Maryam kembali menjenguk Irma di hari Minggu, karena Irma meneleponnya, meminta Maryam datang menemaninya. Di hari Minggu warung emaknya Maryam tutup, karena pembeli biasanya tidak banyak, berhubung kantor-kantor yang ada di dekat warung itu libur di hari Minggu dan tanggal merah. Maryam tidak punya banyak pekerjaan, maka dia bisa ke rumah sakit untuk menemani Irma.Biasanya Wartini, emaknya Irma, selalu mendelik jika melihat Maryam, bicara ketus, atau menyindir dan menghina. Namun, semenjak Irma mengalami penyerangan yang fatal, Wartini lebih banyak diam. Dia baru banyak bicara saat bertanya kepada dokter, apakah wajah anaknya akan pulih.“Pokoknya yang penting lukanya menutup dulu, dan sembuh, tanpa infeksi.” Itu jawaban dokter.“Tapi apakah nanti bakal ada bekasnya, Dok?”“Mbak Irma masih muda, secara fisik juga sehat, jadi lukanya bisa pulih lebih cepat. In Syaa Allah. Hari ini sudah boleh pulang. Tiga hari lagi kontrol ke sini.”“Ganti perbannya bagaimana, Dok?”“Ganti perban set
Karena merasa sayang jika bunga-bunga bekas dekorasi dibuang begitu saja, padahal masih segar, Marco minta bunga itu dibiarkan saja jadi penghias kafe. Pada hari Sabtu itu pengunjung kafe merasa sedang menghadiri acara pernikahan, atau pertunangan, karena beberapa dekorasi mengesankan suasana resepsi. Ibaratnya pengunjung kafe menemukan spot foto baru di kafe itu.Mamanya sudah semenjak tadi pergi, katanya ada acara lagi di sebuah pameran fashion. Demikian juga Sabrina, dia pergi bersama rombongan Bu Marianne, tapi Sabrina menyetir sendiri mobilnya. Marco berjalan kaki meninggalkan kafe, menuju Adventure Kids Camp yang letaknya tak jauh dari kafe itu.Ada rombongan siswa SD beserta gurunya yang baru saja tiba di camp itu. Segera saja Marco sibuk membantu anak-anak kelas 2 SD itu menggunakan beberapa permainan di camp. Setelah rombongan tersebut selesai, dan meninggalkan camp, muncul rombongan dari SD lain. Anak-anak berseragam pramuka penggalang, usia SD kelas V dan VI, datang bersama
Marco sudah tiba di rumah orang tuanya, di Bandung. Tumben mamanya sudah ada di rumah, ketika Marco datang. Ketika makan malam, papanya juga sudah pulang dan makan bersama. Benar-benar moment langka buat Marco.“Jangan kabur-kaburan terus!” ucap Pak Ardi pada putranya, saat usai makan malam.“Aku kan, pergi ke Jakarta buat wawancara kerja, Pa.”“Pekerjaan itu selalu tersedia buat kamu, di perusahaan yang sudah papa bangun selama puluhan tahun. Tapi kenapa kamu malah mencari-cari pekerjaan di perusahaan milik orang lain?”“Beri aku waktu tiga bulan, untuk menunggu panggilan kerja. Kalau dalam waktu tiga bulan, nggak ada panggilan kerja, nanti aku ikut Papa.”“Tiga bulan terlalu lama.” tukas Ibu Marianne. “kalau bulan depan kamu belum dapat panggilan kerja, kamu kerja ikut Papa! Kalau kamu kelamaan nganggur, nanti malah keluyuran terus!”“Aku nggak nganggur Ma, aku punya usaha yang menghasilkan uang.”“Kalau kamu bekerja di perusahaan Papa, kamu bakal lebih disiplin.” ucap mamanya, “ngg
Ponsel Marco berbunyi, ternyata panggilan dari mamanya.“Iya Ma ....”“Kamu ada di mana, Marco? Sepupumu bilang kamu sudah pulang kemarin siang, tapi sampai sekarang kamu belum balik ke rumah.”“Aku ada perlu sebentar ke rumah teman .... nanti aku pulang.”“Rumah teman di mana? Di Cirebon? Kamu bolak-balik mendatangi Maryam? Benar kan?”“Iya Ma ....”“Jangan bilang kalau kamu sudah nekad nikah siri dengan Maryam!”“Nggak Ma, belum ....”“Kamu menjalin hubungan lagi dengan Maryam?”“Iya Ma, karena aku sudah merasa cocok dengan Maryam.”“Cocok apa maksud kamu?”“Maryam yang paling cocok jadi istriku.”“Tapi mama nggak cocok sama Maryam.”Marco terdiam sejenak, dia tidak mau berdebat dengan mamanya, apalagi melalui ponsel,“Nanti aku pulang, Ma.”“Hari Sabtu pagi kamu harus sudah ada di Bandung. Bisa, kan?”“Ada acara keluarga ya, Ma?”“Ya, kamu harus hadir. Bisa kan? Harus bisa!”“Iya Ma.”Pembicaraan selesai. Hari itu hari Jumat. Marco ada di penginapan milik Sunedi. Belum ada kelanjut
Marco dan Maryam sedang bicara lewat ponsel.“Marco, kalau benar bukan Daffa pelakunya, apakah mungkin ... adiknya adalah pelaku sesungguhnya dari kebakaran rumah Irma?”“Adiknya, atau bisa saja emaknya. Si Daffa sepertinya pasang badan buat pelaku sebenarnya.”Marco teringat, bahwa dirinya pun pernah pasang badan untuk papanya. Hanya bedanya, saat itu Marco tidak jadi tersangka, dia hanya memberikan alibi buat seorang wanita yang merupakan istri siri papanya. Namun, ternyata akibatnya fatal karena Maryam mengira dirinya punya hubungan pribadi dengan wanita itu. Saat itu bahkan Maryam membatalkan rencana pernikahan mereka.Kali ini, Marco dapat merasakan apa yang dirasakan oleh Daffa. Seperti dirinya dulu, niat awal hanya untuk menutupi kesalahan papanya karena menikah lagi, ujung-ujungnya rencana pernikahannya yang gagal total. Sekarang hal semacam itu dilakukan oleh Daffa, tapi sepertinya Daffa bakal dapat masalah lebih berat, karena yang dia akui adalah sebuah tindak pidana.“Marco
Marco kembali mendapat panggilan wawancara kerja di Jakarta. Kali ini dari sebuah grup perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan dan wisata kapal pesiar. Marco teringat wawancara sebelumnya di sebuah perusahaan transportasi udara, bahkan dirinya sudah menjalani tes kesehatan, tapi ternyata belum ada kabar lagi. Marco merasa mungkin dirinya tidak masuk kualifikasi untuk perusahaan transportasi udara itu. Sekarang ada panggilan wawancara lagi, berasal dari perusahaan perhotelan yang sudah punya banyak cabang di Indonesia.Ketika berpamitan pada mamanya, saat sarapan pagi, sang mama tampak tidak suka jika Marco bersikukuh dengan niat untuk bekerja di perusahaan milik orang lain.“Mau sampai kapan kamu menghindar dari keluarga?”“Aku tidak menghindar dari keluarga. Buktinya aku pulang ke rumah Mama.”“Mama sedang ikut pameran fashion, kamu mau antar Mama?”“Kapan?”“Hari Sabtu ada fashion show di Sabuga, mama menampilkan busana pengantin klasik dan muslimah. Kamu antar mama, ya?”Marc
Polisi memanggil Ruhiyat sebagai pemilik rumah yang terbakar itu. Sebelum memenuhi panggilan polisi, Ruhiyat sudah mengerahkan beberapa orang untuk mencari tahu, apakah benar ada CCTV yang merekam mobil milik anaknya terparkir di minimarket dekat lokasi rumah yang terbakar itu? Selain CCTV yang di minimarket, apakah ada CCTV lain, di dekat rumahnya itu?Dari hasil pengamatan dan penyelidikan anak buahnya, ternyata tidak ada CCTV. Di minimarket itu, CCTV milik minimarket sedang rusak. Polisi mendapat foto mobil dengan plat nomor yang merupakan milik keluarga Ruhiyat, ternyata foto tersebut berasal dari tukang parkir. Bukan sengaja tukang parkir itu membuat foto mobil tersebut, pada mulanya dia hanya iseng merekam kelakuan kucing di halaman minimarket itu, pada pukul sepuluh malam. Minimarket itu sudah tutup pada pukul Sembilan malam. Walaupun sudah tutup, halaman minimarket kerap kali dimanfaatkan oleh banyak pihak untuk tempat parkir. Dan para juru parkir menjadi penguasa sepenuhnya j
Pagi hari, di markas polisi wilayah Cirebon, seorang reserse dari Satuan Reskrim, bernama Inspektur Polisi Dua [Ipda.] Jayadi, 25 tahun, melaporkan hasil penyelidikannya.“Rumah milik Almarhum Sugiyono, dijual oleh anak-anaknya. Sebulan lalu rumah itu dibeli oleh Ruhiyat, 50 tahun, seorang pengusaha transportasi. Menurut keterangan Ketua RT. setempat, Ruhiyat menikah dua minggu lalu di rumah itu. Pernikahan siri dengan wanita muda yang menjadi istri kedua. Kemudian ada laporan bahwa istri pertama serta kedua anak Ruhiyat melabrak ke rumah itu, dan melakukan tindak kekerasan serta pengeroyokan terhadap seorang wanita muda bernama Maryam.”“Apakah wanita yang dikeroyok itu istri muda Ruhiyat?” tanya komandan markas.“Bukan. Mereka memang hendak melabrak istri muda Ruhiyat, tapi salah sasaran. Sempat ada laporan polisi tentang kasus pengeroyokan itu, tapi Maryam sudah mencabut laporan. Kasus itu diselesaikan secara kekeluargaan. Tapi ternyata tadi malam ada yang sengaja membakar rumah Ru
Seorang pria menghentikan laju motornya di depan pagar rumah Irma. Pria itu tercengang ketika melihat kobaran api di teras, tepat di depan pintu. Segera dia berlari ke halaman rumah itu. Dilihatnya lidah api sudah mulai menjilati pintu dan kusen jendela yang terbuat dari kayu. Dia tidak bisa memasuki rumah melalui pintu depan.“Kebakaran! Kebakaran! Tolong! Tolong!” Pria itu berteriak. Kemudian dia teringat ada pintu satu lagi di samping rumah. Pintu yang terhubung ke ruang tengah. Hanya saja dia belum pernah melewati pintu samping itu, dan seingatnya, belum pernah melihat pintu samping itu dibuka.“Kebakaran! Tolong! Ada kebakaran!” pria itu Kembali berteriak, untuk memberitahu tetangga, karena api bisa merembet ke rumah tetangga. Dia juga bakal butuh bantuan andai pintu samping itu tidak bisa dibuka karena mungkin saja terkunci dari dalam.Benar dugaannya, pintu samping itu terkunci, atau disel0t dari dalam. Sementara di dalam rumah, ada dua orang wanita. Pria itu sudah berusaha ber