagi!"

"Gak Bu, bukan gitu." Masih dengan suara pelan.

"Kenapa? kamu mau jadi anak durhaka karena selalu membela istrimu daripada Ibu!" jawaban ibu berapi-api.

Sia-sia saja ku rasa berusaha berbicara dari hati ke hati padanya. Malah sepertinya wanita yang paling ku hormati itu semakin membenci Arumi karena pembicaraan kami ini.

Kalau sudah begini percuma saja aku yang berusaha membuat beliau memaklumi dan mengerti kalau tidak semua orang sama, apalagi dari latar kehidupan yang berbeda, ekonomi yang berbeda dan dalam hal ini sangat jauh berbeda. Antara hidup kami dan hidup istriku dan keluarganya, beda kasta. Dia terlahir dari orang berada, dari orok dia sudah biasa hidup enak semua di layani.

Baru setahun ini dia berumah tangga denganku. Berusaha membiasakan diri mengikuti penghasilan aku suaminya.

Berusaha belajar mengerjakan pekerjaan rumah semua sendiri. Dan apa salahnya kalau dia masih belum lihai dan tak secekatan ibu di usianya dulu? Tak ku ungkapkan pada ibu tentang ini. Karena hanya bikin panas hati ibu saja.

"Arumiii! Kamu senang, hah! sudah buat aku dan anakku berdebat gara-gara kamu! membuat Raga melawan padaku! Sebelum menikahi kamu tak pernah dia melawan barang sedikit pun!" Ibu lantang mengucapkan kalimat itu.

Padahal Arumi sedang membaca novel di ruang tamu. Aku takut Arumi mendengar karena memang rumah kami ini tidak besar, walaupun Arumi mendengar dia pasti akan bersikap biasa, tapi tentu hatinya akan sakit. Aku jadi kasian pada istriku.

Ibuku beranjak dari dapur menuju ruang tamu. Tiba-tiba.

Bug...

Terdengar sesuatu jatuh di ruang tamu, aku bergegas ke dalam dan aku terkejut dengan apa yang ku lihat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menantu Yang Selalu Salah   Kak Kia

    ***(POV Kia)Mau aja Arumi dan Arya aku bodohi, padahal mah bukan Ibu pingsan itu hanya ideku biar Raga dan Arumi segera pulang agar tak survei rumah.Enak aja dia mau pindah dari sini kalau mereka pindah'kan urusan rumah bisa repot aku'kan gak pernah beres-beres lagi semenjak menikah.Itu pun tadi telat idenya muncul, mungkin mereka dah keburu liat rumah tadi.uuh.Unthng Ibu mau aja aku bawa untuk merealisasikan ideku yang cemelang seperti cemerlangnya iklan sabun cucian piring.Kalau ini tak berhasil tenang aku udah ada siasat kedua yang di cadangkan buat diluncurkan biar tak jadi mereka pindah.Dikiranya aku maubbikin perut sendiri lapar. Sebelum lapar aja tahu Arumi gak masak untuk makan siang hari ini. Sudah buru-buru aku ke tempat Bik Sumi tetangga Ibu. Aku sudah hafal kegiatan tetangga satu itu kalau pagi dia selalu ke pasar, setiap hari. Karena sering kulu lihat waktu nyantai pagi hari di depan rumah sambil makan roti isi. Jadi otakku cepat mutar apa yang harus dilakukan.Ent

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ibu Melarang Pindah

    "Hah! Iya aku akan segera pulang."Ada apa lagi sih, baru juga di tinggal dua jam Ibu sama kak Kia udah begini."Apa, sayang?" tanya Arumi."Ibu pingsan, ayo kita pulang." Arumi melongo mungkin dia heran karena perasaan ketika kami pergi tadi Ibu baik-baik saja, segar-bugar, sehat walafiat bahkan bisa ngomel-ngomel. Kalau misal Arumi berpikiran begitu. Sama, aku juga. Walau panik mendengar telepon Kak Kia barusan, tapi sedikit heran juga, sih!Terburu kami melaju. Sampai di rumah melihat Ibu terbaring lemah di ruang tengah.Belum sempat kami duduk kami sudah di semprot Kak Kia, "kalian darimana sih lama banget.""Survei rumah kak, Ibukan juga udah tahu tadi. Emang Ibu kenapa?"Ini gegara istrimu yang tak tahu diri itu melawan Ibu. Tadi'kan ibu jadi kepikiran. Jangan-jangan tensi Ibu naik sampai pingsan begini." "Ibu sudah makan belum kak," tanyaku."Makan pakai apa memang ada istrimu masak bukan makan siang tadi.""Nasi goreng yang dia buat sarapan kan sudah habis. Mau makan pakai a

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ingin Pindah Rumah

    "Apaan sih, Bu. Belum apa-apa langsung nuduh Arumi lagi. Ini kesepakatan kami berdua. Lagian sebaiknya anak yang sudah berumah tangga sebaiknya'kan tinggal sendiri, Bu. Lagipula Ibu sangat berubah sikap pada Arumi semenjak satu rumah. Tak seperti waktu kami masih tinggal sendiri di kota Arumi dulu. Itu menandakan lebih bagus tak satu atap'kan Bu.""Iya, memang semenjak kamu menikah dengan perempuan ini kamu selalu bela orang lain daripada Ibu.""Ya Allah, Ibu! Arumi itu bukan orang lain dia itu istriku." "Iya ... 'kan memang orang luar yang masuk ke keluarga kita!""Astaghfirullahal'ajim, bisa Ibu menyebut dia orang luar yang masuk ke keluarga kita. Dengar ya Bu setelah ijab kabul gak ada lagi yang namanya orang luar. Aku harus bertanggung jawab penuh padanya karena semua itu akan aku pertanggungjawabkan di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Begitu juga dengan hati dan kebahagiaannya menjadi tanggung jawabku." "Halah! Kamu malah nyeramahi Ibu.""Bukan masalah nyeramahi, Bu. Aku hany

  • Menantu Yang Selalu Salah   Jangan Ada Rahasia

    (POV Raga)Ternyata memang tidak ada yang boleh dirahasiakan dari istri, walau tujuan kita merahasian adalah untuk menjaga perasaannya. Rahasia yang ku tutupi tentang Diana. Berakibat seperti hari ini karena dia hanya tahu sepenggal, salah paham jadinya dan membawa bencana rumah tangga.Dirinya terlihat teramat sakit. Menurutku penyebab Arumi begitu, pertama karena salah paham dan dugaannya yang salah karena cuma tahu sepenggal, dua penggal. Kedua karena rahasia terbongkar bukan dari mulut suaminya sendiri. Jadi, dia bisa menyimpulkan kalau aku menyembunyikan sesuatu darinya dan tak jujur. Ketiga, hal yang paling penting adalah dia merasa dikhianati. Dikhianati aku dan adik iparnya --Arya. Karena seolah kami menutupi sesuatu mengenai perempuan lain di hadapannya.Padahal tak sedikit pun aku mengkhianatinya. Rupanya hari ini dia ke kantor dan kemungkinan besar dia mendengar pembicaraan aku dan Arya. Aku yang sedari sore panik mencarinya karena pergi tak berkabar yang kata Asti hanya b

  • Menantu Yang Selalu Salah   Kecewa

    "Kamu kenapa Dek kenapa kau diam saja dari tadi memannya dari siang tadi kau kemana?" cerca Bang Raga melihatku datang sudah sangat sore, hampir Maghrib.Bang Raga masih memakai pakaian kantornya ketika dia berangkat tadi pagi. Kemeja biru dan dasinya sudah kelihatan tak beraturan dan dari raut wajahnya terlihat Bang Raga sangat cemas. Ah, apa benar cemas atau hanya akting belaka?Seperti yang tak terduga olehku selama ini. Tenyata Bang Raga menyimpan rahasia tentang wanita lain yang tak ku tahu. Bahkan Arya juga tahu. Apa yang dia sembunyikan dariku? Apa hanya itu? Atau banyak lagi rahasia yang lainnya?Bukankah suami istri itu satu tubuh. Yang berarti menyatu dan tidak ada yang harus dirahasiakan. Apabila yang satu ada rahasia yang lainnya juga harus tahu?Ada kecewa di hatiku pada Bang Raga. Aku berlalu begitu saja. Menyahutnya hanya dengan tatapan mata. "Aku kelimpungan dan sampai lelah mencarimu. Aku juga baru pulang ini. Karena kau keluar tak pulang-pulang tanpa kabar. Asti, ak

  • Menantu Yang Selalu Salah   Ada yang Disembunyikan

    Bang Rendi menelfon ibu. Aku mendengar karena ibu kalau menerima telfon pasti suaranya di loudspeaker.Sebelum Bang Rendi sempat berbicara Ibu sudah memberondong dengan pertanyaan."Kenapa kalian, kok, gak main ke sini? Terus kenapa Kia gak dijemput udah lama juga dia nginap di sini." Ibu seperti curiga ada apa-apa diantara mereka. Feeling seorang ibu seperti alaram.Ya, siapa yang tak curiga Kak Kia yang biasa menginap selalu nunggu Bang Rendi cuti. Ini datang sendiri bahkan tanpa Intan anaknya. Bawa pakaiannya banyak lagi."Aku sudah yakin dia belum cerita sama Ibu, makanya sekarang aku telfon Ibu. Kia pergi sendiri dari rumah Bu, kenapa saya yang harus jemput? Hari itu kami bertengkar. Aku menegurnya terlalu boros sangat suka foya-foya, mengahabiskan uang dengan yang tidak jelas. Hanya untuk pamer. Apa salah aku sebagai suami menegurnya. Dia langsung marah dan mengamuk ambil koper membereskan pakaian dan pergi. Aku gak akan menjemputnya, Bu kalau dia sendiri tak pulang."Ooh terny

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status