Share

episode 8

Gilang mengingat kembali pertemuannya dengan gadis yang menabraknya di Gramedia beberapa hari yang lalu.

Pertemuan itu merupakan pertemuan yang kedua kalinya oleh Gilang, setelah sebelumnya juga bertemu di Restoran saat makan siang.

Gilang penasaran dengan sosok gadis tersebut.

Gadis dengan rambut panjangnya yang berwarna hitam bersinar, seakan menambah nilai plus pada dirinya.

Kulitnya tidak putih seperti perempuan pada umumnya yang pernah dekat dengan Gilang.

Akan tetapi lebih mengarah ke arah sawo matang dan jangan lupakan sebuah lesung pipi disebelah kanan pipinya yang menambah daya tarik kuat dimata para pria tak terkecuali dengan Gilang yang juga terbius pesona gadis tersebut.

Melihat dari penampilannya dia bukanlah cewek yang feminim, tapi lebih kearah tomboy.

Gilang tersenyum sendiri mengingat pertemuannya dengan gadis tersebut.

Dia larut dengan pemikirannya sambil tersenyum-senyum sendiri sampai Gilang tidak menyadari David sang Asisten pribadinya sudah berdiri di sampingnya.

David menatap bos nya tersebut dengan tatapan aneh dan penuh tanda tanya.

“Kenapa Pak, senyum-senyum sendiri dari tadi?” selidik sang Asisten.

“Sudah berapa kali saya bilang, ketuk pintu dulu sebelum masuk!” kesal Gilang karena lamunannya terganggu oleh kehadiran David.

Gilang berjalan menuju mejanya tanpa menghiraukan pertanyaan sang Asisten.

“Saya sudah ketuk-ketuk pintu dari tadi Pak. Bahkan sudah sampai lima kali malahan. Kirain Bapak kenapa-napa karena tidak ada sahutan, nggak taunya lagi senyum-senyum sendirian kayak orang kesurupan!” sang Asisten berargumen sendirian.

“Kamu jangan sembarangan David, mana ada orang yang kesurupan siang-siang gini, dan orang kesurupan bukannya senyum-senyum tapi malah kejang-kejang!” Gilang tambah kesal mendengar ocehan Asistennya yang terkadang malah membuat jengkel.

“Manatau, kan jinnya nggak pandang waktu untuk masuk, karena dialam jin mungkin nggak ada jam dinding, Pak!” jawaban konyol David membuat sang bos malah tambah marah.

“Ya, jinnya sama kayak kamu. Nggak pandang waktu masuk ruanganku!” kesal Gilang.

“Masuk salah. Nggak masuk salah. Sudah resiko jadi asisten dari bos yang nggak bisa ditebak ini! Aku selalu menjadi sasaran kemarahannya” ucap David, tapi hanya didalam hati sambil mengusap kepalanya.

“Ngomong apa kamu. Ngomong dengan suara, jangan ngomong dalam hati!” sergah Gilang.

“Nggak ada Pak!” David salah tingkah dengan terkaan sang bos yang tepat mengenai pikirannya.

“Bagaimana dengan kunjungan kerja besok, sudah disiapkan semuanya?” tanya Gilang lebih lanjut.

“Sudah, Pak. Tinggal menunggu keberangkatan!” lapor David.

“Jangan ada yang tertinggal, persiapkan semuanya sematang mungkin! Kalau ada yang kurang maka kamu yang akan jadi sasarannya!” ucap Gilang tajam.

“Baik, Pak,” jawab David

“Bapak yakin akan berangkat sendirian, nggak perlu saya temani?” David meyakinkan kembali.

“Sendiri saja. Kalau kamu ikut, ntar yang disini siapa?” jawab Gilang.

“Pak, kabarnya Belinda disini sekarang!” David memberikan informasi lebih lanjut.

Belinda merupakan wanita dari masa lalu Gilang yang berprofesi sebagai model.

Meskipun hubungannya dengan Gilang sudah berakhir, akan tetapi wanita tersebut tidak bisa ditebak tingkah lakunya.

Dia akan melakukan apapun demi ambisinya untuk bisa bersama kembali dengan Gilang.

“Perhatikan saja gerak-geriknya. Jangan sampai dia mengacaukan segalanya,” perintah Gilang.

“Baik, Pak! Kalau begitu, saya permisi keluar dulu, Pak!” pamit David sambil melangkahkan kaki meninggalkan ruangan sang CEO tersebut dengan perasaan yang aneh.

“Si bos kenapa senyum-senyum sendiri bikin horror aja,” David bicara sendirian sambil memegang tengkuknya yang meremang.

“Kenapa Pak?” tanya Karina yang merupakan Sekretaris Gilang.

“Nggak ada, Rin. Anu,” David nggak tau apa yang akan dikatakannya.

“Anunya kenapa, Pak?” sambung Karina polos dengan nada khawatir.

“Bukan itu Karin!” sergah David karena Karina yang sudah menyalah artikan ucapannya.

“Bapak kenapa? Lagi sakit?” Karina tambah tidak mengerti dengan ucapan David yang tiba-tiba emosian.

“Saya nggak sakit kok. Lupakan!” ucap David sambil berjalan menuju mejanya.

“Oppss. Kirain anunya Bapak kenapa. Saya jadi kaget mendengarnya,” ucap Karina.

“Pikiran kamu tuh yang harus dibenarin,” sahut David.

“Bapak ini gimana sich? Kan Bapak sendiri yang bilang anunya Bapak. Malah nyalahin saya lagi. Makanya kalau ngomong itu yang jelas, Pak!” jawab Karina tidak mau kalah.

"Maksud aku, bukan itu, Karina. Aku belum selesai ngomong, kamu sudah main potong saja," ucap David menambahkan.

"Hmmm. Trus Bapak kenapa? sampe megang tengkuk segala? Apa Bapak melihat setan?" Karina bertanya kembali

"Setannya diruangan si Bos!" ucap David jengkel sambil berjalan meninggalkan Karina yang melongo seperti sapi ompong nggak kebagian makan.

Sedangkan diruangannya, Gilang tertawa sendirian melihat ulah sang Asisten dan Sekretarisnya yang meributkan hal nggak penting.

“Orang sehat gini, dibilang kesurupan, dasar Asisten aneh. Hanya memikirkan gadis tersebut saja sudah membuatku seperti ini, apalagi kalau bisa memilikinya seutuhnya,” monolog Gilang sendirian sambil melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

***

Dilain sisi, Ara sudah sampai di apartemennya. Hari ini Ara akan memasak menu makan siang yaitunya membuat sup daging kesukaannya.

Setelah mengganti pakaian kerja, dan meletakkan sepatu pada tempatnya, Ara langsung menuju dapur dengan rambut yang digulung ke atas, biar nggak repot saat memasak.

Ara mulai mengeluarkan semua bahan-bahan masakan yang akan digunakan dari dalam lemari pendingin.

Mulai dari daging yang ada di freezer. Semua daging yang ada di dalam freezer sudah dipotong-potong dan dibagi dengan ukuran kecil.

Daging-daging tersebut disimpan di dalam wadah Tupperware kecil-kecil agar tidak susah untuk mengambilnya saat dibutuhkan.

Saat dibutuhkan tinggal mengambil satu wadah, dan tidak perlu mengganggu daging yang lainnya. Jadi lebih memudahkan dan lebih efisien. Selain itu juga lebih sehat.

Begitu juga dengan semua jenis sayuran, setelah dibersihkan, akan dimasukkan ke dalam wadah Tupperware untuk memudahkan saat mengambil dan lemari pendingin juga akan terlihat lebih rapi dan bersih, tanpa ada bahan makanan yang berserakan.

Selain itu, dengan penyimpanan menggunakan wadah makanan, maka kesehatan dan kebersihan bahan makanan jauh lebih terjaga.

Setelah mengeluarkan daging, mengambil tomat, wortel, kentang dan daun sup.

Dilanjutkan dengan memotong-motong Bawang, Daun sup, Kntang, Wortel dan Tomat.

Ara langsung mengeksekusi semua bahan tersebut menjadi sup daging yang enak.

Enak kalau menurut penilaiannya, tapi Carista sering bilang kalau sup buatan Ara juga enak.

Hampir dua jam, aku berkutat didapur dengan menu sup, akhirnya selesai juga.

Saat sedang menata makanan di atas meja, Carista pulang dari kerjanya.

“Masak apa, Ra?” sahut Carista dari pintu masuk.

“Sup daging, Car!” jawabku menggelegar.

“Yyyeeeeee! Untung aku belum makan diluar!” Girangnya berjalan menuju meja makan

“Ganti baju dulu, Car. Kita makan bareng!” usul Ara.

“Okey!” Carista langsung menuju kamar dan mengganti pakaian.

Selesai makan dan mandi, aku mengemasi barang-barang yang akan dibawa besok.

Rasanya sangat tidak sabar menunggu hari esok, dengan memikirkan semua kemungkinan yang akan aku hadapi disana.

Pastinya memikirkan akan melukis lagi, sangat membahagiakan rasanya.

“Berangkat jam berapa besok, Ra?” tanya Carista.

“Seperti biasa, Car. Ngumpul di kampus dulu, setelah itu baru berangkat sama-sama ke Bandara!” jawab Ara.

“Kenapa nggak langsung ke Bandara saja?” usul Carista.

“Nggak, Car. Ada sedikit pengumuman dulu kepada rombongan yang akan ikut. Biar nanti semuanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan!” jelas Ara lebih lanjut.

“Mudah-mudahan nanti disana ketemu sama Dosen yang keren, Ra. Pastinya yang bisa dibawa ke pelaminan!” kekeh Carista yang tidak berubah dari dulunya. Asal aku bepergian pasti ini terus pesannya.

“Apaan sih, Car. Aku kesana mau kerja, bukan cari jodoh!” geram Ara.

“Ya, manatau ketemu jodoh, Ra. Kan bisa sekalian. Ibarat pepatah sambil menyelam minum air dan dapat ikan gitu! Kalau kamu kan sambil studi banding dapat jodoh,” lanjutnya dengan tawa yang menjengkelkan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status