Share

Episode 6 (Kemana Dafa?)

Waktu menunjukkan pukul 06.45. Kantor nampak sepi, hanya ada Sandi yang tengah sibuk dengan komputernya. Jaket di tubuhnya pun tak sempat ia lepas. Pria bermata sipit dengan tubuh berisi itu nampak begitu serius dengan pekerjaannya.

"Pagi," sapa seorang yang muncul dari pintu masuk, dia adalah Bia. Wanita itu kali ini berpakaian cantik dengan rambut lurus yang terikat. Memakai sedikit eyeshadow, dengan bibir merah merona. Jeans pendek dengan atasan kaos berwarna putih bersih.

"Pagi, Bella. Cantik banget hari ini," goda Sandi yang melihat Bia berdiri tegap di pintu masuk. Hanya melirik sebentar, Sandi kembali fokus pada komputer. Anehnya, walau begitu cantik, Bia tak mampu menarik perhatian Sandi. Hal itu membuat Bia melipat bibirnya.

"Kenapa?" tanya Sandi menghentikan pekerjaannya lalu fokus pada Bia yang masih berdiri tegap.

"Cantik, kan? Kok kamu kaya biasa aja. Ngomong doang cantik tapi gak diliat," ucap Bia ketus sembari berjalan melewati Sandi, ia pergi menuju mejanya.

Sandi tertawa mendengar ucapan Bia. "Bel, kamu tampil cantik juga bukan buat aku, kenapa jadi ngambek?"

"Kamu aja gak tertarik apalagi Dafa," ucap Bia sambil melipat kedua tangannya. Hal ini telah menjadi kebiasaanya semenjak berpura-pura menjadi Bella.

"Cie, jadi walau lupa ingatan tapi cinta Bella ke Dafa tak akan pernah terlupa nih ya," goda Sandi yang tak henti menertawakan Bia.

"Sabar, Bia, demi membalaskan cinta Bella yang bertepuk sebelah tangan," ucap Bia pelan. Tentu saja agar Sandi tidak mendengar.

"Pagi," di tengah candaan Sandi, pak Irwan datang bersama Yoga.

"Pagi," jawab Sandi dan Bia bersamaan.

"Hai, Bella, cantik banget hari ini," selain Sandi, pak Irwan pun ikut memuji kecantikan Bia.

"Iya, sejak amnesia Bella jadi feminim," balas Yoga yang ikut mengomentari penampilan berbeda dari Bella yang dulu dan sekarang.

Bia tersipu malu, ia hanya memilih tersenyum daripada menjawab pujian teman-temannya. "Oh iya, gimana sama pak Tiar?" tanya Bia yang kini teringat kejadian kemarin.

"Ya, masih sulit. Tapi 80% saya yakin pak Tiar pun terlibat," jawab pak Irwan penuh optimis.

"Bella punya ide, gimana kalau perusahaan pak Tiar di tutup sementara." Bia berdiri dengan penuh semangat, ia menyampaikan sebuah ide yang menurutnya adalah ide bagus.

"Ya gak bisa dong, Bel. Karena ini gak ada hubungannya sama perusahaan e-commerce itu. Kita tidak punya kuasa untuk menutup perusahaan sebelum adanya bukti kalau perusahaan itu terlibat," jelas Sandi.

"Tapi kan pemimpin perusahaannya jadi tersangka sekarang?" balas Bia yang kekeh dengan idenya.

"Untuk menutup perusahaan besar, apalagi e-commerce tentu sulit, Bella. Tapi ide kamu bagus juga, kita akan selidiki juga perusahaan pak Tiar." Kata yang cukup bijak keluar dari mulut pak Irwan.

Bia tersenyum lebar. Ide Bia bukan hanya sekedar ide, namun juga merupakan langkah Bia untuk menguak rahasia yang begitu besar di kehidupannya.

"Dafa mana ya? Tumben jam segini belum datang," ucap Bia sembari melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.

"Dafa kalau hari Jum'at libur, Bel," jawab Yoga.

"Ha? Kenapa? Bukannya liburnya hari Minggu?" tanya Bia yang nampak begitu heran.

"Iya, kalau Jum'at dia nemenin ... " belum sempat menyelesaikan bicaranya, Yoga harus terdiam setelah pak Irwan menginjak kakinya.

"Nemenin neneknya," balas Sandi dengan wajah yang cukup panik.

Bia mengerutkan dahi, "nenek? Berarti nenek aku juga dong?"

"Bukan, nenek angkat. Kamu gak tau, gak kenal," balas Sandi yang masih terlihat panik.

"Eee ... yuk, lanjut kerja." Pak Irwan membuat Sandi bernafas lega. Terlihat dari raut wajah mereka menyembunyikan sesuatu dari Bia. Sementara Yoga nampak kebingungan, ia pun kembali ke meja menghindari berucap sesuatu yang salah.

Bia hanya mengangguk lalu tersenyum kaku. Ia sedikit kecewa lantaran usahanya tampil cantik namun tak bertemu dengan Dafa. Misinya kali ini belum berhasil.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status