Home / Romansa / Mendadak Dinikahi Dosen / Bab 5: Balap Liar Lagi

Share

Bab 5: Balap Liar Lagi

Author: Bintang Fajar
last update Last Updated: 2022-05-23 18:39:20

Keira terlihat melamun sekarang padahal di depannya sudah terdapat makanan yang ia pesan.

“Ra, lo kenapa?” tanya Winda.

Saat ini Keira, Winda, dan Lala sedang berada di kantin universitas.

“Hah!” Keira menekuk wajahnya dan membenamkan wajahnya di meja kantin.

“Lo kenapa sih?” tanya Lala heran.

“Gua mau mati aja!” ucap Keira lebay.

“Eh … ya jangan dong! Kalau lo mati kita susah dapet uang taruhan balapan lagi!” peringat Lala.

Keira menatap Lala dengan mematikan.

“Eh-ehm maksud gua kalau lo mati kita bakal sedih dong!” ucap Lala.

“Udah, nggak usah dengerin si Lala. Lo kenapa? Ada masalah?” tanya Winda.

“Lo emang sahabat yang paling ngerti gua, Win!” Keira langsung memeluk Winda tanpa malu.

“Lo kenapa sih?” tanya Winda yang heran dengan tingkah sang sahabat.

Keira tentu tidak mungkin memeluk Winda sampai begini jika tidak ada masalah. Keira bukan tipe perempuan yang suka main skinsip.

“Nggak papa kok!” ucap Keira yang sudah kembali biasa.

‘Gua lupa, nggak ada satu pun dari mereka yang tahu kalau gua udah nikah. Nikahnya sama dosen gila yang sialnya suami gua lagi!’

Keira menyebut Keinan gila bukan tanpa alasan. Keinan mengancam akan mengumumkan pernikahan mereka jika sampai Keinan mengetahui Keira yang tidur di kelas lagi.

“Hiks! Kenapa gua dapat suami modelan kaya gitu!” gumam Keira pelan.

“Kenapa, Ra?” tanya Lala.

Keira hanya menggeleng dengan pelan meratapi nasibnya.

“Eh, lo tahu nggak kalau ada dosen ganteng lho di fakultas psikologi! Ra, lo tahu nggak?” ucap Lala yang mulai bergosip ria.

“Tapi bukannya gua denger tuh dosen baru aja nikah ya!” ucap Winda.

“Lah, bener lo! Gila sih, cewek mana coba yang berhasil gaet tuh dosen! Lo tahu, dosen itu wajahnya oke sih. Tapi katanya killer abis, belum lagi tuh dosen sampe disebut psikopatnya dari jurusan psikologi,” ucap Lala yang mendrama.

“Kok bisa?” heran Winda.

“Iya, dosen itu nggak pernah kasih hukuman yang tanggung-tanggung ke mahasiswanya. Tapi bahkan hukumannya langsung kena mental dong!”

“Wah, gila padahal dosen psikologi masa buat mahasiswa kena mental sih?!” ucap Winda tidak percaya.

Keira yang sejak tadi mendengar obrolan mereka bergumam, “Bener banget, mental gua langsung kena.”

“Apa, Ra?” tanya Lala lagi karena Keira hanya bergumam saja.

“Btw, Ra ini bakso kalau nggak dimakan biar gua makan ya!”

“Ambil aja, gua nggak napsu makan.”

“Rara!” teriak seorang cowok dari jauh.

Cowok itu berlari dan langsung duduk di samping Keira. Tentu saja cowok menggeser duduknya Winda.

“Sat, lo apa-apaan sih!” keluh Winda yang hampir terjatuh. Untung saja Winda sempat berdiri terlebih dahulu, jadi dirinya tidak terdorong sampai jatuh ke lantai.

“Maap-maap, sengaja gua!”

“Sialan lo!” umpat Keira sambil menabok lengan Satya.

“Ra, lo nanti malam ada acara nggak?” tanya Satya.

“Napa?”

“Nonton gua balapan ya!”

Keira mengernyitkan dahi berpikir, jika dirinya menonton balapan nanti malam otomatis itu akan mempersingkat pertemuannya dengan Keinan. Secara Keinan pasti sudah tidur jam 11, biasa balapan liar itu bahkan baru dimulai jam 2 pagi. Jadi Keira bisa pulang kisaran jam 3 pagi. Itu kesempatan bagus.

“Oke, gua nonton!” ucap Keira semangat.

***

Malamnya, di sebuah jalanan yang jauh dari keramain terdapat banyak anak muda yang sudah berkumpul. Tidak terkecuali dengan Keira, Winda, dan Lala. Tentu wajib hukumnya bagi mereka untuk menonton balapan liar itu. Jika tidak menonton maka akan sama kehilangan sebagian jiwanya seperti para fans K-pop.

“Ra, lo yakin nggak papa jam segini belum pulang?” tanya Winda yang sedikit khawatir.

Winda tahu bagaimana kerasnya Ayah Keira jika sampai tahu Keira belum pulang jam segini. Apalagi ditambah sejak pulang kuliah Keira justru malah main dan tidur di rumahnya. Keira belum pulang sampai sekarang jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi.

“Huu!” teriak anak-anak muda itu begitu melihat Satya yang berhasil sampai pertama di garis bisnis.

“Wah, lo keren banget, Sat!” ucap Lala yang terpesona dengan Satya.

Lala memang menyukai Satya, tapi Lala tidak pernah mengutarakan perasaannya. Apalagi saat melihat Satya yang selama ini selalu mengejar-ngejar Keira. Lala tahu, tidak ada tempat lagi untuknya di hati Satya.

“Ra, udah malam lho ini! Lo gua anterin pulang aja!” Satya tidak menanggapi lontaran pujian dari Lala. Tapi justru langsung mengajak Keira untuk pulang.

Lala menunduk menatap sepatunya sedih.

‘Nggak papa, La. Seenggaknya lo sadar untuk nggak jadi penghampat hubungan orang,’ batin Lala mencoba baik-baik saja.

Keira melihat jam tangannya dan memastikan, memang benar jam tangannya sudah menunjukkan pukul 3 kurang, dini hari. Itu artinya, Keinan pasti sudah tidur kan.

“Oke!” Keira langsung naik ke motor besar Satya.

“Gua pamit dulu anter temen kalian! Kalian bawa mobil sendiri kan?”

“Iya, gua bawa kok! Hati-hati ya nyetirnya!” ucap Winda.

Satya melesatkan motornya membelah jalanan sepi di Yogyakarta.

Lala yang melihat Satya pergi dengan Keira hanya menatap mereka dengan pandangan yang sulit diartikan.

“Ayo, La!” ajak Winda.

Lala mengangguk dan mengikuti jalan Winda.

***

“Ini beneran rumah lo, Ra?” tanya Satya yang bingung.

Pasalnya dari Satya yang mencari info rumah milik Keira itu bukan di lingkunan ini.

“Iya, kok!”

“Bukannya rumah lo ada di jalan XXX ya?”

“Ah, gua baru aja pindah.”

Satya hanya megangguk-angguk.

“Yaudah, sana lo pergi!” ucap Keira yang lebih ke mengusir.

“Gua tunggu lo sampai masuk dulu!” ucap Satya menolak.

“Ck, nggak usah lah! Kalau ketahuan bokap gua berabe urusannya!” ucap Keira.

“Oke-oke gua pergi! Malam ya cantik!” ucap Satya sebelum berlalu pergi.

“Huft, untung aja!”

Keira berjalan masuk ke rumah Keinan dan membuka pintu rumah itu.

“Lho, kok nggak dikunci?” gumam Keira.

Keira memasuki rumah yang temaram itu dengan jalan berjingkat. Pikir Keira, Keinan sedang tidur saat ini dengan keadaan lupa mengunci pintu. Hingga tiba-tiba lampu di seluruh rumah itu menyala dengan terang.

“Dari mana kamu?” tanya Keinan dengan baju koko dan sarung yang melekat di badannya.

Keira membalikkan badannya dan menyengir bodoh.

“Jam 3 pagi,” ucap Keinan sambil melihat jam dinding.

“Saya memang bilang untuk tidak mencampuri urusan masing-masing. Tapi kalau kamu bertingkah seperti hidup sendiri seperti ini. Saya nggak bakal tinggal diam!” ucap Keinan sambil berjalan mendekati Keira.

Keinan memegang tangan Keira dan menyeretnya untuk duduk di sofa ruang tamu.

“Kamu anggap saya apa Keira?”

“Ba-bapak ya s-suami saya,” ucap Keira pelan dan menunduk.

“Tatap mata saya!”

Keira memberanikan diri untuk menatap mata Keinan yang kini sedang tersulut emosi itu.

“Kamu tahu kalau kamu salah?”

Keira kembali menunduk.

“Saya tanya, kamu tahu nggak kalau kamu salah?”

“I-iya, pak. Gua tahu!”

“Mulai sekarang panggil saya Mas dan berhenti menggunakan lo-gua dengan saya. Saya suami kamu Keira. Bukan seperti ini komunikasi yang terjalin antara sepasang suami istri,” ucap Keinan.

Keira menatap Keinan dalam. Entahlah, jujur sudah berapa lama Keira tidak pernah mendapatkan perhatian dari orang lain. Bukan dalam bentuk kenakalannya, tapi karena dia adalah seorang Keira. Keira tidak pernah mendapatkan itu. Lalu, sekang seorang laki-laki dewasa yang asing tiba-tiba hadir di kehidupan Keira dan memberikan perhatiannya. Bukan karena Keira nakal, tapi karena Keira sekarang adalah isrti dari Keinan.

“P-pak!”

“Mas!”

“M-mas, kenapa kamu berperilaku seperti ini?” tanya Keira pelan.

Keinan yang awalnya duduk berhadapan dengan Keira pindah untuk duduk di samping Keira.

“Ra, saya tahu kamu dulu terbiasa melakukan itu untuk menarik perhatian ayah kamu. Tapi saya, saya nggak bisa, Ra melihat kamu seperti ini. Tanpa kamu mencari perhatian dari saya, saya pasti akan mencoba memperhatikan kamu di sela waktu kesibukan saya!”

Entah kenapa mendengar suara Keinan yang halus itu justru membuat Keira ingin menangis. Keira menitikkan air matanya. Keinan yang melihat hal itu dengan perlahan memeluk Keira dan membiarkan Keira menangis di dalam pelukannya.

‘Ibu, ini yang Keira butuhin selama ini!’

Ya, Keira sejak dulu hanya ingin sandaran. Tapi semenjak ibunya meninggal saat Keira menginjak SMP, Keira selalu dituntut untuk mandiri. Ayahnya bahkan tidak pernah memeluknya lagi saat Keira menangis. Bahkan, saat Keira mencoba untuk menjadi nakal berharap Ayahnya memperhatikannya. Keira tidak pernah mendapatkan perhatian dari Ayahnya. Ya, seorang Keira yang nakal mampu menangis di hadapan Keinan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Dinikahi Dosen   Bab 48: Pasien Ayah

    Keinan dan Keira masih diam di tempat masing-masing. Setelah kejadian ciuman tadi, mereka berakhir untuk kembali ke rumah dan mengganti baju yang telah basah karena air hujan.Suara dering telepon memecah keheningan di antara keduanya. Namun, tidak ada yang bergerak untuk menjawab atau pun sekedar mengetahui siapa gerangan yang menelepon di larut malam seperti ini.“Mas angkat dulu teleponnya,” tutur Keira pelan kepada Keinan.“Ha? Ah, iya,” jawab Keinan canggung.Keinan langsung mencari letak ponselnya dan mengerutkan dahi ketika sebuah panggilan ia dapatkan dari om kerabat jauhnya.“Halo Om, ada apa?” tanya Keinan to the point.“Apa?” sentak Keinan.“Baik, aku akan segera ke sana,” jelas Keinan dan langsung menutup panggilan serta langsung bersiap-siap akan melangkah pergi.“Mau ke mana Mas?” tanya Keira yang justru bingung karena secara tiba-tiba suaminya berganti pakaian dan memakai jaket seperti orang yang akan berpergian.“Mas ada urusan, kamu tunggu Mas pulang di sini saja ya,”

  • Mendadak Dinikahi Dosen   Bab 47: Keinan dan Keira

    Di sisi lain, Keinan melangkah tak tentu arah di sepanjang pinggir jalan. Dirinya bahkan tidak mengenakan alas kaki sama sekali. Keinan sudah terlihat seperti orang gila yang berjalan di pinggir jalan tanpa tahu arah.Hingga akhirnya dirinya melihat bayangan sosok Keira dari kejauhan. Keinan langsung menghampiri sosok itu dan memeluknya erat-erat dari belakang. “Sayang, akhirnya,” ucap Keinan lirih.Namun, saat dirinya mencium wangi parfum yang berbeda dari Keira. Keinan melepaskan pelukan itu dan melihat sosok yang dipeluknya. Dirinya begitu terkejut saat mengetahui jika orang itu bukanlah Keira istrinya.Orang itu memandang Keinan dengan pandangan risih dan berlalu begitu saja.Lain halnya dengan Keinan yang justru terpaku di tempat dan tersenyum kemudian. Dirinya menertawakan dirinya sendiri yang sudah kehilangan kewarasannya. “Hahaha sepertinya aku sudah gila!” ucap Keinan keras sambil menengadah ke atas langit. Di atas langit dirinya melihat awan malam yang begitu mendung siap

  • Mendadak Dinikahi Dosen   Bab 46: Keinan Sadar

    Entah sudah berapa lama kesadaran Keinan terenggut. Karena kini waktunya sudah berbeda, bahkan hari sudah berganti menjelang larut malam. Namun Keinan masih belum siuman juga.Ibu Nina yang terlihat paling merenung di dalam kepedihan melihat anak pertamanya terbaring di ranjang di rumah sakit dengan kondisi masih belum sadar. Sedangkan Raka sudah disuruh pulang karena esoknya anak itu masih tetap harus sekolah. Sehingga Hendra menyuruh Raka untuk pulang dan istirahat.Kini hanya tinggal sepasang suami istri itu saja di dalam lorong rumah sakit yang sepi. Sebenarnya mereka ingin menemani Keinan di dalam kamar inapnya. Akan tetapi, dokter mengatakan jika lebih baik menunggu Keinan sadar terlebih dahulu untuk memasuki kamar inapnya.Hal ini karena menurut sang dokter, Keinan membutuhkan waktu istirahat yang sangat banyak. Kehilangan kesadaran yang menjadi penyebab Keinan sampai pingsan adalah karena kurangnya waktu tidur dan asupan makanan yang menjadi nutrisi tubuhnya.Sehingga saat se

  • Mendadak Dinikahi Dosen   Bab 45: Selama Kepergian

    Keinan masih memandangi surat itu dengan hati yang berkecamuk. Benaknya begitu dipenuhi dengan berbagai pertanyaan. Ternyata bukan hanya sebuah surat yang dititipkan oleh Keira kepada Hendra. Tetapi juga sebuah kotak yang Keinan juga tidak dapat menebaknya.Setelah menguatkan hati dan menghela napas panjang. Keinan pun perlahan membuka sepucuk surat itu dengan tangan yang mulai dingin.Perlahan Keinan membaca deretan kalimat yang dirangkai Keira membuat hati Keinan sesak bukan main. Bahkan, air mata lolos di pipinya mengalir secara deras. Sebagai akibat Keinan yang tidak kuasa membendung bening kristal itu.“Bukan seperti itu sayang. Aku mencintaimu,” ucap Keinan pelan dengan sesenggukan memeluk surat itu.Berharap jika yang dipeluknya itu adalah Keira dan Keinan berbicara di depan Keira secara langsung.Keinan dengan perlahan membuka kotak berukuran kecil itu hingga tangisnya kembali pecah. Kali ini lebih keras dari pada tadi.Berbagai perasaan berkecamuk di dalam hatinya. Rasa sedi

  • Mendadak Dinikahi Dosen   Bab 44: Kehilangan

    Keinan merasa lega karena sudah melakukan klarifikasi tapi entah kenapa justru seperti ada hal yang hilang darinya, tapi entah apa.Keinan benar-benar merasa tidak tenang sama sekali di hatinya. “Ada apa sebenarnya?” batinnya.Setelah klarifikasi yang berakhir lancar Keinan langsung melajukan mobilnya menuju ke kediaman keluarga Sanjaya. Dirinya berpikir untuk beristirahat sebentar setelah beberapa hari lupa bagaimana caranya mendapatkan kualitas tidur yang bagus.Keinan memasuki ruangan keluarga dengan padangan yang sudah sangat kuyu. Belum lagi pakaiannya yang sudah berantakan karena Keinan yang sudah melepas beberapa atribut yang dia pakai saat melakukan klarifikasi tadi.“Kamu mau minum, Nak?” tawar Nana kepada anaknya yang juga ikut prihatin dengan kondisi anaknya.Meskipun dirinya memahami betul jika itu merupakan salah dari Keinan. Akan tetapi, tetap saja sebagai seorang ibu yang menyayangi anaknya. Nina tetap tidak tega melihat anaknya terlihat begitu letih dan lebih kurus dar

  • Mendadak Dinikahi Dosen   Bab 43: Pergi

    Berita tentang skandal Keina dan Meina semakin meraja lela. Bagaimana tidak jika skandal itu melibatkan seorang pewaris Sanjaya Group dengan seorang artis papan atas yang bahkan mampu menempus bintang Hollywood. Desas-desus yang semakin beredar semakin membuat Nina khawatir dengan nasib pernikahan anaknya. Apalagi dari kabar terakhir yang ia dengan dari anaknya bahwa Keira masih belum mau ditemui. Keira juga terus-terusan libur dan mengambil surat dispensasi. “Ayah, apakah kita tidak seharusnya melakukan sesuatu?” tanya Nina dengan sorot mata kekhawatiran.Hendra menatap pancaran mata istrinya untuk menyelami maksud dari bunga permatanya itu. Hingga akhirnya Hendra mengangguk dan langsung bangkit menghubungi seseorang.Sedangkan di sisi lainnya, Keira yang sudah mengetahui dirinya hamil dan sedang menghadapi masalah di dalam rumah tangganya tidak menyurutkan dirinya untuk tetap mendapatkan nilai sempurna dalam ujian perkuliahan.Kebetulannya, saat dimana Keira memergoki Keinan dan M

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status