"Tu-Tuan. Dia siapa?"Dengan suara terbata, Rosela menanyakan siapa wanita yang ada di samping Vadlan. Apa mungkin wanita itu adalah kekasih pria tersebut.Terlebih lagi sebelumnya wanita yang entah dari mana datangnya itu mengecup pipi Vadlan dengan tidak tahu malunya. Meskipun ia adalah Salvia palsu saat ini, tapi ia merasa jijik dengan apa yang dilakukan oleh dua orang tersebut. Bagaimanapun wanita itu pasti tahu bahwa ia adalah istrinya Vadlan dan malah dengan terang-terangan melakukan hal seperti tadi."Dia yang akan mengajarimu cara melayani suami dengan benar, juga mungkin akan bermain bertiga. Pasti menyenangkan," ucap Vadlan dengan entengnya, lalu duduk di sofa panjang dengan membawa wanita bayaran yang sudah dipesannya dari Baswara agar satu malam di tempat tersebut.Mata Rosela langsung mendelik mendengar hal yang tidak masuk akal dari Vadlan. Di mana wanita yang sedang duduk bersama Vadlan itu akan mengajari urusan ranjang. Kemudian akan bermain bertiga?"Ini gak masuk aka
Kamelia berpikir dirinya harus lebih lama lagi tinggal di tempat tersebut, untuk mengumpulkan uang lebih banyak lagi.Di saat Kamelia tengah menyusun rencana, sementara itu di sisi lain Rosela masih harus berhadapan dengan wanita bayaran yang entah siapa namanya itu.Rosela diminta untuk mengganti pakaiannya yang sama seksinya seperti dirinya. Selain itu mengatakan agar mendesah dan melenguh di saat melakukan penyatuan.Namun, Rosela benar-benar jijik mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut wanita bayaran di depannya itu. Bagaimana tidak, ia seperti tidak lebih diajari bagaimana caranya menjadi wanita bayaran untuk memuaskan pelanggannya."Kamu dibayar berapa sampai mau bekerja kayak gini dan melayani suami orang lain? Gak capek apa?" tanya Rosela dengan nada merendahkan. Ia sebenarnya tidak terlalu peduli dengan pekerjaan atau apapun yang dilakukan wanita tersebut di luaran sana, tapi kini wanita tidak tahu malu itu mengusik ketenangannya.Meskipun ia membenci Vadlan setengah
Vadlan tampak masih berbicara dengan sang ayah di balik telpon."Apa maksud Ayah? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Harusnya ayah tanyakan dulu padaku jika--""Cukup, Vadlan!" sela Atmajaya di balik panggilan. "Kamu tidak berhak mengatur ayah! Cukup lakukan yang ayah perintahkan. Jika kamu masih mau mewarisi perusahaan ini dan--""Baik aku mengerti, Ayah," ucap Vadlan yang kini berbalik menyela ucapan ayahnya. Ia seharusnya tidak banyak berdebat dengan pak tua itu. Jika sang ayah sudah memutuskan, maka keinginan pria tersebut tidak bisa diganggu gugat."Pastikan kamu menyiapkan acara makan malamnya dengan benar, Vad," tukas Tuan Atmajaya, seraya menutup panggilan tersebut."Arghh ...."Vadlan langsung berteriak dan membanting apa saja yang ada di meja itu itu ke lantai, hingga menimbulkan suara keras dan benda pecah berserakan di lantai.Bersamaan Rosela dan wanita bayaran yang ada di sana dibuat terkejut dengan apa yang mereka saksikan itu."Tuan muda, anda baik-baik saja?" tanya si wan
Terlihat Vadlan duduk di sebuah bangku panjang dan menyimpan botol wine serta dua gelas di atas meja. Kemudian merogoh sesuatu dari saku bathrobe yang dikenakannya. Ternyata itu adalah sebungkus rokok dan juga pemantiknya."Kemari, Salvia," panggil Vadlan yang menyuruh Rosela agar menghampirinya.Rosela pun menurut dan melangkah kakinya menuju ke tempat Vadlan duduk. Tapi, ia belum berani untuk duduk di samping pria tersebut."Apa kamu kedinginan?" Vadlan bertanya, seraya menyalakan pemantik dan menyalakan batang rokok di tangannya."Sedikit dingin, Tuan," jawab Rosela apa adanya. Ia mustahil mengatakan tidak dingin di situasinya saat ini.Vadlan tersenyum miring seraya menghisap rokok yang ada di tangannya itu. "Kalau begitu duduklah," ucapnya memberikan perintah."Iya, Tuan." Lagi-lagi Rosela menurut dan sebisa mungkin menutupi bagian atas tubuhnya yang seperti dua buah melon yang bergelantungan. Kemudian duduk agak menjauh dari sisi Vadlan."Siapa yang menyuruhmu duduk di sana!" Va
"Jadi, sebesar itu rasa benci Tuan sama saya? Andai saya gak hilang ingatan, mungkin saya tahu apa sebenarnya yang terjadi. Tapi, karena saya melakukan kesalahan berat, maka izinkan saya untuk meminta maaf .... Mungkin kalau ingatan itu kembali saya akan tahu kesalahan saya yang telah membuat hidup anda hancur. Sekali lagi saya minta maaf, Tuan. Meskipun kenyataannya permintaan maaf ini gak akan merubah kenyataan pacar anda akan kembali. Tap, setidaknya saya mempunyai rasa sesal yang mendalam dan akan menebus semuanya selama hidup saya ...."Rosela bersikap seolah-olah dirinya adalah Salvia dan mengatakan itu semua. Walaupun ia hampir tidak percaya dengan dirinya sendiri karena sudah mengatakan apa yang diucapkannya barusan.Vadlan sendiri terdiam. Ia tidak pernah mengira akan mendengar ucapan permintaan dari Salvia. Tapi, bukan seperti ini yang diharapkannya. Ia ingin wanita itu menderita sampai ingin mati rasanya. Meskipun begitu apakah mungkin kekasihnya akan kembali? Tentu saja ti
Sekeras apapun Rosela menyangkal, tapi tubuhnya bisa merasakan kehangatan di bawah sana yang terasa begitu penuh dan mengaduk-aduk bagian intinya.Hingga sebuah ledakan seakan dirasakan oleh Rosela dan membuatnya gemetar dan merangkul tubuh Vadlan dengan kuatnya."Euuuuh, Tuaaaan ...."Suara lenguhan pun lolos begitu saja dari bibir mungil Rosela. Ia untuk pertama kalinya merasakan sebuah pelepasan di saat melakukannya. Bahkan ia tidak sadar jika suaranya itu sampai terdengar ke kamar-kamar para pelayan. Meskipun mereka sama sekali tidak berani untuk melihat apa yang terjadi. Salah-salah mereka akan terkena hukuman nantinya.Sedangkan Vadlan saat ini tersenyum tipis melihat bagaimana Sambil yang sudah mencapai puncaknya. Kembali kini gilirannya yang hendak sampai menuju ke klimaks penyatuan mereka.Hingga pada akhirnya yang tersisa hanyalah keduanya saling mendesah dan melenguh dengan memeluk satu sama lain.Bersamaan Rosela merasakan di bawah sana begitu hangat sampai ke dasar rahimn
"Katakan padanya untuk tunggu tiga puluh menit lagi. Aku akan kesana," titah Vadlan kepada Kamelia."Anda sendiri yang datang atau dengan Nona Salvia, Tuan muda?" Kamelia buru-buru bertanya untuk memastikan agar bisa menyampaikan dengan benar kepada kakak tirinya Salvia ."Itu bukan urusanmu, Kamelia! Katakan saja seperti yang aku perintahkan!" tegas Vadlan dengan menatap tajam."Ba-baik, Tuan Muda."Kamelia dibuat terkejut dengan sikap Vadlan yang semakin hari semakin bertambah kasar dan acuh kepadanya. Apa karena adanya Salvia sekarang di sisi tuan mudanya? Terlebih lagi semalam ia juga mendengar suara desahan dari balkon kamar tersebut. Hal yang tidak biasa dilakukan cara bercinta Vadlan sebelumnya.Tanpa menunda waktu lagi, Kamelia segera bergegas pergi dari tempat tersebut. Ia memang mempunyai kunci rumah belakang yang berlantai dua itu.Kemudian segera menemui Marshal di ruang tamu mansion.Di sisi lain, Vadlan kembali ke kamarnya dan membersihkan dirinya di kamar mandi.Lalu ba
Marshal mengepalkan tangannya. Ia sudah menduga jika Salvia tidak akan bisa hidup bebas tinggal di tempat tersebut."Baik, aku akan pergi. Sampai bertemu nanti malam di acara keluarga!" Ia pada akhirnya mengalah, lalu pamit pergi. Setidaknya ada nanti malam untuk bertemu dengan Salvia. Ia ingin memastikan sesuatu dengan berbicara langsung dengan sang adik tiri.Vadlan tidak menanggapi ucapan terakhir Marshal dan membiarkan Marshal angkat kaki dari kediamannya.Sementara itu di tempat lain, Rosela tampak sudah membersihkan dirinya di kamar mandi, lalu hendak berganti pakaian.Namun, pakaian yang ada di dalam lemari sama sekali tidak ada yang benar menurutnya. Itu karena semua pakaian hampir sama seperti semalam yang dikenakannya dan hanya modelnya yang merupakan gaun panjang. Tapi, begitu tipis dan menerawang. Selain itu sejak tadi ia sama sekali tidak menemukan pakaian dalam di kamar tersebut."Gak mungkin kan aku gini aja? Gak pakai dalaman?" gumamnya meringis karena membayangkan bet