Share

Paksaan Mantan?

"Mutia, kamu gak mau gubris aku sama sekali? Ha?" ketus Mas Agha. Aku pun mendongak, lalu berhenti mengunyah.

Ibrahim terkekeh, lalu melanjutkan makan kembali.

"Ya ... siapa suruh Mas Agha gak mau pesen makanan juga. Coba aja Mas Agha tadi ikut makan. Atau, mau Mutia pesenin?"

Saat aku hendak berdiri, Mas Agha mencekal lenganku. "Gak usah, Mutia. Cukup kamu di sini, anggap aku ada."

Aku mendengus pelan, kuseka tangan Mas Agha. "Maaf, Mas. Kita bukan mahram."

"Apa gak bisa jika kita menjadikan di antara kita boleh saling mendekat? Bahkan hingga jarak itu tidak ada. Aku ingin kita seperti dulu, Mutia. Aku sangat mencintaimu."

Kalimat Mas Agha seperti hambar terdengar telinga. Terlebih untuk hatiku.

"Tidak kah kita rujuk kembali, Mutia?"

Mas Agha menggeser kursi yang tadi ia duduki, lalu membungkuk di hadapanku.

"Mas, ngapain sih?"

Aku berusaha melarang dan menyarankan Mas Agha untuk tidak melakukan itu. "Mas, plis jangan gini."

"Tidak, Mutia. Aku mohon, tolong terima aku lagi.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status