Selena terus mendesak Abhygael untuk menikahinya, menyandang status nyonya Abhygael Pratama sudah diimpikannya sejak dulu. Hanya perempuan bodoh saja yang tak mau menikah dengan pengusaha terkaya dan tampan ini. Gadis ini berpikir hanya dialah yang tau ketampanan Abhygael.
"Kapan kita menikah ? Apa kata orang nanti kalo kita terus bersama tanpa status !"
Abhygael diam saja, pikirannya sedang kalut, bagaimana caranya menyampaikan kepada Selena jika saat ini dia sudah menikah ! Ditariknya nafasnya dengan dalam. "Sayang, bukankah kau tau jika nenek sedang di rawat di Rumah Sakit ?"
Ini bukan saat yang tepat untuk menyampaikan kabar itu, Abhygael takut Selena akan menjauhinya, hanya dialah satu-satunya wanita yang dicintai Abhygael.
"Jika begitu bawa aku menemui nenekmu, kita perlu meminta restu darinya," Rengekan Selena membuat Abhygael resah. Dia tak bisa melihat kekasihnya ini merajuk, jika itu terjadi maka berhari-hari lamanya dia membujuk dengan segala rayuan pulau kelapa untuk meluluhkan kemarahan sang pujaan hati. Bukan untu pertama kalinya Selena merajuk seperti itu, ketika keduanya berada di Amerika Selena pernah tidak menemuinya, bahkan menolak panggilan teleponnya selama dua minggu hanya karena dirinya menolak menemani Selena menonton konser musik di kota Paris.
"Baiklah, besok kita akan menemui nenek di Rumah Sakit," Abhygael dengan berat hati menyetujui permintaan Selena. Dia akan mencari cara bagaimana memperkenalkan Selena pada neneknya, entah mereka tampil sebagai sahabat atau kekasih, lihat saja bagaimana nantinya.
Selena gembira bukan kepalang, tidak sia-sia usahanya selama ini yang ingin mengenal keluarga Abhygael, menurut rumor sangat sulit masuk dalam lingkungan keluarga itu, selain kaya mereka tekenal sangat tertutup. Kecelakaan yang menimpa orang tua Abhygael dan kakeknyapun ditutupi dengan rapat. Media hanya meliput tentang kematian ketiga keluarga itu, setelah itu beritanya hilang bak ditelan bumi. Seakan ada penguasa yang tak terjamah dibalik semua itu, publik awalnya sangat penasaran dengan kecelakaan beruntun yang terjadi, namun seiring berjalannya waktu rasa penasaran itu hilang dengan berita kembalinya sang pewaris buruk rupa setelah sekian lamanya menghilang. Tak ada yang melihat mayat ketiga keluarga itu, yang dilihat dalam tayangan televisi hanyalah tiga buah peti mati yang dimasukkan keliang lahat dengan tangisan pilu keluarga.
Pagi ini Abhygael akan membawa Selena menemui neneknya di Rumah Sakit, sebelum berangkat dia menyempatkan waktu untuk sarapan pagi yang telah disediakan isterinya. Roti panggang, selai, omelet, daging asap, sosis, sereal, pancage lengkap dengan sirup, ada juga buah dan beverage. Hmmm, menggugah selera.
"Leona, tuangkan teh untukku," Abhygael menggeser kursi beludru yang terdapat di ruang makan itu.
Leona menuangkan teh untuk suaminya, lalu diapun duduk disamping suaminya. Bukan hendak sarapan tetapi ingin menemani suami menikmati sarapan paginya.
"Siapa yang menyuruhmu duduk di dekatku ? Ini teh pahit sekali, apa bibi Sultia tidak memberitahumu bagaimana rasa teh yang biasa aku minum ? Cepat ganti !"
Leona segera bergegas ke dapur dan menyeduh teh yang baru untuk suaminya. Sudah lima kali dia bolak balik mengganti teh yang katanya kurang, pahit, kurang manis dan masih terlalu manis dan masih banyak lagi keluhan suaminya tentang pelayanannya pagi ini. Leona tetap dengan sabar meladeni kesengajaan suaminya itu, Leona tau jika Abhygael sengaja mengerjainya agar dia kapok. Tapi tidak, bukan Leona namanya jika tidak membalas semua penghinaan ini. Terakhir saat suaminya memintanya mengganti teh lagi, diambilnya satu sendok garam, lalu diaduknya dalam cangkir teh itu dan disuguhkannya kepada Abhygael dengan senyum manis yang sengaja dibuat-buat.
"Kurasa ini suguhan terakhir, aku yakin ini sesuai dengan seleramu."
Tanpa menaruh rasa curiga, Abhygael menenggaknya dan...
"Hue,,,cih ...kau...kau!" Abhygael berlari ke arah wastafel dan memuntahkan seluruh teh yang sempat tertelan olehnya.
Kilatan kemarahan nampak dari matanya yang menatap liar ke arah Leona yang duduk dengan santai tanpa rasa bersalah sedikitpun, bibi Sulutia segera bergegas mencoba meredakan kemarahan Abhygael.
"Maafkan bibi tuan, bibi yang salah, itu bukan ulah nyonya," Sultia sengaja membela Leona setelah melihat toples yang berisi garam berada di atas meja dapur.
Abhygael mengabaikan bibi Sultia yang hendak mencegahnya, anak ini harus diberi pelajaran biar tahu rasa. Abhygael segera mencekal lengan Leona. Saking kuatnya cekalan itu membuat Leona meringis, dia segera berdiri dan menatap garang suaminya. Abhygael mendorongnya sampai membentur didnding. Leona tak terima diperlakukan kasar seperti itu, diapun berontak, matanya melotot. Abhygael menatapnya. Ternyata isterinya memiliki mata yang sangat indah, dia sesaat tertegun dan melepaskan cengkeraman tangannya.
"Mengapa kau melakukan itu padaku ?" Suara Abhygael sedikit tercekat.
Leona merenggangkan pergelangan tangannya yang terasa sakit. "Bukankah kau yang memulai lebih dulu ? aku sudah berusaha melakukan yang terbaik namun kau terus mempersulit diriku."
Suara serak Leona membuat Abhygael gerah. Shift ! suara menggairahkan itu lagi, jantungnya berdesir tatakala mendengar suara itu, tubuh bagian bawahnya meremang, rahangnya mengatup bukan karena marah tapi berusaha menahan gejolak yang muncul tiba-tiba.
"Diam ! Aku tidak menyuruhmu bicara !" Abhygael segera menyambar kunci mobil yang ditaruhnya di atas meja makan. Dia harus menghindari isteri buruk rupa ini, jika tidak dia bisa kebablasan. Dia sudah bertekad untuk tidak akan pernah menyentuh isterinya itu. Jika hasrat itu muncul dia akan melampiaskannya seorang diri di kamar mandi. Terhadap Selenapun dia tak akan melakukannya, hubungan mereka selama ini hanya sebatas berpelukan dan berciuman mesra.
Seakan ada yang terlupa, Abhygael kembali masuk ke ruang makan lagi dan mengancam isterinya. "Sebagai hukuman untukmu, mulai saat ini kau dilarang keluar rumah tanpa seijinku. Titik !"
Leona hanya bisa memandang suaminya dengan penuh tanda tanya. Aneh, sejak menikah dengan Abhygael dia tak pernah sekalipun keluar rumah. Yang sering dilakukan Leona diluar rumah itupun di atas balkon adalah menjemur pakaian yang dicucinya. itu saja.
Sepanjang jalan menuju kediaman Selena, Abhyagel tak henti hentinya mengumpat Leona. Terngiang pembelaan isterinya itu, benar juga. Dia sengaja mengerjai Leona agar kelelahan dan memilih untuk berpisah dengannya, namun tak sekalipun dia mendengar keluh kesah Leona, bahkan dia sering bertelepon mesra dengan Selena namun tak sekalipun terlihat kilatan kecemburuan dari wajah isterinya. Suara serak Leona sangat memabukkan, hanya dengan membayangkan kembali suara itu membuat celananya terasa sangat ketat. Sial... ! Dia sudah tidak tahan lagi. Apakah dia harus melampiaskannya pada Selena ?.. ah bagaimana caranya ? Selama ini dia sangat menjaga kehormatan kekasih hatinya itu, dia tidak tahu jika Selena saat ini tidak perawan lagi.
Selena sering menghabiskan waktunya bersama salah satu pesaing bisnis keluarga Pratama, yang memilikih tubuh yang kokoh dan tampan pula. Jika Selena tidak bisa menyalurkan hasratnya dengan Abhygael maka dia harus mencari Rafael. Itu terus dilakukannya tanpa sepengetahuan Abhygael. Abhygael terlalu mempercayainya, bahkan laki-laki itu telah menjanjikan sebuah rumah mewah dan mobil Rolls-Royce yang diimpikannya selama ini. Penghasilannya sebagai model tak cukup untuk memenuhi semua kebutuhannya.
Saat ini Selena sedang menanti kedatangan Abhygael yang akan menjemputnya menemui nenek Melinda di Rumah Sakit, ini merupakan peluang terbaik yang tak bisa dia sia-siakan. Dengan keahliannya dia akan berusaha memikat hati sang nenek agar merestui hubungan mereka. Dia tidak akan menyangka jika pertemuannya nanti akan menjadi rasa malu dan rasa sedih yang teramat menyakitkan untuknya.
Sepasang kekasih tiba di Rumah Sakit dengan terburu-buru, masalahnya nenek Melinda baru saja menelpon dan meminta Abhygael segera ke Rumah Sakit, karena dokter telah mengizinkannya pulang dengan catatan harus terus rawat jalan, minimal seminggu sekali. Abhygael dan Selena saling bergandengan tangan menuju ruang Paviliun, mereka tidak menyadari jika Nenek Melinda memperhatikan mereka dari balik jendela. Nenek Melinda menahan geram namun sebagai wanita terhormat dia tetap melemparkan senyumannya pada Selena. Ini tidak bisa dibiarkan, Abhygael harus segera memberikannya cicit agar tak akan adalagi benalu yang berusaha menempel pada cucu tampannya itu. "Pagi nek, aku tiba lebih cepat dari yang nenek harapkan." Abhygael menghampiri dan mencium tangan neneknya diikuti Selena. Tak terlihat lagi selang infus di ruangan itu, hal ini menunjukkan jika neneknya benar-benar telah pulih. Selena menyapa nenek Melinda dengan ramah. "Apa kabar nek, semoga nenek sehat selalu," ucapnya dengan tulus.
Di Apartemen yang tergolong mewah itu, Selena sedang duduk memikirkan cara bagaimana dia bisa menikah dengan Abhygael. Dia sangat yakin Abhygael pasti akan menyusulnya ke Apartemen. Terpikirkan olehnya untuk menjebak Abhygael dengan obat perangsang, namun setelah sekian lama berpikir dengan segala pertimbangan akhirnya Selena ingin bersaing secara sehat. Benar dugaan Selena, Abhygael nampak berdiri depan pintu apartemennya setelah membunyikan bel berkali-kali. Selena tidak menunjukkan kebahagiaannya, dia masih tetap memasang wajah cemberut, bahkan Abhygael berusaha memeluknya namun dia terus menghindar. Abhygael menghempaskan tubuhnya di kursi sofa yang berada diruangan itu. Dia berusaha menarik tangan Selena agar duduk dipangkuannya, Selena akhirnya menurut. Abhygael tak henti-hentinya mencium Selena sebagai bentuk permohonan maafnya. "Aku terpaksa melakukannya karena nenek saat itu dalam keadaan kritis." "Lalu bagaimana dengan hubungan kita, bukankah kau sudah menikah," Selena me
Leona menggunakan waktu dua jam yang dberikan suaminya dengan sebaik-baiknya. Hari ini dia berbelanja semua keperluannya untuk sebulan penuh, karena tak mungkin baginya untuk keluar rumah lagi seperti sekarang ini.Leona mendoring troly yang berisi belanjaan yang banyak. "Baru merasa jadi orang kaya ya, sampe belanjaannya menumpuk seperti itu." Leona mencari sumber suara dan ups, kakaknya Adelia dan pacarnya tengah berdiri mengamatinya."Eh kakak, maaf aku tak melihatmu. bagaimana kabar ayah dan ibu ?" Leona sengaja tidak menggubris ucapan Adelia dan lebih memilih menanyakan kabar kedua orang tuanya.Adelia mencibir, "Jangan sok perhatian kamu, bagaimana kamu bisa menjenguk ayah dan Ibu jika keberadaanmu di rumah keluarga Pratama tidak lebih layak dari seorang pembantu," Adelia segera menggandeng tangan Rafael dan berlalu.Leona hanya bisa menarik nafas dengan dalam dan menghempaskannya agar tak menghimpit di dada. Tiba-tiba ponselnya berbunyi."Kau tidak melihat jam, waktumu sudah h
Wajah yang tak diharapkan muncul dihadapan Abhygael. Dia mendengus kesal, "Suka-suka aku, ini rumahku." Leona hanya mampu memandangi suaminya dengan melongo, tanpa diberitahupun Leona tahu jika ini rumah Abhygael, dan dia hanya menumpang sementara. Huh...akan tiba saatnya dia pergi dari rumah ini. Setelah melihat Abhygael yang keluar dari kamarnya, gadis itu masuk ke kamar mandi. Dia sudah menduga jika Abhygael akan sangat penasaran dengan dirinya, untunglah baju itu sudah dikeringkan di mesin pengering dan langsung di setrikanya biar tidak ketahuan lembab. Leona menarik nafas lega. Abhygael menuju ke ruang perpustakaan, pikirannya hanyut terbawa dengan wajah gadis cantik yang basah kuyup di Halte tadi siang. Tak mungkin isterinya bisa secantik itu, mana ada orang yang buruk rupa bisa secantik itu ditengah hujan. Abhygael melepas topengnya. Apakah Leona menggunakan topeng sama seperti dirinya ? Ah tidak mungkin, buktinya kulitnya sama hitamnya dengan wajahnya. Berbeda dengan dirinya
Leona memperbaiki duduknya, dengan penuh perhatian dia mendengarkan cerita Nenek Melinda. Bukan karena mulai tertarik pada Abhygael tetapi lebih pada memenuhi rasa penasarannya. Nenek Melinda menikah dengan Budiawan Pratama dan memiliki seorang anak yang diberi nama Putra Pratama, Putra menikah dengan seorang gadis cantik yang bernama Mutia Aditiawarman dan melahirkan seorang anak dengan paras tampan yang diberi nama Abhygael Putra Pratama. Nenek menikah dengan Kakek Budiawan yang sudah memiliki seorang anak yang bernama Julit. Julit menikah dengan Yolan dan memiliki seorang putra bernama Aditia yang sekarang sedang menyelesaikan studinya di Australia. Putra terlahir sebagai pekerja keras, semula perusahaan yang dipimpin kakeknya hanya sebuah perusahaan biasa, namun karena kegigihannya perusahaannya terus berkembang dan berada pada posisi sejajar dengan perusahaan ternama lainnya. Bergerak di bidang perhotelan dan industri, kini Perusahaan itu telah merambah ke dunia Internasional. S
Abygael tertidur didepan laptop, setelah membaca semua pesan Detektif Burman dia belum juga tertidur, dan saat ayam jantan berkokok barulah dia terlelap. Leona yang terbangun dari tidurnya melihat laptop yang masih menyala segera bergegas ke kamar mandi. Dia bisa menduga jika suaminya baru saja tidur, Leona hanya menggosok giginya dan melakukan aktifitasnya seperti biasa. Dengan susah payah mengangkat keranjang yang berisi penuh pakaian Abhygael. Dia terpaksa mencuci di bagian belakang karena dikamarnya terdahulu sudah ditempati nenek Melinda. Dengan terburu-buru dia mencuci pakaian menggunakan mesin cuci yang berada disana, setelah semuanya selesai dia lanjutkan dengan memasak menu kesukaan Abhygael. Leona merasa gerah, dengan cepat dia menyelesaikan tugasnya dan segera masuk lagi ke dalam kamar. Suaminya masih tidur, Leona tak berani membangunkannya, ini kesempatan baginya untuk mandi dan berendam di bathtub. Selain membawa peralatan mandi tak lupa pula dia membawa lotion dan makeu
Tidak butuh waktu lama bagi Leona untuk sampai ke rumah Nenek Melinda, Rumah yang sangat besar dengan halaman yang sangat luas. Grab berhenti depan pos satpam, Leona turun dari mobil setelah membayarnya. Satpam yang sudah mendapat pesan jika ada seorang wanita mengenakan pakaian biru langit dengan wajah berbintik hitam datang agar diijinkan masuk. Dia adalah cucu mantu Nenek Melinda. Leona belum sempat bertanya sudah dipersilahkan masuk. "Mari nyonya, silahkan masuk." Dengan mengucapkan terima kasih, Leona masuk menuju pintu depan. Rumah yang tak kalah mewahnya dari rumah yang ditinggalinya sekarang. Para maid yang ada disitupun sudah mengetahui siapa dirinya dan mempersilahkannya masuk, serta salah seorang diantaranya menunjukkan arah menuju ruang perpustakaan. "Lewat sini nyonya oh ya nyonya, tadi ada paket diantar kurir, saya meletakkannya di ruang perpustakaan. Saya sudah sampaikan ke nyonya besar dan nyonya besar meminta agar nyonya saja yang membuka paket itu." Leonapun mengu
Nenek Melinda tertawa saat Leona tiba dengan segala macam protesnya. "Apa maksud nenek menyuruh paman Julit mengambil paket itu ? Bukankah sebelumnya nenek menyuruhku membukanya ?" Nenek menarik Leona agar duduk di ranjang. Nenek Melinda sudah menduga jika Leona akan mencarinya, makanya dia menunggu Leona di dalam kamar." Jangan cemberut begitu, sudah jelek, nanti tambah lebih jelek." "Maunya nenek apa ? paman Julit nyaris mempermalukan diriku," ucap Leona dengan bersungut-sungut. "Ceritakan apa yang terjadi, nenek hanya bisa memantau saat dirimu mendekati meja perpustakaan, setelah itu semuanya gelap."Ucap Nenek Melinda penuh selidik. "Aku sengaja memecahkan kamera CCTV itu." Nenek tertawa terbahak-bahak, "Nenek sudah menduganya, tidak sia-sia Abhygael memiliki isteri cerdas sepertimu." "Isteri di atas kertas, sudah ah. Nenek sengaja mengujiku ?" "Dengar nak, semua itu rencana nenek, serahkan chips itu sekarang, nanti nenek akan jelaskan padamu apa yang harus kau lakukan selan