Share

Bab 107

Author: Naiynana
last update Last Updated: 2025-12-14 10:50:55

Para pekerja di rumah Hamish kini berlarian ke gerbang. Mereka menatap bangkai-bangkai tikus yang menjijikkan itu dengan ngeri.

Ilham segera mengambil foto. Ia harus melaporkan hal itu pada Hamish juga pada pihak keamanan pengelola komplek hunian tersebut.

“Kemarin tanaman depan gerbang mati semua. Kering disiram cairan kimia. Sekarang bangkai tikus. Dan lihat ini!” Daud, tukang kebun rumah tersebut berbicara. Dia keluar dari gerbang untuk memeriksa sekitar dan mulai berjongkok di depan bangkai-bangkai tikus.

“Tikus ini dimatiin dengan cara sadis. Lihat!” ucapnya. Menunjuk ke arah perut tikus-tikus itu.

Kalea tak berani melihat. Begitu juga Diana dan May. Mereka ketakutan dan mual.

“Ya. Ini kayaknya disayat hidup-hidup. Gak ada tanda-tanda ni tikus-tikus dimatikan dulu.” Ilham ikut berjongkok.

“Kenapa firasatku ini sengaja ya?” ucap Daud. “Pertama, soal tanaman yang mati. Aku lihat rumah di samping kiri kanan dan depan tak ada yang mengalami hal serupa. Aku bahkan sampai pergi berkeli
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (13)
goodnovel comment avatar
Norhasanah Sanah
sudah 2 hari belum di up huhuhuhu
goodnovel comment avatar
novelita
ayoo thor... semangat...
goodnovel comment avatar
Diah Ayu N.s
kok blm up kak dari kemarin 🥲
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 117

    Seorang wanita berambut panjang kusut duduk sendirian di meja bartender. Dia adalah Gwen.Wanita itu sudah duduk di sana dari tiga jam yang lalu. Tempat favoritnya biasa melepas penat.Wajah Gwen sudah memerah dan ia mengusir siapa saja yang mencoba mendekat padanya. Wanita itu benar-benar sedang ingin sendirian. Tak butuh siapa pun untuk mengenyahkan gundah gulananya.Gwen menatap gelas kosong di tangannya dengan gelisah. Sesekali satu tangannya yang bebas meremat rambutnya. Tampak sekali jika wanita berhidung lancip dengan tindik berlian di salah satu cupingnya tersebut tengah dilanda kecemasan.“Kenapa kamu tak mau mengangkat teleponku?” gumam Gwen serak. Ia mengambil ponsel yang tergeletak di meja bar. Sudah berpuluh kali panggilan telepon yang dilakukannya, tetapi tak pernah ada sahutan sekalipun.“Hamish!” erangnya, lalu membenturkan dahinya ke meja. “Tolong angkat! Sekali ini saja! Aku mohon.”Terakhir, nomornya sudah diblokir. Dan ia menggunakan nomor baru demi bisa kembali me

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 116

    Tak hanya Diana dan May yang begitu gelisah, tetapi semua pekerja di rumah Hamish. Mereka menanti Hamish yang kabarnya akan keluar dari rumah sakit siang ini.Kecemasan mereka bukan tanpa alasan. Semua karena ada seseorang yang sudah menunggu di rumah.Semua orang tak ada yang berani bersuara. Tak ada yang berani menunjukkan batang hidung jika tak dipanggil. Mereka diam, menahan napas. Takut sekali ada pertumpahan darah jilid dua.“Kemarin bapak mertua yang datang dan sekarang bapak kandung. Aduuuh! Kita harus siap siaga. Entah kepala siapa yang akan bocor duluan kali ini.” Diana berbisik pada May. Mengintip ke ruang depan di mana Elias sedang duduk bersilang kaki, menunggu.Tak jauh dari Elias, Sarah—ibunya—melangkah mondar-mandir mengamati interior ruangan tersebut. Wajahnya masam, sudut bibirnya terangkat satu, dengan kepala ditarik sedikit ke belakang. Sedang kedua tangannya melipat di dada. Tampak sekali jika wanita tua berambut super pendek itu tengah meremehkan segala hal yang

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 115

    “Nanti siang, penyidik akan datang untuk meminta keterangan dari Tuan dan Nyonya.” Jordi datang dan berbisik.“Baiklah,” jawab Hamish tak kalah pelan. Di sisinya, Kalea sedang meringkuk, tertidur pulas. Ia tak ingin membuat sang istri terjaga. Keduanya berbincang dengan volume suara sekecil mungkin.“Apa rencanamu sudah siap untuk dieksekusi?” Pria itu mendesis di sudut bibir. Menatap Jordi.“Semua sudah siap, Tuan,” jawab Jordi.“Tapi, masalahnya, kondisi pria itu masih memerlukan perawatan,” ucapnya pelan. “Ap akita selesaikan di rumah sakit?”“Tidak! Jangan berbuat terlalu vulgar. Jangan terburu-buru. Tunggu dia keluar dari rumah sakit,” ucap Hamish.Jordi membasahi bibirnya. “Apa … Tuan yakin akan melakukan ini?” tanyanya hati-hati.“Kapan aku memutuskan sesuatu dengan tak yakin?” balas Hamish.“T-tapi … apa Nyonya … tak masalah? Bagaimana pun, pria itu adalah ayahnya.” Jordi melirik Kalea yang tertidur dengan mulut setengah terbuka. Tubuhnya naik turun teratur seiring sirkulasi n

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 114

    Darah mengalir dari kedua lubang hidung juga luka di kepala Dion yang sebelumnya sudah tercipta. Kaki Hamish menerjang keras sisi kepala pria itu, sebelum Kalea sempat memukulkan stik golf di tangannya.Mata Dion membeliak, lalu perlahan tubuhnya oleng sebelum akhirnya terjerembab ke samping. Membentur keras ke lantai marmer ruang kerja rumah tersebut.Kalea mundur selangkah. Stik golf di tangannya terjatuh. Matanya nanar menatap ke Dion. Anehnya, ia tak merasakan apa pun. Hatinya serasa hampa melihat ayahnya tergeletak bersimbah darah.Tak sedih, tak sakit, tetapi juga tak bahagia.“Kemari!” Hamish menarik tubuh Kalea dan memeluk istrinya itu.“Semua baik-baik saja. Akan kupastikan tak akan ada hal seperti ini lagi,” ucap Hamish berusaha menenangkan.Kalea diam saja. Ia bahkan tak membalas pelukan Hamish. Matanya masih menatap kosong. Tak berkedip. Sekosong hatinya saat ini.Hamish menggapai gagang telpon intercom yang sudah bergelantungan tak beraturan di meja kerjanya. Menekan tomb

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 113

    “Jadi kamu?”Hamish menggeram. Amarah membumbung sampai ubun-ubun. Suara pekikan panik terdengar di telepon sana.“Kamu mau kematianku?” Hamish menyeringai dengan gigi gemeretak.“Kita lihat siapa yang akan mati!” desisnya.“Hamish. I-ini bukan seperti yang kamu pikirkan. I-ini … bukan seperti itu—"Hamish melempar ponsel itu hingga hancur berantakan. Tak sudi mendengar ucapan Gwen lebih lanjut. Sekarang semua terasa terang benderang.Ucapan-ucapan Kalea pun berdenging di telinganya. Perkiraan istrinya itu rupanya benar.“Aku akan membuatmu menyesal pernah mengenalku,” geramnya. Ia pun memiting tangan Dion semakin keras.“Dan kau! Apa kau yang mengincarku pagi tadi?”“Arrrgghhh!” Dion meraung. Hamish memuntir kedua tangannya hingga terdengar bunyi keretak di engsel-engsel sikunya.“Jawab!” bentak Hamish.“Ya!” teriak Dion.BUGGG! Hamish melepas pitingannya, lalu menyikut punggung Dion sampai tersungkur jatuh ke lantai.Hidung Dion berdarah. Dan Hamish belum puas sama sekali. Pria itu

  • Mencuri Hati Tuan Hamish   Bab 112

    Petir menyambar-nyambar. Hujan tiba-tiba turun dengan derasnya. Pada akhirnya, Kalea pun mempersilakan Dion untuk tinggal sejenak di rumah. Berteduh menunggu hujan reda.Meski enggan, tetapi Kalea tetap meminta Diana untuk mengobati luka-luka ayahnya itu. Ia sendiri tak ingin berdekatan apalagi bersentuhan dengan Dion.Akan tetapi, naluri sebagai anak tetaplah menyala. Ia tak tega melihat kondisi ayahnya yang terlihat begitu menyedihkan itu. Dion tampak sudah jauh lebih tua kini.“Bapak akan pergi setelah hujannya berhenti,” ucap Dion berusaha tersenyum.Kalea mengangguk kaku. Masih tak berbicara.Rasa ingin tahu di mana Dion tinggal sekarang, juga kehidupan apa yang dijalani sejak Hamish membuntungi jempol ayahnya itu tetap ada. Tetapi ego dan amarah Kalea menutup semua itu.Hatinya belum bisa menerima keberadaan Dion. Belum mampu memberi kata maaf.“Siapkan saja makan untuknya. Dan persilakan pergi jika sudah tak hujan. Tak perlu menunggu izinku,” ucap Kalea pada Diana.Wanita itu me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status