Share

episode 6

“Ayah mengizinkanku kembali ke apartemen, dengan syarat tinggal bersamamu di apartemen. So, you must join with me, Car. Let’s join us!” jawab Ara sambil tersenyum.

“Wow, ada saham aku ternyata,” ucapnya dengan mata yang berbinar bahagia.

“Pastinya. Kalau nggak mana mungkin Ayah akan setuju,” kata Ara.

“Kenapa syaratnya nggak dipertemukan dulu sama orangnya, Ra?” usul Carista.

“Aku nggak mikirin orangnya Car. Secara, kalau sudah pilihan orang tua nggak mungkin salah kan?” bela Ara.

“Sangat betul. Kalau begitu kamu harus membayarku dengan gaji yang besar,” canda Carista

“Ok. Satu saja cukup kan?” yakin Ara.

Aku sudah tau “gaji” yang dimaksud Carista. Apalagi kalau bukan tas branded incarannya untuk menambah koleksinya.

”it’s ok Ra. Ayo cepat makan, aku sudah nggak sabar dengan tasnya. Nanti kusampaikan dulu sama ibuk dirumah,” jawab Carista cepat.

“Giliran yang mau dapat “gaji” tambahan malah aku yang didesak,” desah Ara.

“Hehehehe. Dilarang merusak kesenangan orang yang lagi happy, Ara,” protes Carista.

“Terima kasih, Car,” lirih Ara.

“Seharusnya aku yang terima kasih, Ra!” balas Carista.

“Aku juga berterima kasih sama kamu, Car. Berkat kamu semua keinginanku dikabulkan ayah. Nih tangan udah gatal-gatal pengen melukis lagi,” jawab Ara.

“Kalau begitu, kita sama-sama terima kasih dong. Kan aku juga dapat “gaji” tambahan,” ucapnya sambil tertawa.

Usai makan siang di Restoran dan dilanjutkan jalan-jalan di mall.

Carista sibuk mencari tas yang menjadi incarannya, sebagai pajak yang harus kubayar karena telah melibatkannya untuk tinggal di Apartemen.

Setelah capek berkeliling, kami memutuskan untuk pulang karena hari sudah sore.

Aku mengantarkan Carista pulang, selanjutnya kembali ke rumah untuk berkemas-kemas, mengemasi barang-barang yang akan kubawa ke Apartemen. 

"Alhamdulillah, akhirnya aku bisa merasakan udara kebebasan. Semoga saja ini adalah pilihan yang tepat," Do’a ku penuh harap.

***

Hari ini adalah hari pertama aku menginjakkan kaki di Apartemen.

Setelah sekian lama aku tidak menempatinya. Aku langsung menuju unitku yang ada di lantai 10 bangunan megah ini.

Sesampainya di dalam, aroma lavender menyambut kedatanganku. Aroma yang sudah lama aku rindukan.

Sungguh aroma yang menenangkan, aku membuka gorden yang sudah lama tidak dibuka, agar cahaya matahari masuk ke dalam ruangan.

Semuanya masih seperti saat aku tinggalkan, semua barang masih tersusun rapi pada tempatnya.

Ruangan beserta perabotan dalam keadaan bersih dan terawat, karena buk Darmi selalu membersihkan apartemen ini dua kali dalam seminggu.

Aku merebahkan tubuhku dikasur yang sudah lama aku impikan. Bahagia banget rasanya.

Hari ini adalah hari kebebasan yang sudah lama aku nantikan. Aku sudah tidak sabar untuk memulai hari esok.

Sekarang saatnya menyusun ulang semua schedule dan jadwal acara penting lainnya.

Aku mancari ponsel, untuk menghubungi Carista.

Chat via whattsApp dengan Carista

“Dimana, Car? Aku udah di apartemen, kamu langsung kesini ya,” tulis Ara.

Setelah lama menunggu Carista membaca pesan. Akhirnya masuk pesan balasan dari Carista.

“Ok. Sebentar lagi aku nyampe. Aku sudah on the way, Ra!” balasan dari Carista.

Sambil menunggu Carista, kakiku melangkah menuju kaca raksasa yang ada di ruangan ini.

Aku bisa menikmati pemandangan alam yang tersaji melalui kaca transparan ini.

Dari sini aku bisa melihat rutinitas kota yang penuh dengan kesibukan. Entah kapan hiruk pikuk kota akan berhenti.

Ketika sedang menikmati pemandangan kota, terdengar bunyi pintu dibuka.

Siapalagi kalau bukan Carista, yang sudah sangat hapal dengan passwordnya.

Carista masuk dengan dua tentengan plastik besar ditangannya.

“Bawa apa, Car?” tanyaku saat melihat tentengan di tangan Carista.

“Apalagi kalau bukan keperluan untuk makan. Aku tahu kulkas pasti belum diisi bahan-bahan keperluan harian. Makanya aku langsung belanja beberapa makanan yang bisa kita masak nantinya, karena aku tidak mau mati kelaparan disini!” ucapnya.

“Kalau untuk urusan makan, kamu memang  juaranya, Car!” gumam Ara.

“Iya dong. Semuanya harus disiapkan sematang mungkin, apalagi urusan lambung adalah nomor satu kalau tidak mau kelaparan. Satu hal lagi kamu harus mengganti belanjaanku!” Carista menambahkan argumennya dengan senyuman jahil terpampang jelas diwajahnya

“Hahahha. Kirain gratis, Car. Ternyata harus bayar,” gurauku sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil minum

“Yeee. Aku kan cuma menjalankan apa yang seharusnya aku lakukan, Ara,” jawab Carista membela diri

Just kidding, Car!” ucapku sambil tersenyum.

Carista duduk di ruang “TV Room” sambil membongkar belanjaannya. Selanjutnya menyusun barang-barang belanjaannya ke dalam lemari pendingin.

“Apa rencanamu selanjutnya, Ra?” Carista menanyakan rencanaku lebih lanjut.

“Belum tau Car, aku belum menyusunnya,” jawabku seadanya.

“Selamat menyusun schedule kebebasan, Ara! Welcome freedom!” ucapnya penuh semangat.

“Terima kasih banyak, Car. Semoga saja semua berjalan sesuai dengan yang aku harapkan, Car!” jawabku penuh harap.

“Pastinya, Ra. Kamu sudah makan?” tanya Carista.

“Belum, Car,” jawabku yang memang belum makan dari tadi.

“Pesan online aja ya, Ra,” terdengar suara Carista memberikan usulan

“Ok, Car” jawabku sambil menautkan jari telunjuk dan ibu jari

“Kamu yang bayar ya, Ra!” jawabnya sambil tersenyum indah

“Iya deh, aku yang bayar. Semuanya aku yang bayar, kalau kamu butuh apa-apa. Dasar nggak mau rugi sedikitpun.”

“Bahagianya!” ucap Carista sambil tertawa seperti habis menang lotre.

“Minggu depan aku mau ke Padang, Car!” kata Ara.

“Ada acara apa kesana?” tanya Carista.

“Ada kegiatan studi banding ke Universitas Negeri Padang!” jelas Ara.

“Berapa lama disana?” sela Carista.

“Belum tau, Car. Paling lama seminggu. Paling cepat 3 hari. Tergantung sikon disana nantinya. Kalau kerjaan cepat kelarnya, aku akan segera kembali,” papar Ara.

“Sudah minta izin sama ayah dan bunda, Ra?” tanya Carista.

“Kemaren sudah minta izin, Car. Diizinkan ayah dengan syarat hati-hati disana. Lagian kan ini kegiatan kampus bukan kegiatan pribadi aku, nggak mungkin ayah nggak mengizinkan,” jawabku.

“Berarti aku sendirian dong disini? ucapnya dengan memajukan bibirnya kedepan. Yang langsung membuatku tertawa melihat ekspresi Carista.

“Kan nggak lama, Car. Kalau bisa di press jadwalnya nanti, aku akan pulang cepat, Car!” jelas Ara.

“Nggak asyik, Ra. Baru juga pindah kesini. Aku udah mau ditinggal sendirian. Cuma janji manis kamu saja bakal pulang cepat. Nyampe disana pasti lupa semuanya!” sungut Carista dengan kecerewetannya.

“Atau kamu mau ikut?” aku menawarkan Carista untuk ikut bersama

“Memangnya bisa?” sorak Carista.

“Ya bisalah. Kan aku yang punya acara. Kenapa nggak!” tegas Ara.

“Trus, kerjaanku gimana? Apa Kevin bosku yang seenaknya itu akan mengizinkan?” Pertanyaan Carista dengan nada bingung.

“Ya, ambil cuti lah Car. Bilang sama Kevin kalau aku yang mengajakmu. Kapan lagi mau liburan, kerjaan mulu. Belum juga lahir, kerjaan ini juga sudah ada, Car,” bujuk Ara.

“Nggak lah Ra, ntar bonusku hilang,” jawabnya sambil tertawa.

“UUD lagi kan. Ujung-Ujungnya Duit. Bentar lagi kamu bakalan jadi jutawan kalau kayak gini, Car!” ucapku sambil tertawa.

“Pastinya nggak akan bisa mengalahkanmu, Ra!” ledeknya lagi.

by the way fasilitasnya boleh dong aku pakai, selama kamu nggak disini?” tanya Carista.

“Boleh lah, Car. Nanti kunci mobil ditinggalkan. Kamu bisa pakai mobil aku ke kantor. Kan lumayan hemat ongkos. Biar cepat proses jadi jutawannya,” candaku dengan tertawa lepas

“Bensinnya bagaimana?”

“Aku akan isi full, Car! Uang belanja kamu selama aku tinggalkan juga akan aku kasih.”

“Yeaayyyy, aku bahagia banget rasanya Ra!” ucap Carista sambil tertawa.

“Dasar nggak mau rugi sedikitpun,” omel Carista.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status