Home / Romansa / Mencintai Seorang Climber / bab 83. Wajah Dalam Foto

Share

bab 83. Wajah Dalam Foto

last update Last Updated: 2025-02-03 11:54:39

Inspektur Polisi Dua (Ipda.) Binsar Siagian merasa harus membuktikan sesuatu, tapi dia butuh foto seseorang, maka dia menelepon seorang gadis yang pernah menjadi saksi kasus pembunuhan.

“Sekarang pukul delapan malam, biasanya orang belum tidur kalau jam segini.” Binsar menghubungi nomor seseorang.

“Hallo, selamat malam. Mbak Maryam, ini saya, Binsar, yang dinas di Jalan Merdeka. Masih ingat sama saya?”

“Oooh … Pak Polisi. Maaf Pak, ada apa ya? Saya suka keder kalau tiba-tiba ditelepon polisi.”

Binsar tersenyum lebar mendengar kata keder, itu bahasa orang Pantura, maknanya antara bingung dan takut.

“Maaf mengganggu, Mbak Maryam lagi sibuk? Lagi ada di mana?”

“Saya di tempat kos. Nggak sibuk, lagi istirahat aja.”

“Begini Mbak Maryam, saya butuh foto Marco, tapi yang terbaru, bukan yang gondrong. Mungkin Mbak Maryam punya? Kalau ada, bisa dikirim ke WA saya?”

“Ehmmm … buat apa foto itu, Pak?”

“Ada yang harus saya konfirmasikan pada beberapa orang. Bisa bantu saya, Mbak? Saya yakin Mb
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Mencintai Seorang Climber   bab 238. Ketika Suami Sakit

    Hanif dan rekannya yang bernama Cahyo masih mengobrol di sebuah kafe. Yang mereka bicarakan adalah perkara yang terjadi pada Marco dan keluarganya.Cahyo bertutur, “Jadi pada mulanya Ibu Marianne meminta tolong pada anaknya agar mencari keberadaan papa mereka, yaitu Pak Ardi. Karena sudah beberapa hari Bu Marianne kehilangan kontak dengan suaminya itu, padahal Bu Marianne sedang mempersiapkan pesta peringatan 35 tahun pernikahan mereka.”Kisah selanjutnya sebagai berikut:Zakki curiga papanya menikah lagi, lantas dia bicarakan hal itu pada Marco. Mereka mendatangi sebuah alamat, yang diyakini sebagai rumah pelakor, tapi Pak Ardi tidak ada di situ. Rumah itu tidak ada penghuninya. Tetangga tidak tahu tentang penghuni rumah itu, karena rumah itu sudah lama kosong, lantas ada yang beli, dan baru dihuni lagi selama tiga bulan. Tetangga belum mengenal penghuni baru. Sementara itu, seorang pegawai di butik Bu Marianne melihat keberadaan Pak Ardi di salah satu rumah sakit, di Kabupaten Ban

  • Mencintai Seorang Climber   bab 237. Ada Pelakor

    “Kamu ingin Marco kembali pada kakakmu?” tanya Hanif. “Begini Mas, karena pada saat menikah, ada situasi yang darurat, mungkin saja waktu itu Bang Marco hanya ingin membuat ayah saya merasa tenang, maka dia bersedia menikah dengan kakak saya. Jika setelah itu dia merasa bahwa pernikahan seperti itu adalah keputusan yang salah, saya tidak akan menyalahkan dia. Sekarang saya adalah wali bagi saudara perempuan saya. Kalau Bang Marco merasa tidak bisa lagi melanjutkan pernikahan, maka saya persilakan dia datang ke hadapan saya untuk bicara bahwa dia tidak ingin melanjutkan pernikahan dengan Maryam. Itu saja. Saya tidak akan marah-marah. Jadi tidak perlu dia sembunyi dan menggantung status Maryam.” Nanang dan Pak Engkus akhirnya pamit. Nanang menemani Pak Engkus kembali ke rumah sakit untuk mempersiapkan keberangkatan ke Cirebon, membawa pulang jenazah kedua anaknya. Sementara itu, Hanif berkonsultasi dengan atasannya di Biro Hukum, tentang masalah yang menimpa Maryam. Status Hanif di b

  • Mencintai Seorang Climber   bab 236. Sang Pengacara

    Nanang kembali ke RS untuk menanyakan apakah sudah ada respons dari Bu Farida. Ternyata permintaan RS belum ditanggapi oleh Bu Farida. Chat dari RS sudah terbaca, namun tiada balasan dari Bu Farida. Pihak RS sudah mengirim staf humas untuk kembali mendatangi alamat Farida, tapi rumah itu masih kosong.Petugas RS bicara pada Nanang, “Kami sudah berusaha. Saran kami, Anda sebagai keluarga pasien Maryam untuk melapor ke polisi. Nanti kami bantu prosesnya.”Nanang merasa pusing sendiri, lelah, tapi tidak bisa mengabaikan karena yang dipertaruhkan adalah keselamatan kakaknya. Apa maksud Bu Farida menahan Maryam tetap bersamanya, padahal dia sudah diberi tahu bahwa dia salah bawa pasien. Yang dia bawa bukan menantunya. Mengenai bayi itu, memang anak Utami. Namun, orang tua kandung Utami menginginkan bayi itu kembali kepada mereka. Kalaupun mau dirawat oleh Bu Farida sebagai nenek si bayi, semestinya ada omongan dulu kepada keluarga Utami.Ayahnya Utami bicara pada Nanang. “Truk yang oleng i

  • Mencintai Seorang Climber   bab 235. Pasien yang Tertukar

    Pria muda itu adalah Nanang, semestinya sejak tadi dia bisa masuk ke bangsal IGD. Namun, karena akan ada kunjungan Kapolda, maka para penjenguk pasien diminta duduk dulu di ruang tunggu. Cukup lama Nanang duduk di salah satu teras, menunggu diperbolehkan masuk ke bangsal IGD. Ternyata dia terlambat.“Pasien atas nama Siti Rahmi Utami dan bayinya sudah dibawa oleh keluarganya.” Itu ucapan petugas di loket rumah sakit, ketika Nanang konfirmasi pasien yang dicarinya.“Kakak saya namanya Maryam Nur Asyifa, dan dia tidak punya bayi! Bagaimana ini? Pasien yang belum jelas identitasnya, malah dibiarkan dibawa pergi oleh orang yang ngaku-ngaku keluarganya?”Seorang petugas rumah sakit bertanya pada Nanang, “Anda sudah melihat ke kamar jenazah?”“Tadi saya dibawa ke kamar jenazah, di sana ada wanita muda korban dari mobil travel itu. Tapi wanita Itu bukan kakak saya! Karena kakak saya itu tingginya 165 cm. Wanita yang di kamar jenazah itu tingginya 157 cm. Kalau misalnya kakak saya yang ada di

  • Mencintai Seorang Climber   bab 234. Dijemput Ibu Mertua

    Maryam terbangun di rumah sakit tempatnya dirawat. Dia berada di bangsal IGD. Jilbabnya terlepas. Kakinya terasa sakit.“Anda mengalami luka di kaki.” ujar seorang suster yang sedang memeriksa suhu tubuh Maryam. “sedikit demam.”Tangan Maryam menyentuh kepalanya. “Jilbab ....” Suaranya serak dan lirih.Suster itu paham maksud pasiennya. “Jilbab Anda banyak sekali bercak d@rah, maka saya lepas karena saya kira Anda mengalami luka di kepala. Dokter sudah memeriksa, ternyata tidak ada luka di kepala Anda. Mungkin bercak d@rah pada jilbab Anda akibat terkena d@rah orang lain, sesama penumpang. Maaf kalau jilbab Anda kami buka.”“Di tas saya ada jilbab ....” Maryam ingin bicara lebih banyak. Namun, bicara sedikit saja sudah sulit, tak ada suara yang ke luar, kecuali hanya seperti desisan. Suster harus mendekatkan kepalany ke wajah pasien untuk mendengar suara pasiennya yang sangat lirih. “Tidak ada tas yang dibawa ke rumah sakit.” jawab suster itu. “yang dibawa bersama Anda ke rumah sakit

  • Mencintai Seorang Climber   bab 233. Korban

    Beberapa kendaraan, mobil pribadi dan juga motor, menepi. Orang-orang dari kendaraan itu berlari ke arah mobil travel yang terjungkal di tepi jalan dengan body mobil terkoyak. Beberapa orang turun ke selokan kering untuk mengevakuasi para penumpang yang berjatuhan dan bertumpuk di selokan itu. Suara erangan, rintihan menahan sakit, tangisan, teriakan minta tolong, berbaur dengan aba-aba dari seseorang yang mengajak beberapa orang lainnya untuk menegakkan mobil travel itu. Mungkin di dalam mobil masih ada penumpang yang tersangkut dan mesti segera dikeluarkan.“Lekas! Lekas! Bahan bakarnya sudah merembes ke luar.”“Awas! Jangan ada yang merokok! Bahaya!”“Sudah telepon polisi?”“Kantor polisi mana yang paling dekat? Biar saya datangi saja, daripada menelepon nggak tahu nomornya.”“Lebih penting menelepon rumah sakit, untuk minta bantuan mobil ambulans! Banyak yang luka parah!”“Mana tadi sopir truk yang nabrak?”“Ah, sudahlah! Lebih urgen menolong penumpang mobil yang ditabrak!”Maryam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status