Di sebuah kamar di atas ranjang queen size seorang perempuan cantik tengah merebahkan badannya menatap langit-langit kamar.
Seraya melamun hembusan nafas kasar terdengar keluar dari bibirnya,, "Hah,," Seakan tak puas dia kembali menghembuskan nafas kasar,, "Hah,," "Hah,," dan ketiga kalinya. Entah beban berat apa yang tengah ia pikirkan saat ini. Dena,, Dena. Yapp dia adalah Dena. Setelah diantar pulang oleh Deva dia langsung masuk kamar dan begitulah kelakuannya. "Ishh" seketika dia bangun mengacak rambutnya kesal. Sekarang rambutnya sudah macam rambut orang gila,, acak-acakan. "Dasar nenek peot sama perempuan sinting!!" ternyata dia masih kesal lantaran tak dihiraukan oleh Sherly dan sang Mama saat berada di kediamannya. Padahal saat makan es cream bersama Darren moodnya sudah menjadi lebih baik,, memang Darren itu bagai vitamin pengubah mood. "Apa alasan mereka gak suka sama aku? apa jangan-jangan mereka gak terima aku yang bakal jadi istri Mas Deva? mereka itu maunya Mas Deva balik ke mantan istrinya alias anak dan kakaknya. Itu alasan yang paling masuk akal sih" "Lagian kan bukan kemauan aku juga untuk menikah sama Mas Deva kenapa mereka malah jadi memusuhiku?" "Ishh kesel banget" Tok... Tok... Tok. Dena menoleh ke arah pintu tat kala pendengarannya mendengar suara ketukan pintu disusul suara yang sang Mami. "Dena Mami masuk ya" Ceklek,, "Astaga Dena kenapa belum mandi kamu sudah seharian di luar bukannya pulang langsung mandi malah langsung rebahan di kasur" omel Mami Anggun pada anak bungsunya itu. "Malas" jawab Dena singkat. Mami Anggun hanya bisa geleng-geleng kepala mendapati kelakuan anaknya itu. "Lihat tuh rambut kamu sudah kayak apa,, acak-acakan begitu. Kalau sudah menikah jangan lagi malas-malasan buat mandi nanti Nak Deva gak mau cium kamu" "Yaudah gak usah cium emang aku cewek apaan bisa dicium-cium sembarangan" Wanita dengan dua anak itu sontak memegang kepala pening,, "Terserah kamu saja Dena pusing Mami ngadepin kamu itu" "Kenapa Mami pusing,, Mami darah tinggi?" "Kamu nyumpahin Mami?!" seru wanita paruh baya tersebut kesal. Bisa-bisa beliau benar-benar darah tinggi ngadepin si Dena. "Ihh gak ya fitnah aja nih Mami Dena kan cuman tanya" "Hah sudahlah. Oh iya Mami ke sini cuman mau bilang besok kamu sudah harus fitting baju pengantin" "Hah kok besok?" saking terkejutnya mata Dena sampai melotot,, mau keluar rasanya. "Terus mau kapan kan pernikahan kamu seminggu lagi" jengah Mami Anggun. "Apa?" lagi dan lagi Mami Dena membuat perempuan itu sport jantung. Seminggu lagi,, gak salah itu kenapa secepat ini? pikir Dena. "Mi yang benar saja masa seminggu lagi aku saja belum dekat sama Mas Deva apalagi anaknya jangan dong Mi kecepetan kalau seminggu lagi!!" "Gak bisa keputusan kami para orang tua sudah bulat kalian akan menikah seminggu lagi, titik!!" kekeh beliau. "Tapi kan Dena yang akan menikah bukan kalian" "Memang kenapa sih kamu kayak enggan gitu menikah sama Nak Deva? coba kasih tau Mami alasannya!!" "Mi Mas Deva itu cuek, dingin, pendiam terus gak ada ekspresi yang paling penting Dena gak cinta sama dia" "Walaupun sifat Nak Deva memang seperti yang kamu katakan tapi dia baik dan masalah cinta,, akan tumbuh seiring berjalannya waktu. Kamu tau istilah cinta karena terbiasa kan? kalian pun nantinya akan sama seperti itu" "Memang Mami dukun bisa meramal masa depan kalau nanti Dena tetap gak bisa mencintai Mas Deva bagaimana?" "Gak yakin Mami kamu kan lemah sama laki-laki ganteng" "Itu,," benar juga sih,, lanjutnya dalam hati. Tapi itu dulu waktu masih cinta monyet jaman-jaman SMA sekarang tentu beda dong. Ini sebuah pernikahan ia mau melangsungkan pernikahan sekali seumur hidup. Mami ini gak ngerti. "Lagian kamu enak lohh Dena bisa menikah dengan Nak Deva yang ganteng plus dapat Darren yang menggemaskan" Darren? si imut itu? tak dapat dipungkiri dirinya memang sudah jatuh hati dengan bocah kecil itu. Sepertinya dengan meyakinkan hatinya menikah dengan Mas Deva karena sudah jatuh hati dengan Darren akan membuatnya sedikit lebih baik. Yahh bisa dibilang ia mau menerima perjodohan ini karena Darren sebagai alasan utama. "Oke sudah sepakat ya besok jam 10 kamu harus ke butiknya Tante Mira buat fitting baju pengantin!" "Tapi Mi,, Mami,,!!" ibunda Dena itu tak menghiraukan teriakannya melenggang pergi keluar dari kamar sang putri bungsu. ... Besoknya walaupun rasa malas melanda Dena memaksakan tubuhnya untuk pergi ke butik Tante Mira. Tante Mira sendiri adalah adik ipar Mami,, beliau punya butik dan memang rancangannya bagus-bagus. Setiap ada acara keluarga pasti bakal pesan bajunya ke butik Tante Mira. "Dena kamu sudah datang?" mereka saling berpelukan. "Iya tante. Tante apa kabar Dena lihat-lihat Tante makin cantik aja nih tambah glowing wajahnya?" "Ahh kamu bisa saja,, ayo-ayo duduk dulu" "Mas Deva sudah datang Tante?" "Belum mungkin sebentar lagi" Tante Mira sendiri memang kenal langsung dengan Deva malahan semua keluarga besarnya ia kenal karena salah satu keponakannya menikah dengan sepupu Deva. "Kamu mau coba sekarang atau nunggu Deva datang?" "Nanti saja Tante sekalian sama Mas Deva" "Baiklah kalau begitu Tante ke ruangan dulu soalnya masih ada design yang harus segera Tante selesaikan" "Emm Tante sibuk saja dulu" Tante Mira pun pergi memasuki ruangannya meninggalkan Dena sendirian di ruang tunggu. Dan demi membunuh kebosanannya Dena mengeluarkan ponsel melihat sosmed. Tanpa terasa waktu bergulir cepat 2 jam kemudian yang Dena tunggu-tunggu tak kunjung menampakkan batang hidungnya. "Ini Mas Deva kemana sih lama banget udah 2 jam lohh di tunggu gak datang-datang?" perasaannya pun sudah dongkol. Tak lama akhirnya yang Dena tunggu-tunggu datang juga,, "Mas Deva kamu kemana aja sih lama banget aku udah nunggu kamu 2 jam lohh?" "Saya sibuk" Makin dongkol lagi karena raut wajah pria itu yang seakan tak ada rasa bersalahnya sama sekali. Boleh gak sih ia gampar wajahnya,, satu kali saja? "Kamu pikir kamu doang yang sibuk aku juga sibuk tau!!" serunya kesal. Walaupun sibuknya rebahan sih bahkan tadi saja dirinya lama sekali mengumpulkan niat untuk bangun dari rebahannya. Lanjutnya dalam hati. "Kamu itu gak gentleman sekali masa membiarkan seorang perempuan nunggu kamu 2 jam lamanya!!" Tanpa memperdulikan tanggapan Dena perempuan itu langsung nyelonong membuka ruangan Tante Mira melongokkan kepala ke dalamnya,, "Tante Mas Deva sudah datang ayo mulai fitting bajunya" "Ohh sudah datang yaudah ayo" Mereka pun akhirnya memulai fitting baju dengan Dena yang ogah-ogahan karena keburu kesal dengan calon suaminya itu.Untuk kedua kalinya Elora datang ke rumah Deva dan Dena tanpa sepengetahuan pria itu tentunya."Lohh Elora kenapa ada di sini? mau ketemu suami saya tapi Mas Deva lagi gak ada, lagi ada di kantor" "Gak kok saya ke sini mau bertemu dengan kamu" "Bertemu saya? ada apa? mau ngomongin bisnis? hahaha, kan gak mungkin saya gak ngerti masalah begituan" "Boleh kita berbicara di dalam saja?" wajah Elora tetap serius tak terpengaruh oleh candaan Dena."Ohh boleh,, ayo silakan masuk" Dena pun akhirnya tak lagi bercanda melihat wajah serius Elora.Dena pun berjalan masuk diikuti Elora di belakangnya, "Silakan duduk dulu biar saya ambilkan minum" "Iya,," Tak berapa lama Dena kembali dengan teh di tangannya menaruhnya di atas meja, "Silakan diminum dulu tehnya" "Iya terima kasih,," Elora mengambil cangkir teh tersebut menyeruputnya sedikit.Lantas Dena duduk di sofa tepat di depan Elora, menunggu Elora selesai meminum teh buatannya.Melihat Elora kembali menaruh cangkir tehnya baru Dena mem
Mobil sedan hitam Deva berhenti di depan lobby perusahaan. Deva turun dari mobil setelah Yono sang asisten pribadi membukakan pintu mobil untuknya.Deva berjalan lebih dulu diikuti Yono di belakangnya, "Pak siang ini anda ada meeting dengan Bu Atika" beritahu Yono.Seketika Deva menghentikan langkahnya, "Atika?" gumamnya pelan, amat pelan sampai hanya dia sendiri yang bisa mendengarnya."Sekedar info saja siapa tau anda tidak mau bertemu dengan beliau"Hmm sungguh pengertian sekali ya Yono ini. Deva membalikkan badan sembari mengerutkan kening, "Kok Atika?" "Begini Pak,, Pak Riyan telfon saya beliau bilang gak bisa menghadiri meeting dengan Bapak karena sedang ada di luar kota karena tiba-tiba ada keperluan mendadak. Tapi, sebagai gantinya Bu Atikah lah yang akan menggantikan beliau" "Kenapa dia gak bilang sendiri kepada saya?" "Untuk masalah itu saya tidak tahu-menahu Pak" "Baiklah, tolong bilang sama Neny untuk menggantikan saya meeting dengan Atika" "Baik Pak" ucap Yono sem
Pagi hari."Sebenarnya kapan kamu bisa membuat Deva dan istrinya bercerai? Mama sudah gak sabar mau Deva menjadi menantu Mama lagi" tiba-tiba Mama Atika itu berucap saat Atika baru sampai di lantai bawah."Ma Tika mau ngomong sesuatu sama Mama,,""Kenapa? ahh sudahlah Mama gak mau dengar apapun pokoknya kamu harus bisa membuat dia bercerai dari istrinya itu dan menjadikan dia menantu Mama lagi. Mama hanya mau dia yang menjadi menantu Mama bukan orang lain apalagi mantan pacar kamu yang mokondo itu!" "Tapi Ma,," "Gak ada tapi-tapian. Mama harap kamu segera mewujudkan harapan Mama itu!" "Iya Ma," Atika lantas menoleh ke Sherly yang sedari tadi menatap dia tajam, menaikkan kedua bahunya.Sherly langsung melengos begitu saja membuat Atika menghela nafas kasar.Sialan kenapa gue jadi terjebak diantara posisi yang sulit begini sih,, umpatnya."Baiklah kalau begitu Mama mau siap-siap pergi arisan dulu kamu harus segera bergerak cepat!""Baik Ma,," Melihat keberadaan sang Mama yang tak la
"Ma aku pulang!" seru seorang wanita sembari menggeret koper memasuki rumah. "Ngapain lo pulang merusak pemandangan aja" sahutan ketus seseorang dari ruang keluarga. "Lo gak suka lihat gue balik?" "Iyalah," "Kalau begitu buang saja mata lo biar gak bisa lihat gue" "Lo,," "Apa?" "Ada apa sih ini Atika, Sherly, kenapa ribut-ribut?" "Dia duluan Ma" yahh begitulah mereka selalu seperti tom and jerry kalau bertemu, selalu ribut. "Sudahlah kalian jangan ribut terus pusing Mama dengarnya! Atika kamu baru pulang nak, bagaimana lancar kerjaannya?" "La-lancar Ma,," ekspresi Atika terlihat aneh, seperti ketakutan dan dia bahkan tak berani menatap mata sang Mama. "Baiklah kamu istirahat sana gihh jangan lupa mandi!" "Ba-baik Ma,," gegas Atika menaiki tangga, menggeret koper bersamanya. Pintu kamar dia tutup sontak Atika menyandarkan punggungnya di pintu menghela nafas lega. Kalian percaya kalau dia keluar kota karena pekerjaan? tentu saja itu bohong. Dia keluar
Elora mengendarai mobilnya tak tentu arah, tak ada tujuan. Yang jelas dia tak ingin pulang ke rumah.Sampai akhirnya Elora melihat suatu taman. Banyak pohon tumbuh di sana membuat pemandangannya begitu asri, bunga warna-warni dan ada juga permainan bagi anak kecil.Lantas dia membelokkan setir memilih singgah di taman tersebut. Turun dari mobil Elora langsung berjalan mencari bagian sudut yang tak terjamah oleh orang. Duduk di sebuah bangku panjang, muat untuk sekitar 3 orang dewasa. Tamannya lumayan ramai, banyak keluarga kecil yang berkumpul dan bermain bersama di taman itu.Matanya berkaca-kaca melihat para orang tua dan anak-anak mereka tengah bermain, "Tanpa sadar aku baru saja hampir merusak keluarga kecil orang lain, aku baru saja hampir merusak kebahagian sebuah keluarga" "Aku wanita jahat" diapun menangis di bangku itu. Hatinya begitu merasa bersalah karena menyukai pria beristri. Pasti istrinya sakit hati kalau tau aku menyukai suaminya. Tanpa sadar aku menyakiti wanita l
Weekend."Ini Mas teh di minum dulu" ucap Dena sembari meletakkan secangkir teh di hadapan sang suami yang tengah fokus pada berkas-berkasnya."Terima kasih ya" pria itu mengambil teh yang dibawakan sang istri menyeruput sedikit lalu kembali meletakkan di atas meja."Kamu lagi banyak kerjaan ya Mas sampai weekend juga harus kerja, yahh walaupun kerjanya di rumah sih?" "Iya bentar lagi ada proyek baru jadi banyak banget kerjaan, maaf ya" Dena berjalan mendekati sofa di ruang kerja sang suami duduk di atasnya, "Ngapain juga minta maaf" gumamnya."Kalau kamu mau keluar bersama Darren gapapa, pakai kartu kredit aku, belanja apapun yang kamu dan Darren mau" "Gak mau ahh. Kamunya kerja capek-capek masa aku belanja terus" "Iya gak masalah orang aku kerja kan memang buat kalian berdua" "Gak mau ahh,," setelah itu Dena terdiam sejenak, lanjut berkata,, "Mas kalau capek istirahat dulu saja jangan dipaksakan nanti sakit" "Iya Mas ngerti" Lalu Dena berdiri, "Kalau begitu aku ke bawah dul
Kamar Deva dan Dena.Dena duduk di kursi rias, mengaplikasikan skincare di wajah. Deva sendiri duduk di ranjang memainkan ponsel. "Tadi seru banget ya kan Mas?" tanya tanya Dena, melihat ke arah yang suami dari kaca."Iya,," setuju pria itu.Padahal tadi kan dia hanya melihat anak dan istrinya main saja, tak ikut main. Tapi demi tak membuat sang istri marah dia hanya bisa setuju. Apakah sekarang Deva sudah menjadi suami-suami takut istri? "Kapan-kapan kita ke pasar malam lagi ya Mas?" "Iya,, atur saja" Dena bangun dari kursi meja riasnya jalan menuju ranjang, "Aku bahagia banget apalagi saat melihat wajah bahagia Darren" ucapnya sembari menaiki ranjang. Spontan deva menurunkan ponselnya menatap penuh makna kepada Dena, "Terima kasih sudah sangat menyayangi Darren"Dena tertawa kecil, "Dia kan anak aku juga Mas sejak aku menikah sama kamu" "Ternyata Mama nggak salah pilih" "Hah?" "Kamu wanita baik. Pasti berat harus menikah dengan seorang duda. Bukan hanya menjadi seorang ist
Di sebuah restoran steak.Di salah satu meja sebuah restoran keluarga kecil Deva duduk, Dena dan Darren sebelahan sementara Deva duduk di depan Dena.Pelayan datang membawakan pesanan mereka yaitu 3 steak sesuai jumlah anggota keluarga.Mata Dena dan Darren berbinar-binar menatap steak mereka. Sungguh,, jika gak tau orang pasti mengira mereka adalah anak dan ibu kandung, sama persis ekspresi wajahnya.Dena mulai memotong steak selesai dia ingin memberikannya pada Darren. Deva,, pria itu juga ingin memberikan steak yang telah dia potong ke Dena."Ini,," ucap Dena dan Deva berbarengan."Lohh,," sontak kedua pasangan suami istri itu saling pandang, sama-sama saling membeku.Beberapa detik,, Dena kembali melanjutkan kegiatan awalnya, mengganti steak Darren dengan punyanya. Kemudian dia mengambil steak yang berada di tangan sang suami, mengganti dengan steak Darren yang belum dipotong."Makasih yang Mas hehehe" Dengan canggung Deva pun mulai kembali memotong steak yang awalnya milik Dar
Ceklek,,"Lohh Dena kok gak ada di kamar dia kemana?" ucap Deva bingung. Dia baru pulang kerja bergegas ke kamar karena berpikir bahwa sang istri ada di kamar tapi ternyata kamarnya kosong.Lantas kembali dia tutup pintu kamarnya."Dia kemana sih? apa jangan-jangan ada di kamar Darren?" kontan Deva melangkahkan kaki menuju kamar sang putra semata wayang, langsung dibukanya pintu di depannya tanpa mengetuk terlebih dahulu."Kamu ada di sini rupanya" dan benar saja tebakannya. Dena berada di kamar sang putra.Entah mereka tengah ngapain posisinya Dena tengah memangku Darren.Kemudian pria dengan satu anak itu masuk ke dalam kamar sang putra, "Kalian lagi ngapain? lagi main ya? kok Papa gak diajak?"Bukannya menjawab Dena malah berbisik kepada Darren.Setelah itu, "Gak mau Papa bau belum mandi" "Apa?" dia tercengang."Kamu bilang Papa bau? nakal ya kamu, sini biar Papa gelitikin kamu" Darren mulai tertawa, meliuk-liukkan badannya, kegelian karena digelitikin."A-ampun Pa, a-ampun Mama