"Apa yang kamu lakukan hah?!"Vadlan dibuat meradang dengan apa yang dilakukan oleh istrinya. Terutama berani menampar wajahnya yang berharga. Meskipun itu tidaklah terlalu sakit baginya.PLAK..Kini Vadlan balik menampar wajah Salvia dan bahkan lebih keras dari apa yang didapatnya tadi. Itu terlihat dari sudut bibir Rosela yang saat ini tampak berdarah.Rosela dengan menahan air matanya agar tidak tumpah itu tampak memegangi pipinya yang terasa perih."Sekali lagi kamu berbuat kasar seperti ini. Aku pastikan kamu akan dihukum berat. Oh, tidak bukan kamu, tapi semua nyawa pelayan di sini bergantung padamu! Kamu menurut, mereka akan selamat. Tapi, kalau tidak maka dipastikan mereka akan--""Hentikan!" pekik Rosela menyela ucapan Vadlan sembari menutup kedua telinganya dan membenamkan wajahnya pada lututnya ditekuk."Kenapa anda begitu kejam, Tuan," lanjutnya dengan Isak tangis di dalamnya."Aku seperti ini salah satunya karena perbuatanmu, Salvia! Harusnya kamu tidak hilang ingatan dan
"Nona Kamelia, kenapa berdiri di sana? Apa ada hal yang ingin disampaikan?"Rosela bertanya dengan keheranan karena Kamelia malah diam mematung di tempatnya dan bahkan mengepalkan tangan."Nona Kamelia?" ulang Rosela dengan terpaksa menaikkan volume suaranya.Kamelia mengerjapkan matanya. Ia kini tersadar dari lamunannya. Di mana sebelumnya membayangkan masuk ke kamar tersebut dan menampar wajah Rosela. Bukan tanpa alasan, ia sungguh kesal dan dipenuhi dengan iri dengki begitu mendengar dari beberapa pelayan, bahwa Salvia masih perawan di saat memenuhi malam pertama dengan Vadlan. Berbeda dengan dirinya yang sudah dalam keadaan tidak perawan ketika memenuhi hasrat Vadlan.Lalu saat ini ditambah Kamelia melihat beberapa jejak merah di leher dan bahu Salvia, itu menunjukkan bahwa betapa Vadlan begitu menikmati gadis tersebut. Meskipun ia sedikit heran akan sesuatu."Hmm, maaf Nona. Saya kesini hanya ingin memastikan keadaan anda," ucapnya yang berubah dengan berdusta sambil menelisik wa
"Ada apa, Nona Muda?" tanya Kamelia karena Salvia tiba-tiba berhenti melangkah.Rosela menoleh ke arah Kamelia. "Nona, apa aku akan dipindahkan ke ruangan isolasi yang gelap dan terpencil?" tanyanya.Kamelia keheranan mendengar pertanyaan wanita di depannya itu. Tapi, ia tidak berhak untuk menjawab pertanyaan tersebut."Nona muda, sebaiknya jangan panggil saya Nona. Panggil nama saya saya. Panggil saya Kamelia," pintanya karena demi kode etik di mansion tersebut. Ia tidak ingin sampai disalahkan karena bersikap kurang ajar kepada istri sang tuan muda. Meskipun berbanding terbalik dengan isi hatinya.Rosela malah mengerucutkan bibirnya karena Kamelia sama sekali tidak menjawab pertanyaannya dan dan mengalihkan pembicaraan ke hal lain."Iya, aku akan memanggil nama kamu, Kamelia," balasnya dengan ketus."Ayo, Nona. Tuan muda sedang menunggu ada di ruang makan dan beliau tidak suka menunggu." Kamelia sengaja berjalan di depan terlebih dahulu agar Rosela mengikutinya.Dengan helaan nafas
"Tu-Tuan. Dia siapa?"Dengan suara terbata, Rosela menanyakan siapa wanita yang ada di samping Vadlan. Apa mungkin wanita itu adalah kekasih pria tersebut.Terlebih lagi sebelumnya wanita yang entah dari mana datangnya itu mengecup pipi Vadlan dengan tidak tahu malunya. Meskipun ia adalah Salvia palsu saat ini, tapi ia merasa jijik dengan apa yang dilakukan oleh dua orang tersebut. Bagaimanapun wanita itu pasti tahu bahwa ia adalah istrinya Vadlan dan malah dengan terang-terangan melakukan hal seperti tadi."Dia yang akan mengajarimu cara melayani suami dengan benar, juga mungkin akan bermain bertiga. Pasti menyenangkan," ucap Vadlan dengan entengnya, lalu duduk di sofa panjang dengan membawa wanita bayaran yang sudah dipesannya dari Baswara agar satu malam di tempat tersebut.Mata Rosela langsung mendelik mendengar hal yang tidak masuk akal dari Vadlan. Di mana wanita yang sedang duduk bersama Vadlan itu akan mengajari urusan ranjang. Kemudian akan bermain bertiga?"Ini gak masuk aka
Kamelia berpikir dirinya harus lebih lama lagi tinggal di tempat tersebut, untuk mengumpulkan uang lebih banyak lagi.Di saat Kamelia tengah menyusun rencana, sementara itu di sisi lain Rosela masih harus berhadapan dengan wanita bayaran yang entah siapa namanya itu.Rosela diminta untuk mengganti pakaiannya yang sama seksinya seperti dirinya. Selain itu mengatakan agar mendesah dan melenguh di saat melakukan penyatuan.Namun, Rosela benar-benar jijik mendengar setiap ucapan yang keluar dari mulut wanita bayaran di depannya itu. Bagaimana tidak, ia seperti tidak lebih diajari bagaimana caranya menjadi wanita bayaran untuk memuaskan pelanggannya."Kamu dibayar berapa sampai mau bekerja kayak gini dan melayani suami orang lain? Gak capek apa?" tanya Rosela dengan nada merendahkan. Ia sebenarnya tidak terlalu peduli dengan pekerjaan atau apapun yang dilakukan wanita tersebut di luaran sana, tapi kini wanita tidak tahu malu itu mengusik ketenangannya.Meskipun ia membenci Vadlan setengah
Vadlan tampak masih berbicara dengan sang ayah di balik telpon."Apa maksud Ayah? Kenapa tiba-tiba seperti ini? Harusnya ayah tanyakan dulu padaku jika--""Cukup, Vadlan!" sela Atmajaya di balik panggilan. "Kamu tidak berhak mengatur ayah! Cukup lakukan yang ayah perintahkan. Jika kamu masih mau mewarisi perusahaan ini dan--""Baik aku mengerti, Ayah," ucap Vadlan yang kini berbalik menyela ucapan ayahnya. Ia seharusnya tidak banyak berdebat dengan pak tua itu. Jika sang ayah sudah memutuskan, maka keinginan pria tersebut tidak bisa diganggu gugat."Pastikan kamu menyiapkan acara makan malamnya dengan benar, Vad," tukas Tuan Atmajaya, seraya menutup panggilan tersebut."Arghh ...."Vadlan langsung berteriak dan membanting apa saja yang ada di meja itu itu ke lantai, hingga menimbulkan suara keras dan benda pecah berserakan di lantai.Bersamaan Rosela dan wanita bayaran yang ada di sana dibuat terkejut dengan apa yang mereka saksikan itu."Tuan muda, anda baik-baik saja?" tanya si wan
Terlihat Vadlan duduk di sebuah bangku panjang dan menyimpan botol wine serta dua gelas di atas meja. Kemudian merogoh sesuatu dari saku bathrobe yang dikenakannya. Ternyata itu adalah sebungkus rokok dan juga pemantiknya."Kemari, Salvia," panggil Vadlan yang menyuruh Rosela agar menghampirinya.Rosela pun menurut dan melangkah kakinya menuju ke tempat Vadlan duduk. Tapi, ia belum berani untuk duduk di samping pria tersebut."Apa kamu kedinginan?" Vadlan bertanya, seraya menyalakan pemantik dan menyalakan batang rokok di tangannya."Sedikit dingin, Tuan," jawab Rosela apa adanya. Ia mustahil mengatakan tidak dingin di situasinya saat ini.Vadlan tersenyum miring seraya menghisap rokok yang ada di tangannya itu. "Kalau begitu duduklah," ucapnya memberikan perintah."Iya, Tuan." Lagi-lagi Rosela menurut dan sebisa mungkin menutupi bagian atas tubuhnya yang seperti dua buah melon yang bergelantungan. Kemudian duduk agak menjauh dari sisi Vadlan."Siapa yang menyuruhmu duduk di sana!" Va
"Jadi, sebesar itu rasa benci Tuan sama saya? Andai saya gak hilang ingatan, mungkin saya tahu apa sebenarnya yang terjadi. Tapi, karena saya melakukan kesalahan berat, maka izinkan saya untuk meminta maaf .... Mungkin kalau ingatan itu kembali saya akan tahu kesalahan saya yang telah membuat hidup anda hancur. Sekali lagi saya minta maaf, Tuan. Meskipun kenyataannya permintaan maaf ini gak akan merubah kenyataan pacar anda akan kembali. Tap, setidaknya saya mempunyai rasa sesal yang mendalam dan akan menebus semuanya selama hidup saya ...."Rosela bersikap seolah-olah dirinya adalah Salvia dan mengatakan itu semua. Walaupun ia hampir tidak percaya dengan dirinya sendiri karena sudah mengatakan apa yang diucapkannya barusan.Vadlan sendiri terdiam. Ia tidak pernah mengira akan mendengar ucapan permintaan dari Salvia. Tapi, bukan seperti ini yang diharapkannya. Ia ingin wanita itu menderita sampai ingin mati rasanya. Meskipun begitu apakah mungkin kekasihnya akan kembali? Tentu saja ti