Share

Bab 6: Sarapan Nasi Goreng

Saat ini Keira sedang duduk sambil mengenggam segelas teh hangat yang dibuatkan Keinan kepadanya. Keira memandang Keinan yang sedang sibuk memeriksa sesuatu di dalam laptopnya. Padahal sekarang sudah menunjukkan pukul setengah empat pagi lebih. Sebentar lagi sudah akan jam empat, tapi Keinan bukannya tidur lagi malah sibuk dengan laptopnya.

Keira mencuri-curi pandang kepada Keinan.

“Kenapa?” tanya Keinan yang sadar jika Keira sejak tadi mencuri pandang padanya.

“B-bapak nggak tidur?” tanya Keira kikuk.

Keinan menukikkan alisnya, “Bapak?”

Keira memandang Keinan bingung.

Keinan mengembuskan napas, “Mas, Keira,” desis Keinan.

“O-oh iya, Mas, maksudnya Mas nggak tidur?” Keira menampilkan wajah malu bercampur kaget.

‘Duh, sial malu-maluin gua!’ umpat Keira dalam hati.

“Saya terbiasa untuk bangun pagi Keira. Memeriksa perkerjaan mahasiswa saya sebelum berangkat ke universitas.”

“Tapi kan hari ini hari minggu, Pak?”

“Pak?”

“M-maksudnya Mas.”

Keinan geleng-geleng kepala.

“Biasakan untuk panggil saya Mas! Saya nggak mau tahu. Jika kita berdua kamu harus panggil saya Mas!” tekan Keinan kepada Keira.

“Iya, Mas,” cicit Keira sambil mengangguk pelan.

“Yaudah, sana kalau kamu mau tidur. Saya nggak bakalan tidur lagi,” titah Keinan kepada Keira.

Keira yang mendengar nada penuh perintah itu langsung meletakkan gelas teh kosongnya dan beranjak pergi meinggalkan Keinan.

“Ehm Mas,” panggil Keira ragu.

“Apa?” Keinan mendongak untuk dapat melihat Keira yang sudah berdiri.

“Tadi itu anggap saja kalau gua gila ya.”

Keinan mengerutkan dahinya, “Maksud kamu?”

“I-iya anggap aja kalau gua nangis tadi karena gila.”

“Gua?”

“Kenapa?”

Keinan menghembuskan napasnya lagi, “Biasakan gunakan aku-kamu dengan saya! Saya nggak suka ya kamu terus-terusan menggunakan bahasa gua-lo!” tukas Keinan.

“Ehm, oke,” putus Keira kemudian.

Keira langsung beranjak untuk pergi berniat untuk masuk ke kamarnya. Sebelum dirinya dihentikan dengan kalimat Keinan.

“Saya baru tahu kalau orang gila bisa menangis di pelukan saya. Wah, berarti orang gila itu beruntung sekali ya! Bisa menangis di dada saya,” ucap Keinan menyindir tanpa dosa degan raut yang datar.

Keira memutar kepalanya melihat Keinan dengan pandangan kesal bercampur malu. Sebelum dirinya membuka pintu kamarnya dan membanting pintu itu kemudin.

“Nyebelin!” ucap Keira sambil mengepalkan kedua tangannya dan menghentak-hentakkan kakinya.

Sedangkan di sisi lain Keinan tidak bisa menahan senyum tipisnya mendengar suara hentakan kaki yang gaduh dari kamar Keira.

***

Setelah waktu subuh Keinan malah tiduran lagi di kamarnya. Keinan mengingat tingkah Keira tadi yang menurutnya mampu membuat Keinan tersenyum sendiri.

“Benar, Bu. Orangnya masih sama, lucu,” ucap Keinan pelan sambil menerawang melihat ke langit-langit kamar.

Setelahnya Keinan menolehkan kepalanya untuk melihat sebuah foto berbingkai yang sangat indah.

“Saya sudah tepati janji saya, Bu,” ucap Keinan sambil terseyum menatap foto seorang wanita muda dengan senyum cerahnya.

Di sisi lain, Keira sama sekali tidak bisa tidur hari itu. Matanya bahkan sudah terasa berat tapi tidak mau dipejamkan sama sekali.

“Sial! Ini udah pagi bodoh! Kamu mau sampai kapan melek terus hah?!” omel Keira untuk dirinya sendiri.

Keira menatap jam di dindingnya yang sudah menunjukkan angka 6 pagi.

Keira akhirnya bangkit dari tidurnya dan menyibak selimutnya. Keira berjalan dengan wajah yang sudah seperti zombie dan rambutnya yang benar-benar acak-acakan. Matanya yang menghitam, bibirnya yang sudah pucat, belum lagi matanya sedikit tertutup saat berjalan sehingga jalannya seperti orang mabuk.

“Astaufirullah, Keira!” ucap Keinan yang kaget melihat kondisi Keira.

Keinan memang berniat untuk olahraga pagi di hari minggu ini. Tidak disangka jika Keira malah muncul dihadapannya dengan wajah yang sudah seperti mayat hidup.

“Apa Mas?” tanya Keira ogah-ogahan sambil menggaruk rambutnya yang menambah kesan berantakan.

“Kamu nggak tidur?” selidik Keinan.

“Aku nggak bisa tidur karena lo kan?” ucap Keira yang malah mencampuradukkan aku dan lo di kalimatnya.

Keinan menahan ketawanya mendengar penuturan Keira yang konyol.

“Terus kenapa nggak tidur lagi kalau nggak bisa tidur?”

“Ck, aku nggak tahu!” ucap Keira yang kesal dengan dirinya sendiri.

Keinan bahkan sampai melongo mendengar kekesalan Keira. Namun, setelahnya Keinan justru tertawa.

“Sini!” ucap Keinan sambil sedikit mendorong tubuh Keira untuk duduk di kursi makan.

“Kamu mau makan apa? Biar saya buatin,” tawar Keinan.

“Beneran?”

Keinan mengangguk yakin.

“Buatin aku mie goreng dong!”

Keinan menggaruk belakang kepalanya bingung. “Ehm, nasi goreng aja ya! Saya bisanya masak itu,” tawar Keinan.

“Yah, kenapa tadi nawarin coba kalau bisanya masak nasi goreg doang,” omel Keira.

“Maaf deh,” ucap Keinan sambil mencubit pipi tembem Keira yang bergoyang-goyang saat Keira mulai mengomel.

“Au! Sakit, Pak!” keluh Keira sambil menatap Keinan tajam.

“Pak?” tanya Keinan sambil mendekatkan wajahnya kepada Keira.

“Sekali lagi kamu panggil saya, Pak. Saya akan cium kamu Keira sebagai hukuman.”

“Kok gitu sih?”

“Terserah saya dong! Saya yang suami di sini. Kamu sebagai istri nurut aja sama kata suami!” ucap Keinan sambil menjauhkan diri dari Keira dan memakai apron sebelum memulai kegiatan memasaknya.

Keira bahkan hanya mampu melongo melihat Keinan yang dengan santainya berbicara selayaknya suami sesungguhnya. Padahal pernikahan mereka saja sudah ada surat perjanjiannya.

Keira hanya terus memandang Keinan yang entah kenapa terlihat keren dengan apron yang dikenakannya. Rambutnya yang biasanya tertata rapi dengan minyak rambut sekarang masih berantakan dan beberapa helai rambutnya jatuh di keningnya. Wajah yang sangat serius bahkan saat memotong sayuran. Ditambah lagi, kenapa apron yang diikat itu justru membuat tubuh Keinan semakin terlihat lebih hot saja sih?

‘Kayaknya gua emang beneran gila! Bisa-bisanya gua mikir Pak Keinan ganteng. Ya, emang ganteng sih. Tapi rasanya beda,’ ucap Keira di dalam batinnya.

Keira yang terlalu asyik dengan lamunannya sampai tidak sadar jika Keinan sudah meletakkan nasi goreng buatannya di depan Keira.

“Jangan lihat tampilannya, siapa tahu rasanya masih bisa dimakan,” ucap Keinan kemudian.

Keira memandang Keinan tersentak akibat penciumannya menghirup aroma nasi goreng yang sangat lezat.

“Wah! Kelihatannya enak nih!” ucap Keira dengan semangat dan sudah memasukkan sesendok nasi goreng ke mulutnya.

Ekspresi Keira yang mengerutkan dahinya saat mengunyah entah kenapa membuat Keinan ketar-ketir sampai Keinan menelan ludahnya gugup.

“Gimana rasanya?” tanya Keinan penasaran.

"Ehm, rasanya ...."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status