Share

BERIKAN PADANYA

Author: Shem
last update Last Updated: 2025-06-22 11:52:45

Salma terbang ke negara Durna keesokan harinya . Begitu ia tiba, Aritama menyambutnya dengan dingin, "Gimana kabarmu?"

Salma menatapnya, "Dimana Ayah?" Ia benar-benar tak ingin membuang waktu. Aritama tak berkata-kata lagi, hanya melangkah didepannya. Dia membawa Salma ke kamar utama, Ayah mereka, Timothy, Raja Negara Durna terbaring lemah. Pemimpin negara monarki itu masih sempat tersenyum ketika melihat Salma, enggan kehilangan wibawanya. Salma berdiri disisinya, menatapnya dalam diam.

"Kamu sudah menghilang tiga tahun, kenapa tidak memelukku dulu?" Timothy berkata sambil mengulurkan tangannya.

"Aku rasa nggak perlu." Tukas Salma, ia melihat wajah pucat ayahnya yang menua dan berkata, "Sepertinya penyakitmu juga nggak terlalu parah."

"Kak, kamu.... " Aritama nampak tidak senang, namun Timothy mengangkat tanganmenyuruhnya diam, "Kamu sudah di sini, Ayah sangat senang. Tinggallah beberapa hari." Lelaki itu lalu mulai memejamkan mata begitu obat penenangnya bereaksi.

Salma melihat ke arah Timothy, ia terdiam sejenak. Rajasa tidak akan kembali dalam tujuh hari, ia tidak memiliki urgensi untuk pulang. Wanita ini mengangguk. "Aku akan tinggal di sini untuk beberapa hari.

Saat hendak meninggalkan ruangan, Aritama mencoba berbicara lagi, " Kamu nggak bisa bawa kebencian sampai ke liang kubur, Kak Salma."

Aritama lebih muda tiga tahun dari Salma, namun ia memiliki sifat suka mengajari yang lebih tua.

Salma diam saja. Dia bahkan tidak menoleh ke arah Aritama.

"Kematian Ratu adalah takdir, mengapa kamu terus bersikap seolah-olah ini adalah salah ayah dan ibu kedua?" Aritama melanjutkan dengan tidak habis pikir.

Salma mengangkat dagunya, lalu melihat adiknya itu dengan tatapan mengejek. "Jangan terlalu naif, kamu seorang pangeran. Jika kamu senaif ini, negara ini bisa hancur ditanganmu."

Aritama kehabisan kata-kata. Saat itu, seorang wanita tiba tiba masuk dalam ruangan. Itu adalah sang ibu negara kedua yang berpakaian anggun dan mewah, Miranti Cartwell. Wanita itu melihat ke arah Salma . "Ternyata putri sulung sudah kembali."

"Kamu mau apa?" Salma bertanya dingin. Miranti menatap Salma dengan penuh penghakiman, "Kamu terlalu lama diluar, ketika kembali menjadi liar dan tak tahu etika kerajaan. Apakah ini yang mendiang ibumu ajarkan?"

Kata-kata itu sangat sensitif, Salma menatap tajam perempuan itu, "Jangan bawa-bawa ibuku!"

Miranti mengangkat alisnya, "Memangnya kenapa? Orang mati ya orang mati, kamu mau apa?"

Salma mengangkat tangannya tanpa berpikir dua kali. Ia menampar Miranti. Tamparan itu keras sehingga wajah ibu negara kedua ini memerah dan berpeta lima jari. Miranti menjadi sangat murka. Selama ini meskipun hidup di luar dengan liar, Salma nggak pernah berani menyentuhnya.

Miranti mengecam marah, "Kamu benar -benar sudah sangat liar dan nggak tahu aturan!"

"Kamu mengira aku hanyalah anak kecil yang meninggalkan istana ini 7 tahun yang lalu? Kamu salah besar. Aku tahu apa yang kamu lakukan. Bicara sekali lagi dan kamu lihat apa yang bisa kulakukan."

Miranti menggertakkan giginya. "Apa kamu pikir ayahmu akan diam saja mengetahui ini?"

Salma melirik Timothy yang sudah tertidur karena efek obat penenang. Dia tersenyum miring kemudian menatap ibu sambungnya itu dengan dingin, "Silakan beritahu. Setelah tiga tahun ia baru bisa membuatku berkunjung kesini, apa kamu kira dia akan berani mengusirku? Raja dan negara ini memerlukanku, untuk saat ini, diantara aku dan kamu, dia pasti akan mengesampingkan kamu."

Miranti geram sampai ingin muntah darah. Namun Salma benar. Timothy tidak akan sampai sehati-hati itu membujuk Salma kalau bukan karna mereka memerlukannya.

Dia adalah aset negara Durna yang berharga. Dia diperebutkan oleh lima negara sebagai ilmuwan enam ilmu. Jika bukan karna kecerdasan dan prestasinya, mana mungkin Timothy yang keras hati itu peduli pada Salma?

Melihat ekspresi ibu sambungnya yang seperti menahan sesuatu dengan menderita, Salma tersenyum menang dan berbalik pergi.

Keesokan harinya, Salma menuju pusat perbelanjaan pakaian dengan mengendarai mobilnya sendiri. Meskipun ia adalah putri dari Raja Durna, hanya sebagian kecil orang yang mengetahui wajahnya karna identitasnya telah dirahasiakan sejak kecil.

Ketika sedang melihat-lihat pakaian, dia tertarik dengan sebuah mantel tebal dari bulu domba yang simpel, Salma baru saja hendak memanggil petugas toko, ketika sebuah suara lembut terdengar. "Kak Salma, kamu disini juga?"

Salma menoleh.

Itu adalah Valeri. Wanita itu berdiri sambil menggandeng Rajasa yang juga sedang menatapnya. Dunia demikian sempit, sejenak Salma lupa kalau keduanya memang berlibur di negara ini.

Hari itu Rajasa mengenakan pakaian tebal yang membuatnya sosoknya semakin menjulang dan tegap. Matanya yang tajam dan indah mengamati Salma, dia menunggu Salma menjawab sapaan Valeri. Sayangnya Salma tak berniat untuk menjawab. Dia membalikkan badan dan bermaksud memanggil petugas untuk menyuruh mereka membungkus mantel yang disukainya.

"Atau Kak Salma menguntit kami ya?" Valeri tertawa dengan lembut. Dengan tawa seperti itu, orang akan mudah prihatin dan mengira dia adalah malaikat.

Salma meliriknya dengan dingin, "Jangan terlalu percaya diri. Durna ini luas, apa hanya kamu yang bisa ke sini?"

Valeri, "..... "

Merasa Salma mengembalikan kata-katanya, Valeri segera mencari celah yang lain. Ia tahu bahwa Salma memandangi mantel dalam kaca itu penuh minat. Dia segera merengek manja pada Rajasa, "Kak Rajasa, aku sangat suka mantel itu, bisakah kamu membelikannya untukku?"

Rajasa tahu bahwa Salma menyukai mantel itu juga, namun ketika melihat ekspresi Valeri yang memelas, ia menjadi tidak tega. Dia menatap Salma, "Berikan mantel itu pada Valeri. Aku akan membelikanmu yang lain."

----

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   SEKARANG GILIRANKU

    Ran menjadi pucat. Dia terhenyak. Dengan babak belur dan mulut robek Ran bertanya memastikan, "Salma itu istrimu?"Rajasa tidak suka ketika mendengar cara Ran menyebut nama Salma seolah-olah dia akrab. Dia menghantamkan gagang pistol ke dahi Ran, sepenuhnya membuat pria itu jatuh dan kehilangan kesadaran. Rajasa diam selama beberapa menit. Lalu kepalanya bergerak, dan pandangannya bertemu dengan Salma. Wanita itu telah berdiri tegak, kemejanya telah terpasang dengan benar. Tatapannya terlalu datar. Tidak ada rasa takut, kemarahan ataupun kekecewaan apapun. Lalu tanpa mengatakan apapun, Salma berbalik dan berjalan tenang keluar dari gudang. Suasana hati Rajasa semakin buruk. Dia tersenyum sinis saking kesalnya. Pria itu menyusul Salma dengan cepat, lalu meraih tangan wanita itu. Salma yang tidak menyangka akan di tarik sedikit terkejut, namun dia kemudian kembali terlihat tenang. "Rajasa, lepaskan tanganku.""Kamu nggak ingin mengatakan apapun padaku?"Salma mengerutkan kening. Se

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   Beraninya Kamu Menyentuh Istriku

    Mobil hitam berhenti di depan gedung apartemen Winda, wanita itu dilemparkan begitu saja ke pinggir jalan. Lalu mobilnya melaju pergi. Dengan lutut berdarah dan tangan gemetar, Winda meraih ponselnya. Dia menelepon polisi. Ketika tersambung, suara dingin di seberang berkata, "Nona Winda, nggak usah ikut campur urusan orang itu. Lebih baik kamu masuk ke rumahmu, makan dan tidur."Wajah Winda menjadi semakin pucat. Dia sadar pria penculik itu bukan orang sembarangan. Bahkan dia telah menyiagakan orang di kepolisian. Dia punya akses menyuap para polisi! Panggilan itu diakhiri secara sepihak. Winda nyaris hendak membanting ponselnya. Kepada siapa dia harus minta tolong?Saat itu, sebuah nama singgah di benaknya. Rajasa Fontier. Biar bagaimanapun, dia masih suami Salma. Pria itu adalah pengendali kota Yugos di balik layar, bahkan bisa membolak-balikan semuanya dengan sesuka hati. Dengan penuh tekad, Winda menghentikan taksi, lalu menyebutkan alamat perusahaan utama Grup Fontier. Ketika

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   JADI MILIKKU DULU

    Salma berada di apartemennya, duduk di depan sketsa dengan pensil di tangannya. Dia baru saja hendak menggoreskan sesuatu ketika ponselnya berdering. Nama Winda tampak di sana. Salma meletakkan pensilnya lalu mengangkat telepon, "Halo." Suara Winda terdengar, "Salma. Aku dalam posisi nggak baik." Sikap duduk Salma menjadi tegak, "Kamu kenapa?" Winda terdengar sangat tertekan, "Aku di sandera. Dan orang ini hanya mau melepaskanku kalau kamu datang. Aku... " Suara Winda terpotong, tergantikan dengan suara serak seorang pria, "Nona Salma, sebaiknya kamu datang sekarang, atau kamu nggak akan lihat wanita ini selamanya." Salma mengernyit, "Apa yang kamu inginkan?" "Kamu akan tahu kalau sudah datang kesini." Salma hendak membuka mulut, namun suara pria itu kembali terdengar, "Suruh pengawalan itu mundur, kamu harus datang sendiri, atau aku akan meledakkan kepala sahabatmu. Salma, aku dan orang-orangku mengawasi gerak-gerikmu. Aku harap kamu nggak gegabah. Nyawa temanmu nggak

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   KAK RAJASA, KAMU YANG TERBAIK

    Valeri masuk ke ruangan privat tersembunyi di bar Haven, seorang pria berwajah tegas berpakaian semi formal dengan banyak tato melingkar di tangannya, menatap Valeri dengan tajam dari dalam ruangan. Pria ini adalah seorang yang sangat berpengalaman dalam dunia hitam, wajahnya yang tegas dan keras langsung memberikan kesan atas sifatnya dalam sekali lihat. "Ran, kamu sudah mendapatkan apa saja dalam penyelidikanmu?" Valeri bertanya dengan tidak sabar. Pria yang di panggil Ran menjawab, "Identitas Salma itu sangat dilindungi. Aku juga bahkan melihat ada beberapa orang mencurigakan disekitarnya. Mereka seperti hamba yang mengabdi pada tuannya."Valeri menyipitkan matanya, "Dia ini, apakah seorang borjuis yang nggak dikenal?" Biar bagaimanapun, apa yang terjadi telah memberikan sebuah pemahaman baru pada Valeri. Perlindungan Salma terlihat terlalu ketat dan tidak bisa dilakukan para orang biasa. Wanita itu juga muncul di resort Asmara di kamar tipe eksklusif yang hanya bisa ditebus ol

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   DIA ISTRIKU

    Rajasa masih berdiri di sana ruangan, memandangi wajah cantik Salma yang tanpa riasan namun tak bosan dipandang. Wajah pria itu datar, tapi sorot matanya tampak menahan sesuatu. Mungkin amarah. Mungkin kecewa. Atau mungkin hanya hampa.“Aku minta maaf,” ucapnya akhirnya.Salma menoleh. “Untuk yang mana?”“Untuk… semua yang membuatmu menjauh. Untuk membuatmu takut bersamaku. Untuk merasa kau harus menyiapkan aroma penetral demi menyelamatkan dirimu sendiri dari aku.”Ucapan itu mengejutkan Salma. Dia tak mengira Rajasa akan mengucapkan kalimat seperti itu. Ia menarik napas, lalu bersandar ke pintu, menyilangkan tangan di depan dada.“Aku nggak takut padamu, Rajasa,” katanya pelan. “Tapi aku takut kehilangan kendali. Aku takut membiarkan diriku larut dalam sesuatu yang seharusnya sudah selesai.”Rajasa mengangguk. Ia mengerti.Ada banyak hal yang sebenarnya ingin ia katakan, namun lidahnya terasa berat. “Kau masih mencintaiku?” tanya Rajasa, pelan sekali.Salma mendongak, tatapannya

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   AKU NGGAK MENYUKAINYA

    Di ruang prediential room nomor 105, pencahayaan tampak lembut. Dua sosok terbaring di atas tempat tidur. Rajasa mencium puncak kepala Salma. "Orang yang kamu bilang itu, berapa lama lagi akan datang?"Salma berkata, "Sedikit lagi, asisten ku sudah kemarin untuk mengantarkan penetral." Selebihnya, ia tak berkata apa-apa. Hanya merasakan tangan Rajasa yang memeluknya erat dan sesekali mencium rambutnya. Ketika Rajasa berkata dia menginginkannya, Salma diterpa kembimbangan. Nalarnya nyaris tidak bekerja ketika Rajasa membawanya ke tempat tidur dan mengungkungnya di sana.Ketika tangan pria itu menyusup di balik kemejanya, seluruh akal sehat Salma kembali. Bagaimana bisa dia bersama dengan Rajasa sedangkan pria itu sendiri memiliki Valeri? Dia bahkan sudah melayangkan gugatan cerai, apa yang terjadi sekarang terasa sangat salah. Salma memiliki kenalan ilmuan kimia yang terkenal. Dia tahu ini bisa di atasi. Rajasa sudah terlihat lebih tenang. Meskipun ada sekelumit sorot kecewa, namun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status