Tubuh Syams basah kuyup akibat perbuatan istrinya. Kepalanya masuk ke dalam ember hingga membuat hidung dan telinganya kemasukan air. Telinganya berdengung.
“Starla! Awas kamu, ya!”Syams sudah hendak memaki istrinya, tetapi dia malah terpaku melihat Starla yang hanya memakai handuk. Rasanya dia ingin menerkam Starla sekarang juga. Gadis itu memang polos atau sengaja memancing Syams?“Mak! Tolongin Starla.” Starla bersembunyi di balik punggung ibu mertuanya. Dia sepertinya takut melihat wajah Syams yang memerah. Entah memerah karena melihat istrinya yang aduhai atau karena marah.“Kamu mandi sekalian, Syams. Nanti ajak Starla jalan-jalan keliling kampung. Biar semua orang tahu kalau kamu sudah menikah. Dengan begitu, Emak tidak perlu memperingatkan mereka supaya berhenti mengejarmu lagi.”Selama ini Syams memang memiliki banyak penggemar sampai Emak bingung harus memilih yang mana. Pun malas dengan pertanyaan orang yang menanyakan 'kapan mantu?'Sesuai saran emaknya, Starla diajak jalan-jalan keliling kampung menggunakan motor matic milik Syams. Tujuan pertamanya adalah toko pakaian. Starla belum memiliki pakaian di sini. Dia mengenakan daster kelelawar milik Painem. Wajahnya yang cantik membuat semua orang terpana melihatnya meski pakaiannya longgar.Mereka berhenti di depan toko Mbak Mita. Starla menggandeng tangan Syams seperti apa yang Painem katakan. “Kamu harus selalu terlihat mesra dengan Syams ketika di luar rumah. Banyak sekali perempuan yang menyukainya, bahkan ada janda muda yang mau menjadi istrinya Syams.”Mereka membuka pintu kaca di toko itu kemudian masuk. Di pasar ini, toko Mbak Mita tergolong cukup besar dan isinya juga beragam. Mulai dari pakaian bayi, anak-anak, maupun dewasa. Syams langsung mengajak Starla memilih baju yang cocok untuknya.“Pilih yang kamu suka, tetapi jangan yang mahal!” ucap Syams.Sembari menunggu istrinya memilih baju, Syams melihat beberapa topi untuknya dan Starla. Tiba-tiba seorang gadis datang mendekatinya.“Mau beli apa, Mas?” tanyanya.“Eh, Fira. Ini lagi cari topi,” jawab Syams.“Buat siapa?” tanya Fira sambil tersenyum manis.“Istriku.” Jawaban Syams membuat Fira terkejut.Syams ingin membelikan topi untuk Starla karena takut wajah istrinya terbakar akibat sinar matahari. Padahal sudah sore, matahari tidak sepanas saat siang hari.“Syams, ini bagus, nggak?” Starla datang membawa dua baju yang menurut Syams cukup terbuka.“Jangan pakai itu, nanti cupangmu kelihatan.”Syams berdiri dan mengambil baju yang dibawa Starla. Dia mengambil baju panjang sampai mata kaki dengan lengan tiga perempat. “Yang ini aja. Bagus, menutup aurat, dan ... murce.” Syams melihat bandrolnya yang menurutnya lumayan murah.Starla mendelik melihat pilihan Syams. “Tidak sekalian jilbabnya?” tanya Starla. Dia kesal karena tidak bisa memilih baju sesuai dengan keinginannya.“Ini istrimu, Syams?” tanya Fira.“Oh iya, kenalkan ini istriku, Starla.”“Selamat, ya!” ujar Fira sambil mengulurkan tangan kepada Syams, tetapi Starla lekas menjabat tangan Fira.“Makasih,” balas Starla sambil tersenyum. “Jangan lupa datang ke rumah Minggu depan. Kita mau adain acara syukuran.”Fira hanya tersenyum kemudian lekas pergi dari hadapan pengantin baru itu. Dia yang selama ini mengagumi Syams diam-diam kalah start dengan Starla. Kini hatinya hancur berkeping-keping sebelum cintanya tersampaikan.“Kita pulang! Beli satu aja, besok bajumu dikirim sama papamu.” Syams menarik tangan Starla dan membayar baju itu ke kasir.“Berapa, Mbak Mita?” tanya Syams.“Seratus ribu. Enggak sekalian sama dalemannya?” tanya Mita.“Daleman?”“Ah iya, aku tadi dipinjamin sama emak. Beliin lagi, ya! Aku juga mau beli sesuatu, kamu keluar aja dulu. Sini dompetnya biar nanti aku yang bayar!” Starla tanpa malu-malu meminta uang kepada Syams. Dia paham jika setelah menikah, semua kebutuhan istri menjadi tanggung jawab suami.Setelah Syams keluar, Starla segera membeli kebutuhan wanita yang sangat penting. Dia tidak bisa tidur malam ini jika tidak memakainya. Dia memilah dan memilih beberapa barang pribadi wanita di toko itu kemudian segera membayarnya.“Semuanya berapa, Mbak?” tanya Starla.“Seratus lima puluh ribu.”Starla memberikan dua lembar uang kertas berwarna merah dari dompet suaminya. Tenyata itu adalah lembaran terakhir yang ada di dompet Syams. Dia tidak menyangka jika suaminya benar-benar miskin. “Padahal aku mau beli hape. Aku nggak bisa hidup tanpa ponsel,” keluh Starla.Dia segera mengambil belanjaannya kemudian keluar menghampiri Syams. Namun, suaminya sedang mengobrol dengan seorang wanita yang menggendong anak kecil. Mereka tertawa seolah apa yang dibicarakan sangat lucu.“Mas, ayo pulang!” Starla bergelayut manja di lengan suaminya.“Siapa, Syams?” tanya wanita itu.“Dia Starla, istriku.”Mendengar jawaban Syams, wajah wanita itu mendadak berubah seketika. Dia adalah salah satu wanita yang mengagumi Syams. Starla tidak menyangka jika apa yang dikatakan mertuanya memang benar. Meski Syams tidak ganteng-ganteng banget, ternyata banyak yang menyukainya.“Starla.” Tanpa diminta, Starla mengulurkan tangan seolah mengajak kenalan.“Fatimah, janda kembang di Desa Telaga.” Fatimah menerima jabat tangan Starla sambil tersenyum.“Jangan dengarkan dia, Starla. Di sini banyak janda.” Ucapan Syams bukannya menenangkan, malah membuat istrinya semakin kesal.“Tapi aku yang paling cantik, Syams. Iya, kan?”Syams menggaruk kepalanya kemudian mengangguk karena sungkan. Starla semakin naik pitam.Ucapan Fatimah seolah memberikan ancaman kepada Starla akan kedudukannya sebagai janda kembang. Belum genap 24 jam, Starla sudah menemukan benih-benih pelakor di sekitarnya. Dia memang tidak menyukai Syams, tetapi dia juga tidak mau jika rumah tangganya diganggu oleh wanita lain.Starla segera mengajak suaminya pulang karena dia merasa kesal. Sudah tiga wanita yang terang-terangan mencoba mendekati Syams.Mereka sampai rumah tepat sebelum Maghrib. Syams mengajak istrinya untuk bersiap melaksanakan salat, tetapi Starla menolak.“Aku nggak bisa salat!” jawab Starla jujur.“Astaghfirullah!” Syams memijit pelipisnya. “Jadi, kamu tadi nggak salat Zuhur dan Asar?”Jangan lupa tinggalkan komentar yak ^_^
Posisi Syams dan Starla sedang berada di depan panggung. Semua orang yang hadir di acara itu tentu melihat bagaimana pertemuan mereka setelah lama tidak bersua. Dua orang yang menikah dan berpisah karena terpaksa akan keadaan, kini kembali bertemu. “Starla kangen sama Emak.” Starla beralih memeluk Painem kemudian saling menanyakan kabar. Mereka tidak mengikuti acara sampai selesai karena langsung pamitan pulang. Starla dengan senang hati mau pulang ke rumah suaminya. Dia sama seperti Syams, tidak berani menghubungi suaminya padahal setiap hari selalu stalking sosial medianya. Hari ini pun dia tidak akan datang jika bukan karena Eksa. “Kenalkan, ini Eksa. Sepupu sekaligus sopir pribadi.” Lelaki dengan perawakan tinggi itu mengulurkan tangan hendak menyalami Syams, tetapi diabaikan. Syams masih cemburu melihat istrinya dekat dengan lelaki lain. Starla menyenggol lengan suaminya supaya mau berjabat tangan dengan sepupunya. “Eksa!” ucap lelaki itu dengan nada sensual ketika bersalaman
Kehilangan adalah salah satu hal yang menyakitkan bagi beberapa orang, termasuk Syams dan Starla. Namun, dari sanalah mereka berproses menjadi dewasa. “Hari ini kafenya tutup, Syams?” tanya Emak. “Iya, Mak. Kita ‘kan mau ke nikahan Raja sama Fatimah,” ucap Syams sambil tersenyum. Dia sedang menyisir rambutnya, sesekali bergaya di depan kaca. Hampir satu tahun Syams merintis usaha kuliner di dekat telaga. Dia awalnya mendirikan sebuah warung makan sederhana. Ruko yang dia beli dari temannya, Udin. Awalnya memang hanya ruko kecil, tetapi lama kelamaan dia memiliki banyak pelanggan hingga mampu membuka cabang di beberapa titik lokasi. Sekarang dia memiliki sebuah kafe utama yang dijadikan sebagai kantor dan empat warung yang merupakan cabangnya. Syams selalu membuat dirinya sibuk supaya lepas dari rasa bersalah terhadap istrinya. Dia terpuruk beberapa saat setelah Starla pergi sampai akhirnya mendapatkan kabar dari mertuanya jika Starla melanjutkan kuliah. Istrinya juga sama sepertiny
Malam itu Syams tidak bisa tidur karena ucapan mertuanya. Bagaimana mungkin dia melepaskan Starla begitu saja? Banyak waktu yang mereka habiskan bersama, tidak mungkin semudah itu dia merelakan kepergian Starla. Bahkan ketika keadaan istrinya belum kembali pulih. Syams sampai menjatuhkan harga dirinya sebagai lelaki. Dia memohon dan bersujud ketika orang tua Starla hendak membawa anaknya pergi. “Jangan bawa Starla pergi, Pa. Papa harus mendengarkan penjelasanku lebih dulu. Baru setelah itu Papa boleh pergi.”Antonio mengembuskan napas berat. Mereka berdua keluar dari ruang tengah. Antonio tidak mau Starla mendengar penjelasan Syams. Dia takut anaknya terluka lagi jika bersama suaminya. “Papa sudah mendengar semua ceritaku dan tidak ada yang kututupi sama sekali. Papa harus percaya jika semua yang terjadi ini hanya jebakan Raja dan Fatimah. Aku bahkan melihat pengakuan mereka di depan mata kepalaku sendiri.”“Maafkan Papa, Syams. Relakan
“Starla keguguran, Pa.”Hening. Syams tidak mendengar suara Antonio lagi. “Pa! Papa masih mendengarkanku?”Syams mulai panik karena tidak ada jawaban. Dia takut papa mertuanya jantungan dan meninggal di tempat seperti di film televisi. “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un. Di rumah sakit mana?” tanya Antonio. “RSU, Pa, tapi ....” Belum sempat Syams melanjutkan ucapannya, telepon sudah dimatikan. Syams segera menghubungi tetangga supaya bisa menyampaikan kabar ini kepada Painem. Setelah itu dia masuk ke tempat di mana Starla dirawat. Dia mengambil tangan Starla dan mengecupnya perlahan. “Maafkan aku, Starla. Aku belum bisa membahagiakanmu. Aku berjanji setelah ini tidak akan ada air mata yang menetes di pipimu.” Starla bangun setelah 3 jam tertidur. Syams beberapa kali menangis melihat istrinya terbaring lemah di brankar. Dia bingung harus mengatakan apa jika istrinya sudah bangun. Usia kandungan
“Maafkan aku, Syams!”Hanya kata maaf yang mampu terucap dari bibirnya. Dia lekas pergi meninggalkan Syams karena tidak kuasa melihat lelaki pujaannya menangis. Hal yang paling membuat sakit adalah melihat orang yang dicintainya terluka, entah fisik maupun hatinya.Dia berjalan tanpa arah hingga sampailah di sebuah taman rumah sakit. Di sana ada beberapa orang yang sedang berbincang dengan keluarganya. Mungkin mereka sedang menunggu atau menjenguk keluarga yang sakit. Dia melihat sebuah bangku kosong di bawah pohon beringin. Langkahnya terhenti di sana kemudian dia duduk. Lama dia termenung, dia putuskan menghubungi Marlan dan mengajaknya pulang. Sepertinya dia sudah tidak dibutuhkan lagi di sini. Dia menunggu di parkiran dengan resah. Entah mengapa perasannya tiba-tiba menjadi tidak nyaman. Dia ingin segera pulang menemui Lala. Namun, belum sampai Marlan datang, dia dikejutkan dengan suara seseorang yang sangat familiar di telinganya.“K
“Mau di kamar atau di sofa?” tanya Raja kemudian mendorong tubuh Fatimah hingga terduduk di sofa. “Aku sedang hamil. Aku tidak mau melakukannya denganmu.” “Kamu sudah melakukannya dengan Syams? Atau dengan siapa lagi? Aku tahu kamu janda gatel.” Sebuah tamparan langsung mendarat di pipi Raja. “Pantas saja Starla tidak mau denganmu. Dasar laki-laki brengsek!” Hendak pergi, tetapi Fatimah tidak bisa keluar karena Raja menahannya, pun pintunya terkunci. Akhirnya siang itu mereka melakukannya lagi. Sore hari Fatimah baru pulang dengan banyak memar di tubuhnya. Raja melakukannya dengan kasar tanpa perasaan. Hal itu semakin membuat hati Fatimah sakit. Raja menganggapnya seperti pelacur. Padahal Fatimah hanya melakukannya dengan Raja. Selama ini dia hanya menginginkan Syams, tetapi karena sudah terlanjur berbohong hamil, dia meminta Raja menghamilinya. Siapa sangka jika Raja berpikir bahwa dia tidur dengan banyak lelaki? “Ma