Share

6. Apa yang kau Sembunyikan ?

Sepasang kekasih tiba di Rumah Sakit dengan terburu-buru, masalahnya nenek Melinda baru saja menelpon dan meminta Abhygael segera ke Rumah Sakit, karena dokter telah mengizinkannya pulang dengan catatan harus terus rawat jalan, minimal seminggu sekali. 

Abhygael dan Selena saling bergandengan tangan menuju ruang Paviliun, mereka tidak menyadari jika Nenek Melinda memperhatikan mereka dari balik jendela. Nenek Melinda menahan geram namun sebagai wanita terhormat dia tetap melemparkan senyumannya pada Selena. Ini tidak bisa dibiarkan, Abhygael harus segera memberikannya cicit agar tak akan adalagi benalu yang berusaha menempel pada cucu tampannya itu.

"Pagi nek, aku tiba lebih cepat dari yang nenek harapkan." Abhygael menghampiri dan mencium tangan neneknya diikuti Selena. Tak terlihat lagi selang infus di ruangan itu, hal ini menunjukkan jika neneknya benar-benar telah pulih.

Selena menyapa nenek Melinda dengan ramah. "Apa kabar nek, semoga nenek sehat selalu," ucapnya dengan tulus. Selena mencium tangan nenek dan duduk dikursi yang berada tak jauh dari ranjang nenek Melinda.

Nenek Melinda tetap menyambutnya dengan ramah namun sorot matanya tajam menusuk, menurut pandangannya, Selena bukanlah gadis yang baik. Dia menempel terus kepada Abhygael pasti ada maunya. Abhygael memperkenalkan Selena sebagai temannya semasa di Amerika.

"Dia Selena, teman kuliahku di Amerika tetapi dia asli dari Indonesia." 

"Ya, nenek tau, tapi yang nenek sesalkan mengapa kau tidak membawa isterimu menemui nenek ?"

Mendengar itu Abhygael gelagapan, ini bukan sesuatu yang dia harapkan, Selena menatapnya memohon penjelasan. "A...anu nek..i..itu."

"Apa temanmu ini tidak tahu jika kau telah menikah ?" Nenek Melinda sengaja mengeraskan suaranya. Andai bicara pelan sekalipun Selena tetap mendengarnya.

Mendengar itu air mata gadis cantik itu jatuh tak terbendung, walau dia suka menjajakan tubuhnya kepada laki-laki lain, tapi dia sangat mencintai Abhygael. Selena menyesali mengapa Abhygael tidak memberitahunya, bukankah Abhygael berjanji tidak akan menikah dengan wanita manapun selain dirinya. Tapi yang terjadi sesuatu diluar dugaan. Selena masih dengan sopan pamit pada Nenek Melinda dan segera berlari keluar. Abhygael mengejarnya.

"Selena...tunggu, biarkan aku menjelaskannya padamu," Teriaknya namun Selena tak menghiraukan dan terus berlari. Abhygael tak sempat mengejarnya karena Selena keburu naik taxi.

Dengan langkah gontai dia kembali ke ruang Paviliun, dia tak marah pada neneknya, memang sudah seharusnya dia menyampaikan kebenaran itu kepada Selena. Nenek Melinda menatapnya tajam.

"Ingat, kau sudah menikah, jangan pernah melakukan sesuatu yang dapat mencoreng nama baik keluarga. Siapapun gadis itu, tetapi yang menjadi isteri sahmu adalah Leona."

Abhygael tak membantah, dia hanya mengangguk. Saat ini yang ada dalam benaknya bagaimana meminta maaf pada Selena, dan membuat perhitungan dengan Leona. Dia menyalahkan Leona karena mau menerimanya sebagai suami, andai saja saat itu Leona menolaknya mungkin saja dia telah menikahi Selena sekarang.

"Bawa nenek langsung ke rumahmu, nenek ingin bertemu cucu mantu nenek yang cantik itu."

"Apa ? Tidak, jangan sekarang nek, nenek baru saja pulih, jadi kita langsung ke rumah nenek sekarang." Abhygael tak ingin penyakit neneknya kambuh lagi jika melihat wajah Leona.

"Kenapa ? apa yang kau sembunyikan ? Atau jangan-jangan kau telah mengusirnya!"

Abhygael mendelik gusar tatkala mendengar tuduhan neneknya. "Dengar nek, aku tak akan mungkin mengusir cucu mantu kesayangan nenek itu, jika nenek tidak percaya telepon ke nomornya dan tanyakan dia dimana," Abhygael menyodorkan ponselnya.

"Lalu kenapa kau tak ingin nenek menemuinya ?" nenek Melinda cemberut. Abhygael membelai tangan neneknya.

"Pastikan dulu kondisi nenek, jika sudah benar-benar pulih baru nenek boleh tinggal dirumahku kapanpun nenek mau," bujuk Abhygael.

Nenek Melinda semakin penasaran dengan tindakan Abhygael yang terus melarangnya menemui Leona. Ada yang tidak beres pikirnya. Sesampainya mereka di rumah, Nenek Melinda segera memasuki kamarnya dan menelpon Renata. Dari hasil pembicaraannya dengan Renata, tahulah ia apa yang menjadi penyebab Abhyagel melarangnya menemui Leona saat ini. Tak urung nenek Melinda tertawa terbahak-bahak.

Abhygael yang mendengar neneknya tertawa segera memasuki kamar, keningnya mengernyit tatkala melihat neneknya tertawa sendirian. "Apa ada yang lucu nek ?" 

"Kau takut jantung nenek kambuh lagi setelah melihat isterimu yang kayak macan tutul itu ? Hahahaha ....."Nenek Melinda tak henti hentinya tertawa.

"Jadi sebenarnya Nenek tau jika Leona itu buruk rupa lalu nenek sengaja menjodohkannya denganku ?" Abhygael merengut kesal.

Setelah puas tertawa, akhirnya nenek melinda menasehati cucunya. "Nenek itu tak salah memilihkan jodoh untukmu, saat ini kau harus berusaha merebut hati Leona, dia itu masih sangat labil, usia kalian terpaut lima tahun. Makanya dia masih sangat kekanak-kanakan. Kau harus bisa mengambil hatinya agar kau akan tahu siapa dirinya, percayalah nenek tak salah pilih," usai berkata seperti itu nenek Melinda terus menepuk-nepuk punggung tangan Abhygael.

Abhygael masih tetap tak mengerti, setelah pamit pada neneknya Abhyagel langsung pulang ke rumah mewahnya. Saat tak melihat Leona dia segera berteriak memanggilnya.

"Nyonya sedang menanam bunga di halaman belakang tuan," kata salah seorang maid.

Abhygael segera bergegas menuju taman, nampak Leona asyik berbincang dengan maid yang bertugas dibagian taman itu. Abygael segera menyeretnya masuk ke dalam rumah.

"Apa-apaan kamu ? Lepaskan tanganku !" 

Abhyagel menghempaskan tangan Leona dengan kuat sehingga Leona nyaris jatuh ke lantai. Untung saja dia bisa berpegangan pada sudut meja yang berada di ruangan itu.

"Mulai sekarang lakukan tugasmu sebagai isteri dengan baik," Abhyagel menatap Leona lekat.

Leona terkesiap, apa dia tak salah dengar ? Jantungnya berpacu tak beraturan. Dia tak ingin disentuh suaminya. Bagaimanapun Leona berharap kelak dia diceraikan Abhygael, walau berstatus janda paling tidak sebagai janda perawan.

"Jangan bangga dulu, aku tak akan menyentuhmu, yang harus kau lakukan selain mencuci dan memasak, semua peralatan mandi dari ujung kaki sampai rambut harus kau siapkan, sepatuku harus selalu disemir mengkilap. Setiap pulang kantor kau harus membukakan pintu untukku, dan jangan lupa kau harus melepaskan sepatu dan kaus kakiku paham ?"

Huft ! Leona bernafas lega. setidaknya yang dimaksud menjalankan kewajiban sebagai seorang isteri hanyalah pekerjaan ringan untuknya. Dia tidak tahu jika Abhygael berencana ingin membuatnya kelelahan dan dengan sendirinya meminta untuk berpisah darinya.

Setelah berkata seperti itu Abhygael segera ke kamarnya, nanti malam dia berencana ingin menemui Selena di apartemennya. Karena waktu masih sore Abhygael memakai baju olahraganya dan menuju ruang fitnes. Laki-laki tampan itu selalu menjaga kebugaran tubuhnya agar tetap fit. Lain lagi dengan Leona, dia segera bergegas ke dapur untuk menyiapkan makan malam.

Para maid yang mengetahui bagaimana tuannya memperlakukan isterinya dengan buruk hanya bisa menutup mata dan telinga, berbeda dengan bibi Sulfia, saat Leona berada di dapur tak henti-hentinya wanita paruh baya itu memberi suport kepada Leona. Bibi Sulfia berharap suatu saat Abhygael akan mengakui Leona sebagai isterinya tanpa paksaan dari siapapun. Menurutnya Leona adalah type isteri penurut, terlebih lagi dia sangat ramah. Para Maid selalu dianggapnya teman, dia tak pernah membeda-bedakan mereka. Bahkan salah satu maid demam, Leonalah yang telaten merawatnya sampai sembuh. Tugas maid yang sakit itu diambil alih Leona, semua dilakukannya tanpa keluhan, bahkan dia selalu tersenyum menyapa para maid. Terkadang Leona makan bersama mereka di meja makan yang khusus disediakan untuk para maid menyantap makanannya. Bibi Sulfia tak bisa membayangkan jika wanita lain yang akan diboyong ke rumah ini maka sudah pasti mereka akan diperlakukan dengan buruk. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status