Home / Romansa / Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku / 9. Bagian dari Kehidupan Elhan

Share

9. Bagian dari Kehidupan Elhan

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-03-21 11:51:27

Beberapa hari setelah bayi Bella diperbolehkan pulang, Mariana berusaha menikmati cutinya dan fokus pada pemulihan pasca operasi. Namun ia tidak benar-benar bisa menikmatinya. Setiap detik, kenangan tentang mendiang anaknya menghantamnya dengan keras, membuat air matanya jatuh tanpa sadar.

Tadi pagi, Nate mengirimkan pesan singkat yang meminta Mariana untuk datang ke kediamannya setelah jam kerja. Ada sesuatu yang perlu mereka bahas. Katanya tentang kontrak.

Saat Mariana tiba di depan rumah Nate, ia menarik napas dalam sebelum menekan bel. Tak butuh waktu lama, seorang ART membukakan pintu dan mempersilakannya masuk.

Tak lama, langkah kaki terdengar dari arah ruang tengah. Nate muncul dari lorong mengenakan kemeja santai dengan lengan tergulung hingga siku. Matanya menatap Mariana dengan ekspresi serius, lalu ia memberi isyarat agar Mariana mengikutinya ke ruang kerja.

“Terima kasih sudah datang,” ucap Nate begitu mereka memasuki ruang kerja. Ia berjalan menuju meja kerjanya dan berhe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   10. Hari Pertama Sebagai Ibu Susu

    Mariana baru saja selesai menata bantal di sofa ketika ponselnya bergetar. Ia meraihnya dari meja dan membaca pesan singkat dari Nate.[Aku di depan. Bisa bukakan pintu?]Jantung Mariana berdebar ringan. Ia menarik napas dalam, lalu mengusap telapak tangannya yang sedikit berkeringat sebelum berjalan ke pintu. Saat ia membukanya, Nate sudah berdiri di sana dengan mengenakan kemeja abu-abu muda santai. Namun yang langsung menarik perhatian Mariana adalah kereta bayi di sampingnya.Bayi itu terbungkus selimut biru lembut, tampak tenang di dalam stroller. Di samping Nate, seorang wanita berseragam rapi berdiri dengan sikap profesional dan tampak siap siaga.“Selamat pagi,” sapa Nate. “Bolehkah kami masuk?”Mariana segera menyingkir dari pintu, lalu mempersilakan mereka masuk.Nate mendorong stroller dengan hati-hati, sementara pengasuh wanita itu mengikutinya dengan langkah tertata.“Elhan tidur?” tanyanya pelan.Nate mengangguk. “Dia baru saja selesai kontrol, jadi masih terlelap. Kami

    Last Updated : 2025-03-21
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   11. Mantan Suami Datang Mengacau

    Keesokan paginya,Nate kembali datang mengantar Elhan ke kontrakan Mariana. Dengan ekspresi tenang, ia menyerahkan bayi mungil itu ke dalam pelukan Mariana sebelum pergi tanpa banyak bicara.Mariana membawa Elhan masuk dan segera menuju sofa, ia mulai menyusui bayi itu yang kebetulan menangis begitu ayahnya pergi.Nadia duduk di kursi seberangnya, wanita itu tersenyum melihat pemandangan tersebut. “Anda semakin terbiasa, Bu,” komentarnya lembut.Mariana mengusap punggung Elhan perlahan. Jujur saja, ia merasa sedikit lebih nyaman dibanding hari-hari sebelumnya.“Ya … meski terkadang masih ada perasaan aneh yang sulit kujelaskan.”Nadia mengangguk mengerti. “Itu wajar. Tapi Anda sudah melakukan yang terbaik.”Namun, momen tenang itu tiba-tiba terpecah oleh suara gedoran keras dari pintu depan.BRAK!BRAK!BRAK!Mariana tersentak. Tubuhnya menegang seketika sementara tangannya refleks menarik Elhan lebih dekat ke dadanya.“Siapa itu?” Nadia bertanya dengan kening berkerut.Mariana menggel

    Last Updated : 2025-03-21
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   12. Semua Demi Elhan

    Nate menatap Mariana yang tampak terguncang. Wanita itu duduk dengan bahu sedikit gemetar, napasnya pendek dan tidak teratur.“Hey, Mariana. Apa kamu mendengarku?” tanya Nate seraya menepuk pelan bahu Mariana.Mariana mengangguk pelan, lalu mengangkat pandangannya menatap Nate. “Aku baik-baik saja,” bisiknya berusaha kuat meski ekspresinya tidak bisa menyembunyikan syok yang masih menguasainya. Ia menggigit bibirnya, berusaha mengendalikan getaran dalam suaranya.Nate tidak langsung percaya. “Maaf jika aku lancang. Tapi, aku harus memastikan bahwa kamu memang baik-baik saja,” balasnya.Dengan lembut, Nate meraih tangan Mariana lalu mengangkatnya perlahan untuk memastikan tidak ada luka atau lebam di kulitnya. Setelah memastikan wanita itu benar-benar baik-baik saja, Nate segera melangkah menuju kamar.Begitu pintu terbuka, ia menemukan Nadia tengah berusaha menenangkan Elhan yang menangis dalam pelukannya. Wajah wanita itu terlihat tegang, jelas sekali bahwa ia juga syok dengan kejadi

    Last Updated : 2025-03-22
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   13. Sambutan Hangat

    Setelah menyusui Elhan di kamar yang disediakan, Mariana akhirnya bisa sedikit bernapas lega. Ia duduk di tepi tempat tidur, menatap bayi kecil itu yang kembali tertidur pulas dalam dekapannya. Kehangatan yang menyelimuti kamar ini memberikan sedikit ketenangan bagi pikirannya yang masih kacau.Namun, ketukan pelan di pintu membuyarkan lamunannya. Mariana menoleh, lalu bangkit perlahan dan membuka pintu.Seorang ART muda berdiri di ambang pintu dengan senyum lembut. “Bu, orang tua Tuan Nate baru saja tiba. Mereka ingin bertemu dengan Anda.”Mariana menegang sejenak. Ia tahu tentang orang tua Nate, dan selama bersahabat dengan Bella, ia beberapa kali bertemu mereka di acara keluarga. Kedua orang tua pria itu adalah sosok yang ramah dan menyenangkan, tetapi kali ini situasinya berbeda.Mengambil napas dalam, Mariana mengangguk. “Aku akan segera keluar.”ART muda itu tersenyum dan beranjak pergi, sementara Mariana mengalihkan pandangannya ke Elhan yang masih terlelap. Ia meletakkan bayi

    Last Updated : 2025-03-22
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   14. Hinaan dari Keluarga Mantan Suami

    Suara alarm berbunyi memecah keheningan pagi. Mariana mengerjapkan mata, butuh beberapa detik untuk menyesuaikan diri dengan cahaya redup yang masuk melalui celah tirai. Hal pertama yang menyambutnya adalah pemandangan Elhan yang tertidur pulas di sampingnya.Senyum lembut terbit di wajah Mariana. Tangannya terulur membelai pipi Elhan dengan hati-hati. Mariana takut mengganggu tidur bayi kecil itu dan berakhir membangungkannya.“Kamu tidur nyenyak sekali, ya?” bisiknya pelan seraya tersenyum lembut.Mariana ingin berlama-lama memandangi bayi lucu itu. Namun ia sadar pagi telah menunggunya, jadi dengan gerakan penuh kehati-hatian, ia turun dari ranjang agar tidak membangunkan Elhan.Setelah menyelimuti bayi kecil itu dengan lebih rapat, Mariana melangkah menuju kamar mandi. Air hangat yang menyentuh kulitnya memberikan ketenangan yang begitu nyaman, membantunya mengusir sisa kantuk yang masih menggantung di pelupuk mata.Tak lama, ia keluar dengan pakaian sederhana—blus berwarna senada

    Last Updated : 2025-03-22
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   15. Bianca Hamil

    Begitu memasuki gedung spa, aroma lembut lavender dan melati langsung menyambut indra penciuman Mariana. Cahaya temaram serta alunan musik instrumental yang menenangkan seharusnya bisa membuat siapa pun merasa lebih rileks, tapi Mariana masih merasakan ketegangan dalam tubuhnya. Pikirannya masih dipenuhi oleh kata-kata pedas dari ibu Bara.Arsita—ibu Nate—yang sejak tadi memperhatikannya, segera menggenggam tangan Mariana dengan lembut. “Sayang, kamu baik-baik saja?” tanyanya penuh perhatian.Mariana tersenyum kecil, mencoba menyembunyikan kegundahannya. “Aku nggak apa-apa, Tante.”Namun, Arsita sama sekali tidak percaya. Kegundahan Mariana tercetak jelas di wajah cantiknya, untuk itu ia menepuk punggung tangan Mariana dengan lembut dan berkata,“Tante tahu pertemuan tadi pasti tidak menyenangkan untukmu. Tante juga tahu kamu wanita yang kuat, tapi tidak apa-apa kalau sesekali merasa terluka. Jangan dipendam sendiri.”Mariana terdiam sejenak. Ia bisa merasakan ketulusan dalam nada suar

    Last Updated : 2025-03-23
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   16. Meminta Restu Mariana

    Mariana melangkah masuk ke rumah orang tuanya dengan perasaan berat. Udara di dalam rumah terasa dingin. Hatinya sudah cukup terluka sejak mengetahui Bianca hamil, tapi kini ia harus menghadapi kenyataan lain yang mungkin lebih menyakitkan.Di ruang tengah, ibunya duduk di sofa dengan mata sembab, sementara ayahnya hanya diam dengan ekspresi datar. Mariana menelan ludah, menyadari bahwa kedatangannya pasti bukan tanpa alasan serius.“Duduklah, Mariana,” suara ibunya terdengar serak, seperti habis menangis cukup lama.Mariana menuruti, ia duduk di ujung sofa dengan tubuh tegang. Ia menunggu, tapi tidak ada yang langsung berbicara. Hanya ada keheningan yang menyelimuti mereka beberapa saat.Akhirnya, ibunya menghela napas panjang sebelum berkata, “Kami ingin meminta izinmu untuk menikahkan Bianca dengan Bara.”Mariana merasa seperti dihantam sesuatu di dadanya. Napasnya tercekat, tubuhnya mendadak dingin, dan dunia di sekelilingnya terasa berputar lebih cepat. Ia sudah menduga sesuatu ya

    Last Updated : 2025-03-23
  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   17. Harga Sebuah Pengkhianatan

    Mariana masih menggendong Elhan ketika Nadia berdiri dari kursinya. “Saya akan meminta Bi Imah menyiapkan minuman hangat untuk Anda, Bu. Mau teh atau cokelat panas?”Mariana menggeleng. “Tidak perlu repot-repot, Nadia. Terima kasih atas perhatianmu.”Nadia tersenyum kecil. “Bukan repot. Anda kelihatan lelah, Bu.”Mariana hanya diam. Ia tidak bisa membantah, meskipun rasa lelah yang ia rasakan bukan sekadar di fisiknya. Saat Nadia melangkah pergi ke dapur, Mariana menunduk menatap wajah tenang Elhan yang terlelap dalam pelukannya.Kehangatan tubuh bayi itu sedikit meredakan gejolak dalam hatinya, tetapi tidak cukup untuk menghapus kenyataan pahit yang baru saja ia terima.Ia harus menerima bahwa keluarganya memilih Bianca. Bahwa mereka tidak akan memikirkan bagaimana perasaannya selama masalah yang mereka hadapi bisa diselesaikan.Mariana menghela napas panjang, mencoba menekan emosi yang masih berkecamuk di dadanya.Ia ingin pergi. Ia ingin melepaskan semuanya. Tapi ia tahu itu tidak m

    Last Updated : 2025-03-23

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   89. Mawar Hitam

    Mariana menghela napas. Matanya tampak getir saat menatap Nate yang berdiri tenang di sisinya.“Maaf,” ucapnya pelan seraya menunduk. “Aku hanya … hanya ….”Ia tak mampu melanjutkan kalimatnya. Kata-kata seolah terhenti di tenggorokan, sementara pikirannya seperti benang kusut yang sulit diurai. Mariana sadar, perasaan tidak nyaman yang mengganggunya sejak tadi bukan semata karena Jeslyn, melainkan karena luka lama yang belum sepenuhnya pulih.Pernikahannya dengan Bara dulu hancur karena orang ketiga. Dan meski ia telah meyakinkan diri untuk membuka hati kembali bersama Nate, trauma itu ternyata tak pernah benar-benar pergi.Kehadiran Jeslyn di antara mereka cukup untuk membangkitkan ketakutan lama dan menggoyahkan keyakinannya.“Maaf, nggak seharusnya aku meragukanmu dan hubungan kita,” ucap Mariana lirih.Nate menunduk sedikit, lalu menarik dagu Mariana agar menatap langsung matanya. Seulas senyum hangat menghiasi wajahnya yang tampan itu.“Hey, dengar,” katanya lembut. “Aku tahu ad

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   88. Selama Kamu Percaya

    Arsita segera berdiri saat melihat Nate menggendong Mariana lalu mendudukkan wanita itu di kursinya. Wajah wanita paruh baya itu tampak terkejut sekaligus khawatir.“Apa yang terjadi?” tanyanya dengan nada cemas.Nate mendesah pelan. Raut wajahnya serius saat memandangi ibunya. Namun, belum sempat ia membuka suara untuk menjelaskan, Jeslyn buru-buru mendekat dan bersuara dengan cepat.“Tante, aku tidak sengaja menabrak Mbak Nana sampai dia terjatuh. Aku juga sudah minta maaf padanya. Tapi dia justru mengatakan kalau aku memang sengaja.” Jeslyn bersikap manis, wajahnya tampak dibuat-buat seolah diliputi penyesalan.Mendengar itu, Mariana tersenyum tipis. Ia sudah jenuh menghadapi orang bermuka dua seperti Jeslyn.“Benar. Aku memang bilang kamu sengaja,” ucap Mariana tenang. “Karena hanya orang buta atau orang yang menyimpan niat buruk yang bisa menabrak seseorang dari jarak sedekat itu.”“Mariana,” tegur Arsita pelan, wanita paruh baya itu terlihat tidak nyaman dengan ketegangan yang m

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   87. Konfrontasi

    Restoran semi outdoor itu cukup ramai siang itu. Aroma rempah lembut dan suara musik akustik mengalun dari sudut ruang, berpadu dengan udara segar dari pepohonan rindang di sekelilingnya.Mereka duduk di meja panjang di sisi teras, menghadap taman kecil yang ditata cantik. Elhan berada di kursi bayi di samping Mariana.Mariana sedang menyuapi Elhan makan siang yang dibawanya dari rumah saat suara riang terdengar mendekat dari arah samping.“Eh, ternyata ada kalian di sini!”Semua menoleh.Mariana mematung sejenak ketika melihat siapa yang datang. Jeslyn, dengan blouse putih elegan dan flare jeans, berdiri di pinggir meja sambil tersenyum manis. Beberapa wanita lain berdiri di belakangnya, teman-teman sebayanya yang sama sekali tak Mariana kenal.“Oh, Jeslyn.” Arsita tersenyum ramah. “Kebetulan sekali ….”Jeslyn terkekeh. “Tempat ini sangat viral di media sosial, Tan. Tadi aku dan teman-teman memang ingin makan siang di sini.” Lalu ia menoleh ke Nate. “Tapi ternyata kalian juga di sini

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   86. Sampai kapan ia ingin disembunyikan?

    Pagi itu, cahaya matahari menyusup lembut lewat celah tirai di ruang keluarga. Mariana duduk santai di atas karpet, bersandar ke sofa dengan pakaian rumah yang nyaman. Di sebelahnya, Elhan asyik menggigit mainan warna-warni sambil sesekali mengoceh sendiri.Tapi perhatian Mariana tertuju pada layar ponsel di tangannya. Wawancara dua hari lalu itu ia tonton lagi. Dan … entah sudah berapa kali.Di layar, Nate tampak rapi dan tampan. Setelan abu-abu gelap, rambut disisir rapi, sorot matanya tenang. Di sampingnya, pembawa acara muda duduk dengan senyum manis dan cara bicara yang luwes.Topik awal masih seputar bisnis, energi terbarukan, dan kiprah Nate sebagai CEO muda. Semuanya terdengar profesional, sampai satu pertanyaan membuat suasana sedikit berubah.“Ada satu pertanyaan terakhir, Pak Nathaniel,” ucap sang host. “Kami tahu, Anda kehilangan istri Anda beberapa waktu lalu. Banyak yang penasaran, apakah sekarang Anda sudah membuka hati lagi?”Mariana meneguk ludah dengan pelan. Napasny

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   85. Vanilla Ice Cream and Chocolate

    Mariana berdiri di depan minimarket kecil tempat ia biasa menunggu. Tangannya menyelip di dalam saku celana, sementara matanya menatap jalanan yang mulai dipenuhi kendaraan orang-orang yang pulang kerja.Biasanya, ia menikmati momen menunggu ini. Tapi hari ini, ada sesuatu yang mengganggunya hingga begitu gelisah.Tak lama, mobil hitam Nate berhenti perlahan di depan trotoar. Kaca jendela di sisi pengemudi terbuka. “Moonie,” panggil pria itu dengan suara lembut.Mariana membuka pintu dan masuk tanpa banyak bicara. Ia langsung mengencangkan sabuk pengaman sambil menatap lurus ke depan.Suasana di dalam mobil sempat hening. Nate melirik ke arah Mariana seraya menyalakan pendingin udara.“Ada yang mau kamu bicarakan, Moonie?” tanyanya setelah menangkap gelagat Mariana yang berbeda dari biasanya.Mariana menggeleng cepat. “Nggak ada,” sahutnya singkat.Nate tidak langsung membalas. Ia mengemudi perlahan, menyusuri jalanan kota yang mulai padat. Senja menggantung di langit, lampu-lampu mul

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   84. Lovebird, Katanya ....

    Menjelang sore, suasana kantor pusat Adikara Global Energy mulai lengang. Beberapa staf bersiap menyelesaikan pekerjaan hari itu, sementara Mariana masih duduk di mejanya, sedang menyempurnakan laporan akhir sebelum diserahkan ke Nate. Ia tak menyangka, ketenangan itu akan terganggu dalam hitungan menit.Panggilan dari resepsionis masuk melalui interkom di meja Mariana. Nada suara di seberang terdengar sopan namun bingung.“Mbak Mariana, ada tamu wanita mau ketemu Pak Nathaniel. Namanya Jeslyn. Dia tidak punya janji, tapi bilang ini penting.”Mariana sejenak menghentikan ketikannya. Nama itu membuat dahinya mengernyit pelan, sebelum perlahan ia bersandar di sandaran kursi.“Jeslyn?” ulangnya memastikan.“Ya, Mbak. Dia bilang hanya ingin mengantar kopi dan kue. Tapi kami agak ragu mau langsung naikkan karena tidak ada janji.”Mariana menatap layar laptopnya yang masih menyala, lalu menjawab dengan nada tenang, “Tidak apa-apa. Biarkan dia naik. Saya akan beri tahu Pak Nathaniel.”“Baik,

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   83. Kerja atau Pacaran?

    Mariana kembali duduk di mejanya setelah keluar dari ruang CEO. Wajahnya masih menyimpan sisa rona merah muda, tapi ekspresinya sudah kembali serius. Tangannya dengan cekatan membuka e-mail lalu mengecek agenda rapat pagi ini.Matanya fokus pada layar, tapi ponsel di sisi laptopnya tiba-tiba menyala dan mengalihkan perhatiannya. Notifikasi What$App. Dari Nathaniel Adikara.[Rapat jam 2 siang nanti fix ya. Tapi kamu yang presentasi. Aku ingin melihat kamu membuat Nusantara Power kagum.]Mariana mengetik cepat.[Kamu CEO-nya. Yang harusnya bikin mereka kagum itu kamu. Tapi oke. Biar aku urus.]Balasan Nate muncul hanya dua detik kemudian.[Kamu urus, aku kagumi. Fair kan?]Mariana terkekeh pelan di balik layar. Ia mengetik balasan terakhir sebelum kembali fokus ke pekerjaannya.[Kamu beneran kerja nggak sih?]Tak sampai semenit, notifikasi balasan kembali muncul.[Lagi tunggu kamu balas ini. Baru bisa lanjut kerja. PS: Jangan pakai lipstik merah kalau kamu tidak mau aku kehilangan fokus

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   82. Satu Sentuhan, Seribu Efek

    Hari pertama Mbak Yanti bekerja, suasana rumah berjalan seperti biasa. Elhan baru saja bangun dan sedang bermain di lantai ruang tengah bersama Mariana saat suara bel rumah terdengar.Mariana menoleh, lalu mendengar langkah kaki Rani menuju pintu depan. Tak lama kemudian, suara Rani terdengar samar. “Masuk aja, Mbak. Mari, saya antar ke dalam.”Setelah itu, Mbak Yanti muncul di ambang ruang tengah, mengenakan kemeja putih sederhana dan celana panjang hitam. Rambutnya disanggul rapi dengan senyum hangat menghiasi wajahnya. Begitu melihat Elhan, mata wanita itu langsung berbinar.“Selamat pagi, Mbak Mariana,” sapa Mbak Yanti sopan.“Pagi. Silakan duduk, Mbak,” jawab Mariana ramah. Ia menoleh ke Elhan yang sedang menggerak-gerakkan mainan. “Elhan sayang. Ada yang mau kenalan.”Elhan menatap Mbak Yanti dengan rasa ingin tahu. Ketika Mariana menggendong dan mendekatkannya, Mbak Yanti mengulurkan tangan, membiarkan Elhan menyentuh jarinya.“Halo, Nak. Ganteng banget kamu,” ujarnya lembut.E

  • Mendadak Jadi Ibu Susu Anak Atasanku   81. Seleksi Nanny Baru

    Mariana tak bisa menahan senyum saat menatap layar ponselnya. Tiga kata itu—Aku cinta kamu—terpampang jelas dari Nate.Kalimat itu sederhana, tapi terasa seperti mantra ajaib yang menghantam hatinya dengan lembut. Membuat pipinya memanas dan perutnya seperti dihuni ribuan kupu-kupu.Dengan wajah yang masih berbinar, Mariana memutar tubuh Elhan agar menghadap ke arahnya. Bayi lucu itu menatap polos dengan aroma bubur yang menguar dari mulutnya.Senyum Mariana makin melebar. “Elhan sayang… kamu lucu banget, tahu nggak?” ucapnya gemas sambil mencium pipi Elhan.Ia terkikik kecil, lalu menambahkan lirih dengan pipi memerah, “Persis kayak papamu.”Belum sempat Mariana melanjutkan ocehan manjanya pada Elhan, kemunculan Arsita yang begitu tiba-tiba membuat Mariana terkejut bukan main.“Selamat pagi,” sapa Arsita begitu riang. Matanya berbinar dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.Mariana beranjak berdiri, lalu membalas sapaan Arsita dengan sopan. “Pagi, Tante.”Wanita paruh baya dengan pen

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status