Share

MUSEUM ATLANTA

Author: Shem
last update Last Updated: 2025-07-04 23:25:16

Salma mengangkat tangannya lalu menampar Rajasa. Wajah tampan pria itu terhempas ke samping. Salma memanfaatkan kesempatan itu mendorong Rajasa kuat-kuat, lalu ketika ada celah, dia keluar dari kungkungannya. Saat mata sipit pria itu bertemu dengan pandangannya, Salma memaki dengan berani, "Bajingan,"

Wajah tampan Rajasa menjadi suram. Dia berkata, "Setelah tiga tahun, ini pertama kali kamu melakukan kekerasan dalam rumah tangga." Dia tersenyum miring.

"Itu hukuman untuk pria yang mendua dan tidak bisa menjaga dirinya untuk satu wanita!" Salma membalas. Sekarang dia merasa Rajasa seperti seorang don juan yang tidak puas bersama dengan satu wanita saja.

Rajasa melihat wajah cantik Salma yang memerah, lalu dia membalas, "Kamu bilang aku mendua, lalu kamu apa? bukankah kamu mencari pria untuk menyenangkanmu diluar sana?"

"Kamu mau apa? Aku akan meratapi dan menangisi suamiku yang tidak setia?"

Rajasa menekan lidahnya, pandangannya sedikit menggelap, "Kamu nggak tahu apapun."

Salma mengernyit, dimatanya, Rajasa seperti tidak ingin Valeri sedikitpun di salahkan. Itu membuat hatinya terasa nyeri. Dia ingin kembali membicarakan perceraian, tapi melihat wajah pria itu, dia menahan hatinya. Ia takut Rajasa akan tak segan-segan melakukan apa yang dia katakan tadi jika Salma mengungkitnya sekarang.

Pandangan Salma meredup. Dia kemudian berkata dengan pelan, "Aku mau istirahat."

Saat dia hendak membalik pergi, Rajasa tiba-tiba berbicara, "Aku akan keluar kota selama dua hari, jangan keluar sembarangan selama aku pergi."

Salma merasa tidak terbiasa dengan sikap Rajasa yang ini. Tetapi dia tidak mengatakan apapun dan pergi begitu saja. Rajasa menatap punggungnya dalam diam. Dia kemudian membalik dan pergi ke ruang kerjanya.

Keesokan harinya, Salma meninggalkan rumah saat Rajasa telah pergi lebih dulu. Dia menuju kota Andura untuk memenuhi undangan sebagai juri lomba seni lukis internasional.

Saat tiba di Museum Atlanta, Salma baru saja hendak masuk melalui jalur khusus ketika sebuah tangan yang besar menariknya. Dia diseret menjauh. Salma terkejut dan berusaha melepaskan tangannya, "Hei, kamu gak sopan!"

Pria itu menariknya disisi yang lain yang lebih sepi dan berkata dengan semangat, "Aku sudah lama nggak bertemu denganmu! Kamu selalu beralasan sibuk!"

Salma melihat wajahnya dan menyadari itu adalah Leo, pria ini adalah sahabatnya dalam dunia seni. Wajahnya yang tadi sempat tegang menjadi tenang, dia tertawa dan berjinjit untuk mengetok kepala Leo dengan tas tangannya. Salma kemudian tersenyum dan berkata, "Kamu ini selalu nggak berubah, selalu muncul tiba-tiba. Kamu juga dapat undangan khusus?"

Leo mengangguk. "Boleh aku memelukmu? Aku sangat rindu!" Dia seperti hendak menangis.

Salma berkata, "Banyak orang! Apa kamu mau terlalu mencolok? Kamu dikenal banyak orang. Sementara aku nggak, kamu nggak takut gosip akan menyebar?"

Leo menundukkan kepala dan berbisik dengan jahil, "Aku nggak peduli," meskipun gerakan itu terlihat sangat biasa bagi mereka, orang yang melihat akan mengira mereka memiliki hubungan yang khusus.

Salma mencubit telinganya ketika Leo masih menunduk lalu berkata, "Sudah, ayo kita masuk."

Salma kemudian bermaksud mengajak Leo pergi, tapi ketika dia mengangkat matanya untuk berpaling, sepasang matanya yang indah bertemu dengan tatapan dingin Rajasa.

Pria itu berdiri di jarak yang tidak terlalu jauh, memakai mantel panjang berwarna merah gelap dan bersandar pada salah satu tiang.

Di antara beberapa orang yang berlalu lalang, pesona dan wibawanya tidak dapat ditutupi begitu saja. Sayangnya untuk berjalan menuju jalur khusus, mereka harus melewati sosok Rajasa. Salma kemudian memasang wajah tidak peduli. Dia dan Leo berjalan dengan tenang, lalu pria itu melihat Rajasa.

"Pak Rajasa, kebetulan bertemu disini. Aku nggak tahu kalau Pak Rajasa memiliki ketertarikan pada seni." Leo menyapa dengan ramah. Rajasa memang sangat terkenal di seluruh negara Yugos, bukan hanya karna wajahnya yang sangat tampan, namun karna juga pria ini adalah otak ekonomi negara.

Rajasa melirik pada Salma sebentar lalu menjawab sapaan Leo, "Aku hanya mengantar."

Leo tampak sedikit terkejut, "Wah, ini adalah hal yang langka. Apakah itu kekasih Pak Rajasa?" Leo memang salah satu sahabat Salma, namun dia tidak tahu bahwa Salma menikah dengan Rajasa. Pernikahan mereka memang sangat rahasia untuk umum.

Rajasa lagi-lagi melirik pada Salma, lalu menjawab dengan santai, "Bisa dibilang begitu."

Leo membalas, "Ah, wanita itu sangat beruntung."

Salma merasa tidak nyaman, dia menyela, "Apa kamu masih lama? Kalau masih, aku akan pergi duluan."

Leo menoleh padanya dan mengusap rambut Salma sejenak, "Kamu ini selalu nggak sabaran, ayo. " Leo menoleh pada Rajasa lalu berkata, "Pak Rajasa, kami duluan."

Rajasa tiba-tiba berkata dengan suara agak berat, "Pak Leo, sebenarnya aku ada yang ingin dibicarakan dengan nona Salma. Mungkin kamu bisa pergi lebih dulu."

Leo agak terkejut lalu melihat pada Salma, ketika dia melihat wajah Salma tampak biasa saja, dia mengira bahwa Salma memiliki urusan bisnis dengan Rajasa. Meskipun identitas Salma sebagai Avarin sangat tertutup, tapi tidak menutup kemungkinan orang-orang seperti Rajasa mengenalnya.

"Baiklah, aku tinggal ya." Leo berkata dengan memaklumi, lalu pergi setelah menepuk bahu Salma. Ketika itu, Salma juga sudah membalik dan hendak menyusul Leo. Namun Rajasa menarik tangannya.

"Lepas! Kamu ngapain?" Salma tidak ingin melihat atau berdekatan dengan pria itu. Rajasa menariknya sedikit menjauh ke sudut yang tenang, lalu bertanya dengan santai, "Kamu pacaran dengan Leo?"

Pria itu berdiri dekat dengan Salma. Aroma tubuhnya yang khas bercampur dengan aroma parfum wanita membuat Salma merasa semakin tidak nyaman. Dia tahu itu adalah parfum Valeri yang menempel di mantel Rajasa.

Salma kemudian menjawab dengan dingin, "Bukan urusanmu." Salma bermaksud pergi lagi, namun lengannya yang ramping kembali di tahan.

"Jawab pertanyaanku." Suara Rajasa menjadi berat dan seperti menahan marah meski wajahnya tetap datar dan tanpa ekspresi.

Salma merasa sangat jengkel. Dia menjawab dengan asal, "Kalau aku pacaran dengannya itu bukan masalah besar. Tidak perlu dibicarakan."

Rajasa hendak membuka mulut, namun pada saat itu terdengar suara lembut menghampiri mereka, "Kak Rajasa."

Keduanya sama-sama menoleh, Valeri telah datang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   SEKARANG GILIRANKU

    Ran menjadi pucat. Dia terhenyak. Dengan babak belur dan mulut robek Ran bertanya memastikan, "Salma itu istrimu?"Rajasa tidak suka ketika mendengar cara Ran menyebut nama Salma seolah-olah dia akrab. Dia menghantamkan gagang pistol ke dahi Ran, sepenuhnya membuat pria itu jatuh dan kehilangan kesadaran. Rajasa diam selama beberapa menit. Lalu kepalanya bergerak, dan pandangannya bertemu dengan Salma. Wanita itu telah berdiri tegak, kemejanya telah terpasang dengan benar. Tatapannya terlalu datar. Tidak ada rasa takut, kemarahan ataupun kekecewaan apapun. Lalu tanpa mengatakan apapun, Salma berbalik dan berjalan tenang keluar dari gudang. Suasana hati Rajasa semakin buruk. Dia tersenyum sinis saking kesalnya. Pria itu menyusul Salma dengan cepat, lalu meraih tangan wanita itu. Salma yang tidak menyangka akan di tarik sedikit terkejut, namun dia kemudian kembali terlihat tenang. "Rajasa, lepaskan tanganku.""Kamu nggak ingin mengatakan apapun padaku?"Salma mengerutkan kening. Se

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   Beraninya Kamu Menyentuh Istriku

    Mobil hitam berhenti di depan gedung apartemen Winda, wanita itu dilemparkan begitu saja ke pinggir jalan. Lalu mobilnya melaju pergi. Dengan lutut berdarah dan tangan gemetar, Winda meraih ponselnya. Dia menelepon polisi. Ketika tersambung, suara dingin di seberang berkata, "Nona Winda, nggak usah ikut campur urusan orang itu. Lebih baik kamu masuk ke rumahmu, makan dan tidur."Wajah Winda menjadi semakin pucat. Dia sadar pria penculik itu bukan orang sembarangan. Bahkan dia telah menyiagakan orang di kepolisian. Dia punya akses menyuap para polisi! Panggilan itu diakhiri secara sepihak. Winda nyaris hendak membanting ponselnya. Kepada siapa dia harus minta tolong?Saat itu, sebuah nama singgah di benaknya. Rajasa Fontier. Biar bagaimanapun, dia masih suami Salma. Pria itu adalah pengendali kota Yugos di balik layar, bahkan bisa membolak-balikan semuanya dengan sesuka hati. Dengan penuh tekad, Winda menghentikan taksi, lalu menyebutkan alamat perusahaan utama Grup Fontier. Ketika

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   JADI MILIKKU DULU

    Salma berada di apartemennya, duduk di depan sketsa dengan pensil di tangannya. Dia baru saja hendak menggoreskan sesuatu ketika ponselnya berdering. Nama Winda tampak di sana. Salma meletakkan pensilnya lalu mengangkat telepon, "Halo." Suara Winda terdengar, "Salma. Aku dalam posisi nggak baik." Sikap duduk Salma menjadi tegak, "Kamu kenapa?" Winda terdengar sangat tertekan, "Aku di sandera. Dan orang ini hanya mau melepaskanku kalau kamu datang. Aku... " Suara Winda terpotong, tergantikan dengan suara serak seorang pria, "Nona Salma, sebaiknya kamu datang sekarang, atau kamu nggak akan lihat wanita ini selamanya." Salma mengernyit, "Apa yang kamu inginkan?" "Kamu akan tahu kalau sudah datang kesini." Salma hendak membuka mulut, namun suara pria itu kembali terdengar, "Suruh pengawalan itu mundur, kamu harus datang sendiri, atau aku akan meledakkan kepala sahabatmu. Salma, aku dan orang-orangku mengawasi gerak-gerikmu. Aku harap kamu nggak gegabah. Nyawa temanmu nggak

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   KAK RAJASA, KAMU YANG TERBAIK

    Valeri masuk ke ruangan privat tersembunyi di bar Haven, seorang pria berwajah tegas berpakaian semi formal dengan banyak tato melingkar di tangannya, menatap Valeri dengan tajam dari dalam ruangan. Pria ini adalah seorang yang sangat berpengalaman dalam dunia hitam, wajahnya yang tegas dan keras langsung memberikan kesan atas sifatnya dalam sekali lihat. "Ran, kamu sudah mendapatkan apa saja dalam penyelidikanmu?" Valeri bertanya dengan tidak sabar. Pria yang di panggil Ran menjawab, "Identitas Salma itu sangat dilindungi. Aku juga bahkan melihat ada beberapa orang mencurigakan disekitarnya. Mereka seperti hamba yang mengabdi pada tuannya."Valeri menyipitkan matanya, "Dia ini, apakah seorang borjuis yang nggak dikenal?" Biar bagaimanapun, apa yang terjadi telah memberikan sebuah pemahaman baru pada Valeri. Perlindungan Salma terlihat terlalu ketat dan tidak bisa dilakukan para orang biasa. Wanita itu juga muncul di resort Asmara di kamar tipe eksklusif yang hanya bisa ditebus ol

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   DIA ISTRIKU

    Rajasa masih berdiri di sana ruangan, memandangi wajah cantik Salma yang tanpa riasan namun tak bosan dipandang. Wajah pria itu datar, tapi sorot matanya tampak menahan sesuatu. Mungkin amarah. Mungkin kecewa. Atau mungkin hanya hampa.“Aku minta maaf,” ucapnya akhirnya.Salma menoleh. “Untuk yang mana?”“Untuk… semua yang membuatmu menjauh. Untuk membuatmu takut bersamaku. Untuk merasa kau harus menyiapkan aroma penetral demi menyelamatkan dirimu sendiri dari aku.”Ucapan itu mengejutkan Salma. Dia tak mengira Rajasa akan mengucapkan kalimat seperti itu. Ia menarik napas, lalu bersandar ke pintu, menyilangkan tangan di depan dada.“Aku nggak takut padamu, Rajasa,” katanya pelan. “Tapi aku takut kehilangan kendali. Aku takut membiarkan diriku larut dalam sesuatu yang seharusnya sudah selesai.”Rajasa mengangguk. Ia mengerti.Ada banyak hal yang sebenarnya ingin ia katakan, namun lidahnya terasa berat. “Kau masih mencintaiku?” tanya Rajasa, pelan sekali.Salma mendongak, tatapannya

  • Mencintai Putri Durna: Dulu Diabaikan Kini Takut Kehilangan   AKU NGGAK MENYUKAINYA

    Di ruang prediential room nomor 105, pencahayaan tampak lembut. Dua sosok terbaring di atas tempat tidur. Rajasa mencium puncak kepala Salma. "Orang yang kamu bilang itu, berapa lama lagi akan datang?"Salma berkata, "Sedikit lagi, asisten ku sudah kemarin untuk mengantarkan penetral." Selebihnya, ia tak berkata apa-apa. Hanya merasakan tangan Rajasa yang memeluknya erat dan sesekali mencium rambutnya. Ketika Rajasa berkata dia menginginkannya, Salma diterpa kembimbangan. Nalarnya nyaris tidak bekerja ketika Rajasa membawanya ke tempat tidur dan mengungkungnya di sana.Ketika tangan pria itu menyusup di balik kemejanya, seluruh akal sehat Salma kembali. Bagaimana bisa dia bersama dengan Rajasa sedangkan pria itu sendiri memiliki Valeri? Dia bahkan sudah melayangkan gugatan cerai, apa yang terjadi sekarang terasa sangat salah. Salma memiliki kenalan ilmuan kimia yang terkenal. Dia tahu ini bisa di atasi. Rajasa sudah terlihat lebih tenang. Meskipun ada sekelumit sorot kecewa, namun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status