Share

Bab 4

Author: annauthor
last update Last Updated: 2025-02-04 08:15:35

Seminggu kemudian.

Tepat hari ini momen yang amat sakral akan berlangsung,, akad nikah Dena dan Deva.

Beberapa menit yang lalu Deva telah mengumandangkan akad saat ini mereka telah sah menjadi pasangan suami istri.

Dena merasa terharu sekaligus tak menyangka bahwasanya kini dirinya telah menjadi seorang istri sekaligus seorang ibu,, peran ganda ya.

Dia menikah dapat suami plus dapat anak sekaligus.

Ceklek,,

Dena mengangkat wajah menatap ke arah pintu saat indra pendengarannya menangkap suara pintu terbuka.

"Mami?"

Wanita dua anak itu tersenyum lembut air mata menggenang di pelupuk matanya.

"Wahh anak Mami cantik sekali" pujinya.

Dena tersenyum malu-malu,, "Makasih Mi"

Mami Anggun duduk di samping Dena memegang tangan sang putri mengelusnya pelan,, "Saat ini Dena sudah menjadi seorang istri. Mami berharap Dena bisa menjalankan kewajiban Dena dengan sungguh-sungguh jika suatu saat kalian ada masalah selesaikanlah dengan kepala dingin"

"Dari Dena kecil Mami selalu berharap Dena akan selalu bahagia disetiap langkah yang Dena ambil begitu juga dengan saat ini Mami mendoakan kebahagiaan Dena"

"Ishh Mami jangan nangis Dena jadi ikutan mau nangis entar make up Dena luntur!" ucap Dena setengah bercanda demi mengurangi suasana sendu antara dia dan sang ibu.

"Maafkan Mami ya karena memaksa Dena untuk menikah dengan Deva Mami hanya ingin yang terbaik untuk kamu dan menurut Mami Deva orangnya,, dia baik pun dari keluarga baik-baik. Mami sudah mengenal keluarganya Deva jauh saat dulu kami masih muda jadi Mami tau karakter keluarganya seperti apa" ibunda Dena itu segera memeluk anaknya mengelus lembut punggungnya.

Lantas Mami Anggun melepaskan pelukan mereka,, "Sekarang waktunya Dena untuk turun"

Dengan dituntun sang Mami Dena turun ke lantai satu tempat dilaksanakannya akad nikah.

Saat menuruni tangga semua mata terarah padanya.

Baru kali ini dirinya merasa segugup ini,, pikir Dena.

Dena lihat pria yang telah menjadi suaminya itu duduk di depan sang Papi dengan meja sebagai sekat.

Satu kata yang terlintas dibenak Dena saat melihat pria yang beberapa menit lalu telah menjadi suaminya itu,, tampan. Dia akui pria itu memang tampan.

Perempuan yang baru menjadi seorang istri itu duduk di sebelah sang suami,, menandatangani berkas-berkas yang dibutuhkan.

Dan akhirnya kini mereka telah sah menjadi suami istri secara agama maupun negara.

...

"Hah capek banget" desah Dena seraya duduk di ranjang kamar hotel.

Mereka baru saja kembali ke kamar hotel setelah melaksanan resepsi.

"Jangan langsung duduk di ranjang bersih-bersih dulu!!" perintah Deva.

"Ishh nanti saja aku capek banget tau mana bibirku pegal karena harus senyum terus selama beberapa jam" Deva tak berdebat lagi dia hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan istrinya itu.

Deva pun memasuki kamar mandi,, "Kamu mau ke mana Mas?"

"Mandilah saya gak jorok kayak kamu" Dena berdecih kesal menatap memicing ke arah Deva.

Secepat kilat raut wajah Dena berubah tersenyum lebar membuat bulu kuduk Deva seketika itu merinding.

"Ngapain kamu senyum begitu?" pasti dia tengah memikirkan rencana licik di otaknya,, pikir Deva.

Bangkit dari duduknya Dena sontak mendekati Deva memegang tangannya.

"Apaan ini?" sebuah tanda tangan besar bersarang di otaknya Deva.

Dena mendekatkan badannya menempel pada badan Deva lalu berbisik pelan,, "Mas gimana kalau kita mandi bareng?"

"Hmm gimana?" tatapan menggoda dia tampilkan.

Hal itu sukses membuat Deva terdiam cukup lama namun akhirnya menjawab dengan jawaban yang sangat tak Dena sangka-sangka,, "Boleh"

"Hah?"

"Katanya tadi mau mandi bareng? yaudah boleh ayo mandi bareng" sontak Dena menjauhkan badannya.

"Hahaha a-aku tadi cuman bercanda kok. Ma-mas Deva mandi dulu saja" secepat kilat Dena ngibrit keluar dari kamar.

Deva geleng-geleng kepala sambil tersenyum tipis melihatnya.

...

Sedangkan di luar kamar Dena amat deg-degan,, rasanya jantungnya mau copot saat ini.

"Dena kamu salah bercanda dengan orang serius" memukul pelan kepalanya merutuki kebodohannya.

Hah memang ada-ada saja si Dena pakai segala mau becandain Deva segala.

Tetiba sebuah suara terdengar dari sebelah kanannya,, "Dena kamu kok di luar Sayang kenapa gak masuk kamar?"

"Ahh,, Mama?"

"Iya kenapa Deva bully kamu? biar Mama marahin dia"

"Ehh gak kok mana ada Mas Deva bully Dena" kalau saja Dena tak cepat mencegahnya Mama Kumala mungkin sudah masuk ke dalam kamar.

"Terus kenapa kamu di luar Sayang?"

"Gak apa kok Ma itu.. Ohh Mama sendiri kenapa ada di sini terus ini Darren kenapa kok matanya sembab,, habis nangis?"

Dan yahh sedari tadi memang Mama Kumala bersama dengan Darren,, bocah kecil itu belai tuntun.

"Emmhh gini,,"

"Kenapa Ma?"

"Darren menangis minta tidur sama Papanya dia gak biasanya kok begini mungkin lagi mau dimanja saja"

Darren mau tidur bersama? kebetulan sekali jadi Mas Deva gak akan berani melakukan apapun padanya. Dia selamat malam ini.

Kalian tau sendiri kan setelah menikah ada yang namanya malam pertama dan kalian pasti tau apa yang terjadi malam itu. Jujur dia belum siap jadi ini adalah kesempatan emas yang tak boleh dilewatkan.

"Mau tidur bersama ya?" Dena berusaha menyembunyikan kebahagiaannya bersikap biasa-biasa saja.

"Kamu gak perlu khawatir biar Mama bawa Darren berkeliling siapa tau nanti dia lupa sama permintaannya itu"

Kalau begitu kesempatan emangnya bakal hilang dong. Tidak dia harus mencegahnya.

"Ohh gak usah Ma!" seru Dena.

"Hah kenapa?"

"Gapapa biar Darren malam ini tidur sama kita saja"

"Memang gak akan ganggu kalian?"

"Gak dong Ma"

"Yaudah Darren Mama serahkan sama kamu ya,, maaf jadi ganggu kalian seharusnya kalian kan malam ini,,"

"Ma!!" potong Dena cepat.

"Hahaha ada Darren"

"Oh iya-iya benar. Yaudah Mama balik ke kamar dulu" Mama Kumala pun menyerahkan tangan Darren ke tangan Dena.

"Ayo Darren kamu mau ketemu Papa kan?" Darren mengangguk-angguk.

Mereka pun mulai masuk ke dalam kamar bersamaan dengan itu Deva keluar dari kamar mandi.

"Lohh kok ada Darren?"

"Papa" Darren langsung berlari mendekati Deva dan langsung digendong oleh pria itu.

"Darren kok ada di sini?"

"Dia tidur di sini"

"Tapi kan,,"

"Kenapa Mas gak mau tidur sama anak Mas sendiri"

"Bukan begitu,,"

"Yaudah gak ada masalah kan kalau begitu aku mandi dulu" dengan hati yang bahagia Dena memasuki kamar mandi dengan bersenandung kecil.

Gak jadi malam pertama,,

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 52

    Untuk kedua kalinya Elora datang ke rumah Deva dan Dena tanpa sepengetahuan pria itu tentunya."Lohh Elora kenapa ada di sini? mau ketemu suami saya tapi Mas Deva lagi gak ada, lagi ada di kantor" "Gak kok saya ke sini mau bertemu dengan kamu" "Bertemu saya? ada apa? mau ngomongin bisnis? hahaha, kan gak mungkin saya gak ngerti masalah begituan" "Boleh kita berbicara di dalam saja?" wajah Elora tetap serius tak terpengaruh oleh candaan Dena."Ohh boleh,, ayo silakan masuk" Dena pun akhirnya tak lagi bercanda melihat wajah serius Elora.Dena pun berjalan masuk diikuti Elora di belakangnya, "Silakan duduk dulu biar saya ambilkan minum" "Iya,," Tak berapa lama Dena kembali dengan teh di tangannya menaruhnya di atas meja, "Silakan diminum dulu tehnya" "Iya terima kasih,," Elora mengambil cangkir teh tersebut menyeruputnya sedikit.Lantas Dena duduk di sofa tepat di depan Elora, menunggu Elora selesai meminum teh buatannya.Melihat Elora kembali menaruh cangkir tehnya baru Dena mem

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 51

    Mobil sedan hitam Deva berhenti di depan lobby perusahaan. Deva turun dari mobil setelah Yono sang asisten pribadi membukakan pintu mobil untuknya.Deva berjalan lebih dulu diikuti Yono di belakangnya, "Pak siang ini anda ada meeting dengan Bu Atika" beritahu Yono.Seketika Deva menghentikan langkahnya, "Atika?" gumamnya pelan, amat pelan sampai hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya."Sekedar info saja siapa tau anda tidak mau bertemu dengan beliau"Hmm sungguh pengertian sekali ya Yono ini. Deva membalikkan badan sembari mengerutkan kening, "Kok Atika?" "Begini Pak,, Pak Riyan telfon saya beliau bilang gak bisa menghadiri meeting dengan Bapak karena sedang ada di luar kota karena tiba-tiba ada keperluan mendadak. Tapi, sebagai gantinya Bu Atikah lah yang akan menggantikan beliau" "Kenapa dia gak bilang sendiri kepada saya?" "Untuk masalah itu saya tidak tahu-menahu Pak" "Baiklah, tolong bilang sama Neny untuk menggantikan saya meeting dengan Atika" "Baik Pak" ucap Yono sem

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 50

    Pagi hari."Sebenarnya kapan kamu bisa membuat Deva dan istrinya bercerai? Mama sudah gak sabar mau Deva menjadi menantu Mama lagi" tiba-tiba Mama Atika itu berucap saat Atika baru sampai di lantai bawah."Ma Tika mau ngomong sesuatu sama Mama,,""Kenapa? ahh sudahlah Mama gak mau dengar apapun pokoknya kamu harus bisa membuat dia bercerai dari istrinya itu dan menjadikan dia menantu Mama lagi. Mama hanya mau dia yang menjadi menantu Mama bukan orang lain apalagi mantan pacar kamu yang mokondo itu!" "Tapi Ma,," "Gak ada tapi-tapian. Mama harap kamu segera mewujudkan harapan Mama itu!" "Iya Ma," Atika lantas menoleh ke Sherly yang sedari tadi menatap dia tajam, menaikkan kedua bahunya.Sherly langsung melengos begitu saja membuat Atika menghela nafas kasar.Sialan kenapa gue jadi terjebak diantara posisi yang sulit begini sih,, umpatnya."Baiklah kalau begitu Mama mau siap-siap pergi arisan dulu kamu harus segera bergerak cepat!""Baik Ma,," Melihat keberadaan sang Mama yang tak la

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 49

    "Ma aku pulang!" seru seorang wanita sembari menggeret koper memasuki rumah. "Ngapain lo pulang merusak pemandangan aja" sahutan ketus seseorang dari ruang keluarga. "Lo gak suka lihat gue balik?" "Iyalah," "Kalau begitu buang saja mata lo biar gak bisa lihat gue" "Lo,," "Apa?" "Ada apa sih ini Atika, Sherly, kenapa ribut-ribut?" "Dia duluan Ma" yahh begitulah mereka selalu seperti tom and jerry kalau bertemu, selalu ribut. "Sudahlah kalian jangan ribut terus pusing Mama dengarnya! Atika kamu baru pulang nak, bagaimana lancar kerjaannya?" "La-lancar Ma,," ekspresi Atika terlihat aneh, seperti ketakutan dan dia bahkan tak berani menatap mata sang Mama. "Baiklah kamu istirahat sana gihh jangan lupa mandi!" "Ba-baik Ma,," gegas Atika menaiki tangga, menggeret koper bersamanya. Pintu kamar dia tutup sontak Atika menyandarkan punggungnya di pintu menghela nafas lega. Kalian percaya kalau dia keluar kota karena pekerjaan? tentu saja itu bohong. Dia keluar

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 48

    Elora mengendarai mobilnya tak tentu arah, tak ada tujuan. Yang jelas dia tak ingin pulang ke rumah.Sampai akhirnya Elora melihat suatu taman. Banyak pohon tumbuh di sana membuat pemandangannya begitu asri, bunga warna-warni dan ada juga permainan bagi anak kecil.Lantas dia membelokkan setir memilih singgah di taman tersebut. Turun dari mobil Elora langsung berjalan mencari bagian sudut yang tak terjamah oleh orang. Duduk di sebuah bangku panjang, muat untuk sekitar 3 orang dewasa. Tamannya lumayan ramai, banyak keluarga kecil yang berkumpul dan bermain bersama di taman itu.Matanya berkaca-kaca melihat para orang tua dan anak-anak mereka tengah bermain, "Tanpa sadar aku baru saja hampir merusak keluarga kecil orang lain, aku baru saja hampir merusak kebahagian sebuah keluarga" "Aku wanita jahat" diapun menangis di bangku itu. Hatinya begitu merasa bersalah karena menyukai pria beristri. Pasti istrinya sakit hati kalau tau aku menyukai suaminya. Tanpa sadar aku menyakiti wanita l

  • Mendadak Jadi Ibu Tiri   Bab 47

    Weekend."Ini Mas teh di minum dulu" ucap Dena sembari meletakkan secangkir teh di hadapan sang suami yang tengah fokus pada berkas-berkasnya."Terima kasih ya" pria itu mengambil teh yang dibawakan sang istri menyeruput sedikit lalu kembali meletakkan di atas meja."Kamu lagi banyak kerjaan ya Mas sampai weekend juga harus kerja, yahh walaupun kerjanya di rumah sih?" "Iya bentar lagi ada proyek baru jadi banyak banget kerjaan, maaf ya" Dena berjalan mendekati sofa di ruang kerja sang suami duduk di atasnya, "Ngapain juga minta maaf" gumamnya."Kalau kamu mau keluar bersama Darren gapapa, pakai kartu kredit aku, belanja apapun yang kamu dan Darren mau" "Gak mau ahh. Kamunya kerja capek-capek masa aku belanja terus" "Iya gak masalah orang aku kerja kan memang buat kalian berdua" "Gak mau ahh,," setelah itu Dena terdiam sejenak, lanjut berkata,, "Mas kalau capek istirahat dulu saja jangan dipaksakan nanti sakit" "Iya Mas ngerti" Lalu Dena berdiri, "Kalau begitu aku ke bawah dul

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status