Share

bab 08. Dendam

last update Last Updated: 2024-10-13 23:15:19

“Marco itu pembunuh keji!” ucap Silvi.

Maryam terdiam sejenak, hatinya tersentak dengan ucapan Silvi tentang Marco. Tentu saja Maryam tak percaya.

Maryam bertanya, “Bagaimana cara dia membunuh kakakmu?”

“Dijatuhkan dari tebing.”

“Hah?!” Maryam makin tercengang. “Apakah kakakmu kuliah di sini?”

“Bang Tonny kuliah di PTS lain. Dia atlet panjat tebing dan panjat dinding tingkat nasional. Suatu saat ada latihan gabungan antara seluruh atlet panjat tebing se Jawa Barat, latihannya di Tebing Lawe, di Jawa Tengah. Kemudian … Bang Tonny pulang dalam keranda, diantar rekan-rekannya sesama pemanjat tebing. Menurut mereka, kakakku terjatuh dari tebing, dan kematiannya adalah akibat kecelakaan."

"Orang tuaku terpaksa menerima keadaan itu. Tapi setelah kematian Bang Tonny, ayahku jadi murung, merasa nggak punya lagi anak laki-laki yang bisa meneruskan nama keluarga. Setelah itu… ayahku menikah lagi, dengan alasan ingin punya anak laki-laki, karena ibuku sudah terlalu tua untuk melahirkan lagi. Ibuku nggak mau dimadu, akhirnya ortuku bercerai."

"Saat itu aku kelas III SMA. Aku sedih dan stress dengan perpisahan orang tuaku. Pikiranku terasa ruwet, tidak bisa mengikuti pelajaran, sehingga aku nggak lulus SMA. Aku terpaksa mengulang lagi kelas III dengan menahan malu pada adik-adik kelasku. Aku menganggap, semua tragedi keluargaku berawal dari kematian Bang Tonny. “

Maryam berujar, “Kematian adalah takdir yang nggak bisa dihindari oleh siapa pun.”

”Kenapa Bang Tonny sampai jatuh dari tebing, padahal dia pemanjat tebing andal? Apakah benar kejadian itu adalah murni kecelakaan, atau ada yang sengaja membuat Bang Tonny celaka? Karena penasaran, aku cari info ke kampus Bang Tonny, ingin tahu tentang kecelakaan yang menimpa Bang Tonny. Aku diberitahu tentang leader dan belayer.”

“Apa itu leader dan belayer?”

Lalu Silvi menjelaskan bahwa leader dan belayer adalah istilah dalam panjat tebing. Leader adalah pemanjat (climber) yang naik pertama kali untuk merintis jalur pemanjatan. Sedangkan belayer adalah pemanjat yang mengamankan posisi leader.

Jika seorang climber memanjat tebing atau dinding, maka harus ada tambang penambat yang disebut anchor, yang berguna untuk menahan sang climber agar tidak terhempas jatuh ke tanah jika climber itu terpeleset atau pegangannya terlepas. Kalaupun terhempas, paling cuma beberapa meter, lalu bergelantung di tebing atau dinding panjatannya, karena ada tambang anchor yang menahannya. Jika panjatan itu cuma dinding buatan, biasanya sudah ada anchor yang ditambatkan terlebih dulu, dan belayer biasanya cukup berdiri di bawah dinding, belayer tidak ikut memanjat.

Jika yang dipanjat itu adalah tebing alami, seorang climber butuh belayer untuk mengamankan posisinya di tebing itu. Belayer akan ikut memanjat beberapa meter di bawah leader, untuk memastikan bahwa anchor sudah terpasang dengan kokoh. Jika anchor terpasang kuat, maka belayer juga kedudukannya kuat pada tebing itu. Karena leader dan belayer terikat pada satu tambang yang sama, maka menurut teori, jika leader terpeleset dan pegangannya lepas, maka semestinya leader tidak terhempas ke tanah karena akan tertahan oleh tambang yang dihubungkan ke tubuh belayer. Kalaupun belayer ikut terpeleset, dia juga tidak akan terhempas ke tanah karena tambangnya terikat pada anchor. Kecuali kalau anchor itu terlepas dari tebing, maka… leader dan belayer akan jatuh ke tanah.

“Pada kasus Bang Tonny… aku tidak habis pikir, kenapa cuma Bang Tonny yang jatuh? Kenapa belayernya hingga sekarang masih hidup, dan berkeliaran di kampus ini?” Mata Silvi menyala penuh dendam. “Belayer itu adalah Marco! Karena itulah aku memilih kuliah di sini, di Fakultas Ekonomi karena Marco juga ada di FE, aku juga masuk organisasi Adventure, supaya bisa dekat dengannya. Aku mengejarnya, bukan karena cinta seperti anggapan banyak orang! Aku mau bunuh dia!”

Maryam merasa miris melihat sorot penuh dendam dari mata Silvi. “Kenapa nggak dilaporkan ke polisi?” tanya Maryam akhirnya.

“Sudah, beberapa hari setelah kematian Bang Tonny. Tapi semua climber yang saat itu berada di lokasi kejadian, bersaksi bahwa yang terjadi adalah murni kecelakaan! Maka polisi juga menganggap kematian Bang Tonny adalah kecelakaan, tidak ada unsur pidana. Kakakku mati, dan keluargaku pecah! Sedangkan orang itu, yang seharusnya ikut jatuh dari Tebing Lawe bersama kakakku, hingga sekarang masih segar bugar! Kenapa?” Mata Silvi kembali menyalakan dendam.

“Menurutmu kenapa?”

“Marco pasti sengaja melepas anchornya, untuk menjatuhkan Bang Tonny! Mungkin karena Bang Tonny adalah climber andalan Jawa Barat, dan Marco ingin merebut posisi itu dengan cara keji! Sedangkan para climber lain yang saat itu berada di lokasi, sudah disuap oleh Marco, supaya memberi kesaksian bahwa jatuhnya Bang Tonny adalah kecelakaan panjat tebing. Marco anak orang kaya! Bokapnya pengusaha automotif, dan juga punya kedudukan penting, punya banyak duit buat menyuap orang!”

“Silvi, katamu, leader dan belayer berada pada satu tambang. Jika Marco sengaja melepas anchor untuk membuat kakakmu jatuh, seharusnya dia juga ikut jatuh?”

“Sudah pasti pada saat itu mereka tidak berada pada satu tambang! Marco bawa tambang lain untuk dirinya sendiri, dan Bang Tonny nggak menyadari hal itu. Mungkin yang dia lihat saat itu, Marco membuat anchor untuk mereka berdua. Padahal cuma untuk dirinya sendiri. Dan saat anchor Bang Tonny terlepas dari tebing, atau mungkin sengaja dilepaskan oleh Marco, cuma Bang Tonny yang jatuh! Begitulah asumsiku!”

“Silvi, balas dendam bukan cara tepat untuk melampiaskan amarahmu! Kalaupun misalnya benar Marco sengaja menjatuhkan Bang Tonny, apakah kamu mau masuk penjara karena kamu balas dendam padanya? Kamu mau menyia-nyiakan hidupmu di dalam penjara? Kasihan orang tuamu!”

“Malam tadi rencanaku hampir berhasil. Aku bisa masuk secara diam-diam ke dalam kampus, lalu masuk ke dalam homebase dan menembak Marco, lalu pulang ke tempat kos. Memangnya siapa yang akan menyalahkan aku kalau misalnya pagi ini Marco ditemukan mati di dalam homebase? Paling juga polisi akan memeriksa para satpam, dan anggota Adventure yang sering mondok di homebase! Kalau saja kamu nggak usil membuntuti aku!"

Maryam menukas, “Kamu pikir polisi bodoh? Polisi bekerja dengan sangat teliti saat menyingkap pembunuhan! Jika kamu membunuh orang, pada akhirnya kamu bakal ketahuan juga!”

“Nggak mungkin ketahuan, karena semua sudah aku rencanakan dengan rapi. Aku masuk ke kampus dengan loncat pagar bagian samping, karena di situ nggak ada kamera CCTV. Tapi rencanaku gagal total, gara-gara kamu yang suka usil!”

“Silvi, coba kamu lihat baik-baik, di sekitar kampus kita ada banyak kantor, ada sekolah, minimarket. Biasanya bangunan untuk publik dipasangi CCTV, yang mengarah ke halamannya, dan ke jalan raya. Jadi walaupun di bagian samping kampus kita nggak ada CCTV, tapi kampus kita ini bisa dipantau dari CCTV yang terpasang di gedung-gedung lain. Jika ada kasus pembunuhan di kampus, polisi akan memeriksa semua CCTV, di kampus ini, maupun di gedung-gedung sekitar kampus. Seandainya tadi malam kamu berhasil balas dendam, kamu nggak akan lolos dari kejaran polisi! Ngerti kamu?”

Silvi bertolak pinggang. “Jangan merasa pintar karena sudah berhasil menggagalkan rencanaku! Kematian bisa datang dengan berbagai cara. Aku masih punya banyak cara untuk membunuh Marco!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mencintai Seorang Climber   bab 293. Kawin Lagi

    Kusmin sedang duduk di teras belakang rumah Erna, yang berhadapan dengan kamar mandi untuk ART, tempat cuci piring, mesin cuci dan area tanpa atap untuk menjemur pakaian. Hari telah gelap karena malam sudah larut. Kusmin sebenarnya letih, ingin berbaring di kamar. Namun dia malas meladeni pertanyaan istrinya soal ponsel itu. Maka Kusmin memilih duduk di teras, pengin merokok, tapi tidak berani, takut nyonya rumah melihat dan marah. Karena ada juga keluarga yang anti rokok, makanya Kusmin tidak coba-coba menyalakan rokoknya.Kusmin adalah pria berusia 52 tahun, yang telah mengalami berbagai hal tidak menyenangkan dalam hidupnya, lebih banyak sebagai akibat perbuatan buruknya di masa lalu.“Pak!”Kusmin tersentak kaget mendengar suara istrinya.“Eh, kamu belum tidur, Iroh?”Mbok Iroh mendekati teras tempat suaminya sedang duduk. “Pak, tolong bicara jujur, kenapa tiba-tiba kowe mau ikut ke Bandung?”“Saya tidak tega membiarkan kalian berangkat ke tempat baru. Nanti kamu harus berjuang se

  • Mencintai Seorang Climber   bab 292. Mencari Video Panas

    Malam itu Bu Marianne datang ke rumah Erna, diantar oleh sopirnya. Bu Marianne tersenyum melihat Maryam.“Maryam, kamu sedang hamil? Sudah berapa bulan?”“Jalan lima bulan, Bu.”“Bagaimana keadaanmu? Kamu capek ya, setelah perjalanan jauh?”“Iya ... eh, tidak apa-apa, saya baik-baik saja, Bu.”Bu Marianne masuk ke kamar itu, meminta Maryam duduk di tepi tempat tidur, dia juga duduk di samping Maryam. Erna turut masuk ke dalam kamar, berdiri di dekat lemari.“Kamu sudah makan malam?” tanya Bu Marianne lagi.“Sudah Bu.”“Sebetulnya saya yang mau berangkat bareng suami ke Makassar, untuk mencari tahu soal Marco. Tapi menjelang berangkat, saya sakit, jadi Erna yang menggantikan saya.”Maryam hanya mengangguk pelan. Erna berdehem.Bu Marianne bicara lagi, “Ayo pulang ke rumah saya!”“Jangan sekarang, Kak!” tukas Erna, “Kang Ardi menitipkan Maryam pada saya, di rumah saya. Nanti tunggu Kang Ardi pulang.”“Bagaimana kalau suamiku masih lama pulangnya?”“Kita bisa menelepon Kang Ardi untuk me

  • Mencintai Seorang Climber   bab 291. Pulang Kampung

    Kusmin berniat mengejar pria itu, untuk menanyakan apakah pria itu ketinggalan ponsel. Namun sesaat kemudian, dia teringat bahwa dia sudah kehilangan pekerjaan sebagai juru parkir di pujasera itu. Digenggamnya ponsel itu, memperkirakan harganya jika dijual.“Aku nggak mencuri barang ini, tapi nemu. Aku lagi butuh uang karena pekerjaanku tiba-tiba hilang. Mungkin hape ini bisa laku di atas lima juta, mungkin lebih.” Gumamnya.Kusmin pulang dengan masih menjinjing travel bag isi baju istri dan anak-anaknya. Tetangganya yang sopir angkot, baru pulang narik, bicara padanya.“Hey Pak Kusmin, tadi saya lihat istrimu menangis di tepi jalan, sambil bawa dua anak. Saya lewat di depannya, lalu dia mencegat angkot saya, minta diantar ke rumah tempat dia biasa kerja. Tapi tadi kan, sudah sore, biasanya jam segitu dia pulang, bukan pergi ke rumah majikan. Kecuali kalau kamu usir dia!”“Tidak! Dia mau pulang kampung, ke Jawa, bareng majikannya.”“Pak Kusmin nggak ikut? Atau nggak diajak?” Tetanggan

  • Mencintai Seorang Climber   bab 290. Barang Temuan

    Iroh, ART Maryam, teringat saat bicara dengan suaminya yang bernama Kusmin, menyampaikan niat ingin pulang ke Jawa Barat.“Tantenya Den Marco mau bayarin tiket pesawat. Nanti sampai di Bandung, saya boleh kerja di perusahaan catering miliknya. Kowe juga boleh ikut, Pak, katanya ada pekerjaan buat kowe di sana sebagai pengantar makanan.”“Ah, malas aku! Kerja jadi tukang parkir di pujasera lebih gede duitnya, santai, nggak perlu bangun pagi-pagi.”“Jadi selama ini duitmu banyak, Pak? Kenapa setiap saya minta uang buat beli beras, buat makan kedua anakmu, kowe bilang lagi sepi job, lagi nggak ada uang?”“Hei Iroh, kowe punya gaji dari Den Marco, sering dikasi nasi dan lauknya pula. Kowe sering diajakin makan di restoran sama mereka. Mana pernah aku makan enak di restoran? Kenapa kamu masih minta uang pula sama aku?”“Jadi kamu merasa nggak perlu ngasi nafkah sama kedua anakmu?”“Mereka itu kan, juga anakmu, kutengok setiap hari mereka makan, nggak kekurangan. Kenapa kowe masih mengincar

  • Mencintai Seorang Climber   bab 289. Hape yang Hilang

    Erna sedang memberi penawaran kepada ART di rumah Maryam untuk turut ke Pulau Jawa, dan bekerja di tempat usahanya. Mbok Iroh tampak ragu karena Tante Erna tampaknya tidak ingin suami Mbok Iroh ikut.“Kalau saya pulang ke Jawa, mungkin suami saya juga pengin ikut. Aslinya dia juga orang Jawa, cuma sudah sejak muda ada di Sulawesi karena dulu ikut transmigrasi bedol desa. Desanya sudah tenggelam jadi bendungan.”“Transmigrasi kan, dikasi lahan untuk bertani. Suamimu nggak bertani?”“Kata suami saya, dia kebagian lahan yang kurang subur. Akhirnya dia pergi ke kota untuk kerja di proyek bangunan. Sekarang dia sudah tua, nggak kuat lagi kerja bangunan. Suami saya juga nggak pernah kembali ke desa transmigrasi itu, setelah istri pertamanya meninggal. Suami saya bilang, itu bukan kampung halamannya. Makanya dia tetap tinggal di Makassar. Tapi kalau saya pulang ke Jawa, mungkin dia juga pengin ikut.”“Baiklah Mbok, bilang sama suamimu, kalau dia mau kerja, saya mau juga bayarin ongkos dia ke

  • Mencintai Seorang Climber   bab 288. Uang Tebusan

    Pak Ardi masih bicara dengan Wandi dan Vino, tentang strategi mencari dan membebaskan Marco dari penyanderaan oleh kelompok separatis.Wandi melontarkan sebuah usul, “Kita tawarkan uang tebusan untuk membebaskan Marco. Saya kira para pimpinan kelompok itu juga butuh uang untuk biaya hidup mereka.”Pak Ardi terdiam.Wandi bicara lagi, “Ini hanya usul dari saya, untuk menemukan Marco, dan membawanya pulang dengan aman, tanpa kontak tembak. Jika kita minta bantuan warga lokal, tentu akan ada biaya. Dan jika pimpinan kelompok separatis setuju untuk membebaskan Marco dengan aman, itupun butuh biaya. Saya serahkan semuanya pada keputusan Pak Ardi.”“Kira-kira berapa biaya yang dibutuhkan?”Vino yang menjawab, “Untuk awal, kita merekrut dulu beberapa orang warga lokal yang akan mencari keberadaan Marco. Mungkin butuh seratus juta untuk awal pencarian.”Pak Ardi meminta asistennya untuk mengambil buku cek. Dia membuka buku itu, siap menulis sejumlah uang, tapi kemudian gerakan tangannya terhe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status