แชร์

32. Ada Apa Dengan Nate?

ผู้เขียน: Merspenstory
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-05 12:14:43

Mariana berdiri ragu di depan pintu mobil berwarna hitam itu. Sejak mendengar gosip di toilet wanita tadi, pikirannya jadi kacau. Ia tak bisa fokus. Ada rasa tidak nyaman yang terus mengusik, seolah beberapa pasang mata diam-diam mengamati setiap langkahnya.

Kaca jendela mobil perlahan turun, menampilkan wajah pria yang begitu dikenalnya.

“Berapa lama lagi kamu mau berdiri di situ, Mariana?”

Suara bariton Nate terdengar tenang, tapi Mariana langsung tersentak pelan. Ia menunduk sebentar, menarik napas pendek, lalu membuka pintu dan masuk ke dalam mobil.

“Aku … maaf. Tadi sempat mikir sebentar,” ucapnya tanpa berani menatap Nate.

Mobil mulai melaju perlahan meninggalkan halaman kantor cabang, menuju hotel tempat mereka menginap. Langit sudah mulai menggelap. Hujan tipis menyapa kaca depan, dan suasana kota kecil itu terasa lebih sepi dari yang biasa mereka hadapi.

“Kamu terlihat tidak tenang sejak tadi,” ucap Nate.

Mariana menggigit bibir. “Tadi ... aku dengar ada yang membicarakan kit
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก
ความคิดเห็น (1)
goodnovel comment avatar
Sri Suerti
ayolah Nate,peristri saja Mariana,bukankah di antara kalian tdknada penghalang,Mariana janda Nate duda haneul anak susuan Mariana ,apalg yg di pikirkan??
ดูความคิดเห็นทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   33. Aku Ingin Kamu Tetap Tinggal, Na

    Makan malam selesai tanpa Mariana sadari sudah lebih dari satu jam berlalu. Udara malam di tepi sungai terasa makin dingin, tapi tidak membuat mereka beranjak cepat. Nate sesekali memandang ke arah air yang mengalir tenang sebelum akhirnya berdiri dan menoleh ke Mariana.“Ayo, pulang. Besok kita masih ada rapat pagi.”Mariana mengangguk. Mereka berjalan kembali ke mobil dengan langkah santai. Di sepanjang jalan, keduanya tak banyak bicara. Tapi justru kesunyian itu terasa nyaman, tak canggung seperti sebelumnya.Di dalam mobil, Mariana bersandar ringan sambil menatap keluar jendela. Lampu kota yang berpendar samar memantul di kaca, menyatu dengan pikirannya yang tak kalah remang.“Tempat tadi … enak,” ucapnya pelan.Nate menoleh singkat. “Aku senang kamu suka.”“Biasanya kamu ke sana sama siapa?”Pertanyaan itu keluar begitu saja, dan Mariana langsung menggigit bibir setelahnya.Namun Nate hanya menjawab ringan. “Sendiri. Atau sama tim lokal. Tapi belum pernah mengajak orang luar kant

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-05
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   34. Desas-Desus yang Masih Sama

    Keesokan paginya, Mariana sudah tiba lebih dulu di lobi hotel. Rambutnya ia ikat sederhana, wajahnya tanpa riasan mencolok, hanya sapuan tipis bedak dan lip cream yang membuatnya tampak segar. Ia berdiri di dekat sofa panjang sambil memeluk map dokumen yang sudah ia siapkan sejak tadi malam.Ketika Nate muncul dari arah lift, langkahnya mantap seperti biasa, tapi matanya langsung menangkap sosok Mariana.“Kamu datang lebih awal,” katanya sambil menghampiri.Mariana tersenyum tipis. “Iya … aku pikir akan lebih baik kalau kita bisa evaluasi jadwal sebentar sebelum berangkat.”Nate mengangguk. “Kamu baik-baik saja?”“Masih sedikit pusing. Tapi sudah minum obat,” jawab Mariana jujur.Mariana tidak berani menatap Nate terlalu lama. Masih ada sisa kegugupan sejak pesan semalam—pesan yang sampai sekarang belum ia balas.Nate menarik napas pelan. “Harusnya kamu istirahat.”“Aku baik-baik saja. Lagi pula, aku yang mengatur jadwal hari ini. Kalau aku tinggal, kamu bisa nyasar,” katanya dengan n

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-05
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   35. Pelecehan Verbal?

    Siang hari di Kalimantan Timur terasa menyengat dengan langit cerah yang tak berawan. Setelah rapat panjang dan makan siang bersama tim, Mariana memutuskan untuk duduk sebentar di kursi kayu panjang di dekat taman kecil belakang gedung kantor.Mariana melepas heels-nya diam-diam dan mengangkat kakinya sedikit. Kakinya pegal. Sangat pegal.Ia baru saja menggulung ujung roknya agar tidak menyentuh tanah saat suara langkah kaki mendekat.“Kamu bersembunyi di sini?” Suara itu terdengar santai, tapi Mariana langsung tahu siapa pemiliknya.Mariana menoleh pelan. Di sana, Nate berdiri di dekat bangku dengan dua botol minuman isotonik dingin di tangannya.“Aku cuma istirahat sebentar,” jawab Mariana, buru-buru menurunkan kakinya dan bersiap memakai sepatu lagi. Tapi Nate sudah lebih dulu duduk di sampingnya, meletakkan salah satu botol di dekat Mariana.“Jangan dipakai dulu,” kata Nate dengan nada tenang. “Kaki kamu pasti sakit.”Mariana terdiam. Jari-jarinya menggenggam ujung rok yang sudah

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-06
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   36. Mulai Goyah

    Alih-alih langsung pulang, Nate mengajak Mariana berjalan menuju lounge terbuka di lantai atas hotel. Tempat itu sepi, hanya diterangi cahaya kuning temaram dari lampu gantung dan beberapa lilin di meja. Suasana malam yang tenang dengan angin yang lembut berembus membuat langkah mereka melambat.“Kamu tidak keberatan mengobrol sebentar di sini?” tanya Nate sambil menarik kursi untuk Mariana.Mariana menggeleng, ia duduk dengan senyum tipis. “Enggak sama sekali.”Mereka belum sempat berbicara lebih jauh saat ponsel Mariana bergetar. Sebuah panggilan video masuk dari Nadia.Mariana sontak menegakkan tubuh. “Maaf, ini dari Nadia.”“Silakan,” sahut Nate tenang.Mariana menekan tombol berwarna hijau dan layar segera menampilkan wajah Nadia yang tampak antusias dengan Elhan di pangkuannya.“Hai! Lihat siapa yang ingin menyapa Ibu Susunya!” seru Nadia dengan nada riang.Elhan muncul mengenakan jumper berbentuk kelinci—lengkap dengan telinga panjang yang menjuntai ke samping. Pipi bulatnya ke

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-06
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   37. Elhan Dirawat

    Pagi datang dengan langit mendung dan kabut tipis yang menyelimuti jendela kamar hotel Mariana. Ia terbangun lebih awal hari ini. Meski belum sepenuhnya sadar, pikirannya langsung melayang pada kejadian semalam.Jantungnya masih berdebar. Ia tak mengerti kenapa bayangan Nate terus berputar di kepalanya. Padahal ia sudah menetapkan batas, menjaga jarak, tapi ada sesuatu dalam diri pria itu yang perlahan meruntuhkan pertahanannya.Baru saja kakinya menyentuh lantai, sebuah pesan masuk di ponselnya.[Sudah bangun? Sarapan bersama, kalau kamu belum makan.]Kalimatnya singkat. Datar. Khas Nate. Tapi cukup untuk membuat senyum kecil terbit di bibir Mariana. Ia menggigit bibir bawah, menatap layar sejenak, lalu membalas,[Belum. Oke.]Cukup singkat. Tapi detik berikutnya, Mariana menghela napas panjang saat melihat pantulan dirinya di cermin. Ia bahkan belum mencuci muka, sementara jantungnya berdebar seperti remaja yang akan pergi kencan pertama.Tapi, hey! Ini bukan kencan.“Sadarlah, Mari

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-06
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   38. Merasa Tidak Pantas

    Mariana keluar dari kamar Elhan setelah memastikan bayi lucu itu tertidur dengan tenang. Ia berjalan perlahan di lorong rumah sakit, ingin mencari udara segar dan mungkin secangkir kopi panas untuk menenangkan pikirannya.Namun langkahnya terhenti saat melihat dua sosok wanita berdiri di dekat lift—Bianca dan ibunya. Keduanya tampak baru kembali dari pemeriksaan rutin di poli kandungan. Bianca memegangi foto hasil USG di tangannya dengan wajah bangga.“Mariana?” panggil Ratna lebih dulu. “Kamu di sini?”Mariana sedikit kaget, tapi segera mengangguk sopan. “Iya, Bu.”“Loh, kamu sakit?”“Enggak, Bu. Elhan … dia dirawat di sini. Muntah dan demam sejak subuh.”“Oh, ya ampun. Kasihan sekali,” ujar ibunya dengan nada iba. “Boleh kami jenguk sebentar?”Mariana sempat ragu. Pandangannya kembali tertumbuk pada foto USG di tangan Bianca, lalu beralih pada sosok perempuan itu yang tengah menyesuaikan posisi jaketnya. Gerakan kecil itu justru membuat kaus ketat yang dikenakan Bianca semakin mempe

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-07
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   39. Harapan Arsita Terhadap Mariana

    “Elhan sudah membaik. Dokter bilang dia cuma infeksi ringan karena virus,” kata Nate.Ayah Nate mengangguk. “Syukurlah. Kami sempat khawatir.”Mariana berdiri dan memberi ruang, tapi Arsita justru menggamit tangannya pelan agar tetap di tempat.Lalu tiba-tiba, tanpa aba-aba, Arsita menyeletuk,“Rasanya, akan lebih baik kalau kamu jadi menantu di keluarga ini, Mariana.”Mariana sontak menoleh, matanya membulat kecil. Tapi sebelum ia bisa berkata apa pun, Nate langsung menyela cepat.“Ma.”Nada suaranya ringan, tapi ada tekanan halus yang jelas terasa, seperti ingin mencegah ibunya melangkah lebih jauh.Mariana tersipu, terkejut, tidak menyangka Arsita akan berkata seperti itu di tengah situasi ini. Seluruh wajahnya terasa mendidih panas, dan ia nyaris tak tahu harus memusatkan pandangan ke mana.Namun Arsita malah menambahkan dengan nada lebih serius. “Mama serius, Nathaniel. Kita semua menyukai Mariana … dan dia menyayangi Elhan dengan tulus. Tapi, mungkin justru Mariana yang tidak me

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-07
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   40. Tamparan yang Menyulut Harga Diri

    Kamar rawat inap itu tampak lebih cerah hari ini. Tirai terbuka lebar, membiarkan sinar matahari masuk dan membasuh ruangan dengan cahaya hangat.Seorang dokter muda baru saja keluar dari kamar setelah memberikan kabar baik. Kondisi Elhan membaik dan sudah diperbolehkan pulang.Tak lama kemudian, pintu kamar terbuka kembali. Nate masuk dengan langkah ringan.“Aku sudah urus semuanya. Administrasi beres, resep obat juga sudah diambil,” katanya sambil tersenyum hangat pada semua orang. “Kalau begitu, kita bisa langsung pulang.”Mariana mengangguk pelan. Ia berdiri, lalu membenahi posisi Elhan di pelukannya.Namun saat mereka hendak keluar dari kamar, Arsita menoleh dan berkata, “Ngomong-ngomong, kita belum makan siang, 'kan? Gimana kalau mampir makan dulu sebelum pulang?”Mariana dan Nate saling pandang sebentar. Perut mereka memang belum terisi sejak pagi.“Boleh juga,” sahut Nate. Dan yang lainnya ikut setuju.***Restoran yang mereka datangi terletak di tengah kota, sebuah tempat yang

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-07

บทล่าสุด

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   85. Vanilla Ice Cream and Chocolate

    Mariana berdiri di depan minimarket kecil tempat ia biasa menunggu. Tangannya menyelip di dalam saku celana, sementara matanya menatap jalanan yang mulai dipenuhi kendaraan orang-orang yang pulang kerja.Biasanya, ia menikmati momen menunggu ini. Tapi hari ini, ada sesuatu yang mengganggunya hingga begitu gelisah.Tak lama, mobil hitam Nate berhenti perlahan di depan trotoar. Kaca jendela di sisi pengemudi terbuka. “Moonie,” panggil pria itu dengan suara lembut.Mariana membuka pintu dan masuk tanpa banyak bicara. Ia langsung mengencangkan sabuk pengaman sambil menatap lurus ke depan.Suasana di dalam mobil sempat hening. Nate melirik ke arah Mariana seraya menyalakan pendingin udara.“Ada yang mau kamu bicarakan, Moonie?” tanyanya setelah menangkap gelagat Mariana yang berbeda dari biasanya.Mariana menggeleng cepat. “Nggak ada,” sahutnya singkat.Nate tidak langsung membalas. Ia mengemudi perlahan, menyusuri jalanan kota yang mulai padat. Senja menggantung di langit, lampu-lampu mul

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   84. Lovebird, Katanya ....

    Menjelang sore, suasana kantor pusat Adikara Global Energy mulai lengang. Beberapa staf bersiap menyelesaikan pekerjaan hari itu, sementara Mariana masih duduk di mejanya, sedang menyempurnakan laporan akhir sebelum diserahkan ke Nate. Ia tak menyangka, ketenangan itu akan terganggu dalam hitungan menit.Panggilan dari resepsionis masuk melalui interkom di meja Mariana. Nada suara di seberang terdengar sopan namun bingung.“Mbak Mariana, ada tamu wanita mau ketemu Pak Nathaniel. Namanya Jeslyn. Dia tidak punya janji, tapi bilang ini penting.”Mariana sejenak menghentikan ketikannya. Nama itu membuat dahinya mengernyit pelan, sebelum perlahan ia bersandar di sandaran kursi.“Jeslyn?” ulangnya memastikan.“Ya, Mbak. Dia bilang hanya ingin mengantar kopi dan kue. Tapi kami agak ragu mau langsung naikkan karena tidak ada janji.”Mariana menatap layar laptopnya yang masih menyala, lalu menjawab dengan nada tenang, “Tidak apa-apa. Biarkan dia naik. Saya akan beri tahu Pak Nathaniel.”“Baik,

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   83. Kerja atau Pacaran?

    Mariana kembali duduk di mejanya setelah keluar dari ruang CEO. Wajahnya masih menyimpan sisa rona merah muda, tapi ekspresinya sudah kembali serius. Tangannya dengan cekatan membuka e-mail lalu mengecek agenda rapat pagi ini.Matanya fokus pada layar, tapi ponsel di sisi laptopnya tiba-tiba menyala dan mengalihkan perhatiannya. Notifikasi What$App. Dari Nathaniel Adikara.[Rapat jam 2 siang nanti fix ya. Tapi kamu yang presentasi. Aku ingin melihat kamu membuat Nusantara Power kagum.]Mariana mengetik cepat.[Kamu CEO-nya. Yang harusnya bikin mereka kagum itu kamu. Tapi oke. Biar aku urus.]Balasan Nate muncul hanya dua detik kemudian.[Kamu urus, aku kagumi. Fair kan?]Mariana terkekeh pelan di balik layar. Ia mengetik balasan terakhir sebelum kembali fokus ke pekerjaannya.[Kamu beneran kerja nggak sih?]Tak sampai semenit, notifikasi balasan kembali muncul.[Lagi tunggu kamu balas ini. Baru bisa lanjut kerja. PS: Jangan pakai lipstik merah kalau kamu tidak mau aku kehilangan fokus

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   82. Satu Sentuhan, Seribu Efek

    Hari pertama Mbak Yanti bekerja, suasana rumah berjalan seperti biasa. Elhan baru saja bangun dan sedang bermain di lantai ruang tengah bersama Mariana saat suara bel rumah terdengar.Mariana menoleh, lalu mendengar langkah kaki Rani menuju pintu depan. Tak lama kemudian, suara Rani terdengar samar. “Masuk aja, Mbak. Mari, saya antar ke dalam.”Setelah itu, Mbak Yanti muncul di ambang ruang tengah, mengenakan kemeja putih sederhana dan celana panjang hitam. Rambutnya disanggul rapi dengan senyum hangat menghiasi wajahnya. Begitu melihat Elhan, mata wanita itu langsung berbinar.“Selamat pagi, Mbak Mariana,” sapa Mbak Yanti sopan.“Pagi. Silakan duduk, Mbak,” jawab Mariana ramah. Ia menoleh ke Elhan yang sedang menggerak-gerakkan mainan. “Elhan sayang. Ada yang mau kenalan.”Elhan menatap Mbak Yanti dengan rasa ingin tahu. Ketika Mariana menggendong dan mendekatkannya, Mbak Yanti mengulurkan tangan, membiarkan Elhan menyentuh jarinya.“Halo, Nak. Ganteng banget kamu,” ujarnya lembut.E

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   81. Seleksi Nanny Baru

    Mariana tak bisa menahan senyum saat menatap layar ponselnya. Tiga kata itu—Aku cinta kamu—terpampang jelas dari Nate.Kalimat itu sederhana, tapi terasa seperti mantra ajaib yang menghantam hatinya dengan lembut. Membuat pipinya memanas dan perutnya seperti dihuni ribuan kupu-kupu.Dengan wajah yang masih berbinar, Mariana memutar tubuh Elhan agar menghadap ke arahnya. Bayi lucu itu menatap polos dengan aroma bubur yang menguar dari mulutnya.Senyum Mariana makin melebar. “Elhan sayang… kamu lucu banget, tahu nggak?” ucapnya gemas sambil mencium pipi Elhan.Ia terkikik kecil, lalu menambahkan lirih dengan pipi memerah, “Persis kayak papamu.”Belum sempat Mariana melanjutkan ocehan manjanya pada Elhan, kemunculan Arsita yang begitu tiba-tiba membuat Mariana terkejut bukan main.“Selamat pagi,” sapa Arsita begitu riang. Matanya berbinar dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.Mariana beranjak berdiri, lalu membalas sapaan Arsita dengan sopan. “Pagi, Tante.”Wanita paruh baya dengan pen

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   80. Antisipasi Sebelum Salah Paham

    Nate mendorong tubuh wanita itu dengan pelan namun tegas hingga menciptakan jarak di antara mereka. Gerakannya bukan kasar, tapi cukup jelas untuk menunjukkan bahwa ia tidak nyaman.Tanpa berkata apa pun, Nate segera melangkah mendekati Mariana yang berdiri beberapa langkah dari mereka. Ia mendekat hingga sangat dekat.Salah satu tangannya dengan mantap melingkari pinggang Mariana untuk memperjelas kedekatan mereka. Sikapnya membuat posisi Mariana tidak bisa disalahartikan oleh siapa pun.“Jeslyn,” kata Nate dengan tegas. “Ini Mariana, ibu susu Elhan.”Ia berhenti sejenak. Lalu dengan bangga menambahkan, “Dan selain itu, Mariana juga kekasihku.”Wanita bernama Jeslyn itu tampak terkejut. Matanya membelalak, lalu ia cepat-cepat mengatur ekspresinya agar terlihat santai. Namun kerutan samar di antara alisnya tak bisa berbohong.“Tunggu,” seru Jeslyn sambil mengangkat satu tangan, kemudian menunjuk ke arah Mariana. “Dia ... ibu susu Elhan? Dan juga ... kekasihmu?”Nate mengangguk mantap,

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   79. Wanita Asing

    Malam hampir larut saat Nate kembali ke kediamannya. Begitu melangkah masuk, ia mendapati Mariana duduk di ruang tamu. Wajahnya tampak cemas meskipun ia berusaha tersenyum saat melihat Nate.Mariana langsung bangkit dari duduknya dan menghampiri Nate yang juga melangkah mendekat, langkah mereka seolah sinkron.“Kenapa duduk di sini?” tanya Nate dengan lembut.“Aku nungguin kamu pulang,” jawab Mariana dengan suara yang agak lemah. “Gimana soal Nadia? Kamu nggak laporin dia ke polisi, kan?”Nate diam sesaat.Mariana yang melihat sang kekasih hanya diam lantas memanggilnya dengan nada yang lebih lembut. “Nathaniel ...?”Nate mendesah pelan. Tanpa berkata banyak, ia meraih beberapa helai rambut panjang Mariana yang terjatuh di wajahnya, dan dengan lembut menyelipkan rambut itu ke belakang telinga Mariana.“Terkadang aku bertanya-tanya, Moonie,” kata Nate pelan seraya menatap Mariana dalam-dalam. “Apakah kamu masih manusia atau malaikat? Hatimu sangat baik dan tulus.”Mariana mengerucutkan

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   78. One Last Chance

    Nate berlari menuju mobil dengan Mariana di pelukannya, sementara Rani mengikuti di belakang seraya menggendong Elhan. Nate menempatkan Mariana dengan hati-hati di kursi penumpang depan, lalu bergegas ke sisi pengemudi.Di sepanjang perjalanan, Mariana berusaha menahan rasa sakit yang makin menjadi. Darah masih mengalir dari lukanya, membuat Nate semakin gelisah.“Sayang, tahan sebentar. Kita hampir sampai,” ujar Nate tanpa sadar. Ia baru saja memanggil Mariana dengan sebutan itu di depan Rani.Rani yang duduk di belakang bersama Elhan sontak tercengang. Ia sudah mendengar desas-desus soal hubungan Nate dengan Mariana, tapi itu hanya berupa bisik-bisik yang tidak pernah punya bukti jelas. Namun, kali ini, ia mendengarnya langsung dari mulut Nate saat memanggil Mariana dengan sebutan yang sangat pribadi.Rani mengulum senyum. ‘Jadi, ini benar?’ pikirnya.Begitu sampai di klinik, Nate turun lebih dulu sambil menggendong Mariana. Sebelum berlari masuk, ia menoleh cepat ke arah Rani yang

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   77. Pelaku Sebenarnya

    Keesokan harinya,Mariana baru saja pulang bekerja. Sekujur tubuhnya terasa penat dan ia sudah tidak sabar ingin membersihkan diri. Namun, langkahnya melambat saat mendapati pintu kamarnya tidak tertutup rapat.Rasa curiga mulai menghinggapinya. Dengan hati-hati, ia mengintip sedikit dan mendapati pemandangan yang sangat mengejutkan.Di dalam sana, Nadia sedang berdiri di depan meja rias, memegang gunting besar di tangan kanan. Pakaian Mariana yang seharusnya tergantung rapi di lemari, kini tergeletak berantakan di atas tempat tidur. Beberapa bagian pakaian tampak robek akibat guntingan Nadia.“Nadia! Apa yang kamu lakukan!” Mariana mendorong pintu kamar dengan cepat.Nadia segera menoleh, wajahnya tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. Justru, ia tersenyum miring ketika Mariana memergokinya.“Oh, Mariana, baru pulang?” Nadia bertanya santai seolah-olah seperti tak ada yang salah dengan tindakannya. Sopan santunnya pun mendadak hilang.Mariana melangkah ke tengah kamar. “Kenapa kamu

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status