Tidak ada siapa pun di dalam kamar. Antonio mengedarkan pandangan, yang ia lihat hanya ranjang yang berantakan dengan selimut merosot hampir jatuh ke lantai. Antonio mendengar suara gemericik dari arah kamar mandi. Diamati beberapa detik, pintu itu memang tidak tertutyp rapat.“Aw!”Antonio spontan terkesiap. Kakinya sudah melangkah menuju kamar mandi.“Ada apa?” Antonio menymbulkan kepala ke dalam, membuat Jesika dengan cepat menutup tubuhnya sebisa mungkin dengan kedua tangannya.“Oh, maaf!” Antonio berbalik badan. Kedua matanya mengatup rapat dengan bibir meringis.Jesika buru-buru menyambar jubah handuk lalu memakainya.“Kamu baik-baik saja?” tanya Antonio tanpa menoleh.“Hm.” Jesika mengangguk.Antonio buru-buru pergi setelah mendengar jawaban Jesika yang katanya baik-baik saja. Sekarnag Jesika sudah mengenakan jubah handuknya dan kebetulan memang sudah selesai mandi. langkah Jesika sangat lambat dengan pandangan tertuju pada punggung Antonio. Namun, ketika langkah Antonio begitu
Antonio bangun lebih dulu sebelum Jesika. Jika biasanya dia selalu bangun saat semua sudah siap, tapi pagi ini terbangun bahkan kemungkinan sebelum penghuni lain bangun. Sekarang masih pukul lima pagi, sejujurnya Antonio tidak bisa tidur sejak terbangun tadi pukul empat.“Kenapa aku jadi gelisah begini?” desisnya sambil menggaruk kening.Antonio menoleh ke samping, ada perempuan yang masih tidur lelap memeluk bantal guling. Semalam posisi tidur saling mendekap, tapi Antonio menarik diri ketika mata tidak mau terpejam lagi. Bukan hanya itu saja, akan tetapi juga karena jantung selalu berdegup kencang setiap kali berdekatan dengan Jesika.Oke, tadi sempat terlelap dalam posisi Antonio memeluk Jesika. Namun mendadak rasa gengsi membuatnya harus sedikit bergeser. Beruntung Jesika tidak terbangun ketika Antonio melakukan itu.Antonio bergeser untuk turun dari ranjang. Begitu kakinya sudah mendarat di lantai, Antonio langsung berdiri. Udara tidak terlalu dingin meski ac menyala. Di belakang
Jesika tidak bisa sarapan dengan nyaman setelah Antonio mendesaknya untuk pergi periksa ke dokter. Jesika mencoba menolak, tapi Antonio masih bersikukuh untuk pergi. Apakah itu wujud khawatir? Sialnya dalam otak Jesika hanya sebuah rasa malu yang entah bagaimana cara menutupinya. Untuk mengangkat kepala saja rasanya sangat berat.“Kamu kenapa, Sayang? Apa sakit?” tanya Megan.“Hm? Tidak, Nek. Aku baik-baik saja, Kok,” jawab Jesika rada gugup.Jesika masih menunduk, tapi bola matanya sempat bergerak ke sampaing menemukan sorot mata Antonio. Jesika buru-buru menarik pandangannya, lalu menyuap sesendok sarapannya.“Gaby belum kamu ajak keluar, Ant?” tanya Agatha.Antonio tengah mengunyah makanannya, tapi dia sudah mengangkat wajah menatap mamanya. “Keluar ke mana?”“Kamu memang menyebalkan!” dengus Gaby. “Jadi istrimu itu mengubahmu sejauh apa sampai kamu mengabaikanku?”Jesika merendahkan pandangannya sambil mendesah berat tanpa ada yang tahu. Dia menyuap lagi sarapannya supaya segera b
Tidak akann pernah Jesika lupakan apa yang terjadi di ruangan dokter. Selain percakapan yang membuat pipi memerah, dokter cantik itu juga meminta Jesika untuk berbaring sambil membuka kedua kakinya. Hal memalukan lainnya, saat dokter tengah meriksa, dengan santainya Antonio bertengger melipat kedua tangan dengan tatapan dinginnya.Kenapa dia tidak menunggu diluar saja?Dokter mengatakan tidak ada yang salah dengan erea miss V milik Jesika. semuanya bagus dan sehat tentunya. Untuk menatap ke sekitar saja sekarang Jesika sama sekali tidak berani. Rasanya benar-benar malu.“Jadi sudah tidak sakit lagi?” tanya Antonio.Berhentilah membahas hal itu? topik lain masih banyak, Astaga!Jesika hanya mengangguk dengan senyum menyedihkan.“Sekarang mau ke mana, Tuan?” tanya Tian sebelum membuka pintu mobil.“Antar aku ke perusahaan baruku. Aku harus memantau lebih detail lagi. Mungkin minggu depan sudah bisa diresmikan.”Tian membuka pintu mobil sambil mengangguk.“Kamu mau ikut masuk tidak?” tan
“Antonio!” panggil Gaby dari lantai dua.Antonio refleks mendongak, pun dengan Jesika. Wanita di atas sana sudah mundur lalu berjalan menuruni tangga. Begitu sampai di dekat Antonio, Gaby langsung menyerobot, mambuat Jesika terpaksa bergeser.Jesika mulai muak melihat tingkah Gaby yang kekanak-kanakan. Memang sahabat sejak kecil, tapi bukankah ketika mendekati Antonio terlihat sangat berlebihan? Jesika membuang mata jengah lalu pergi ke atas.“Ada apa?” tanya Antonio. Dia bertanya, tapi tatapannya mengarah pada Jesika yang tengah berjalan di tangga sambil menatap layar ponsel."AKu bertemu Selena tadi.”“Lalu?” mata Antonio masih focus ke arah tangga hingga ke ujung. Dia penasaran kenapa Jesika terus mengetik sesuatu di sana.“Hei, dengarkan aku!” decak Gaby sambil menarik lengan Antonio.“Apa sih!” Antonio menghempas tangannya. Lama-lama mendengar mulut Gaby yang cerewet membuat telinganya berdengung.“Kenapa kamu jadi galak begini? Aku kan Cuma mau ngasih tahu saja.”“Kalau tentang
Pagi ini, Antonio sudah bersiap-siap lebih awal. Ada beberapa orang yang menunggunya di kantor untuk membahas peresmiannya yang kemungkina berlangsung menjelang hari minggu.“Jadi … apa yang bisa aku bantu?” tanya Jesika usai meletakkan pakaian Antonio di tepi ranjang.Antonio yang baru keluar dari kamar mandi berjalan mendekat. Pria itu hanya mengenakan handuk putih yang melingkar di pinggang ke bawah sampi lutut.“Kalau kamu sempat, siapkan bekal untukku. Aku malas makan di luar.”“Oke. Lalu?”“Tidak ada.”Jesika mengangguk-angguk dengan kedua alis terangkat lalu melenggak menuju pintu.“Tunggu!”Jesika spontan berhenti lalu menoleh. “Ya?”Antonio tidak berkata apa pun, melainkan memberi tatapa seolah hendak menghakimi. Sementara yang tengah ditatap, langsung menunduk untuk memeriksa apakah ada yang salah dengan dirinya atau tidak.“Ouh!” celetuk Jesika dengan wajah kaget. Jesika masih mengenakan piama tanpa lengan sekarang. paima itu juga tentunya cukup tipis tanpa diimbuhi dengan
Jesika mengetik sesuatu di ponselnya dengan wajah penuh penyesalan. Setelah itu, pergi mandi. aroma harum bekas Antonio mandi seberbak memenuhi ruangan. Jesika sampai menaikkan kedua pundak ketika menghirupnya. Bibirnya melengkung membentuk senyuman yang sempurna.Sementara di tempat lain, Antonio dan Tian sudah sampai di gedung kantor. Beberapa orang penting menyambutnya di ruang pertemuan, termasuk ayahnya yang ternyata sudah datang. Tadi Antonio sempat pergi ke ruang makan, jadi tidak tahu kalau ternyata ayah sudah berangkat lebih dulu.Meeteng langsung dimulai. Mereka mulai membahas beberapa hal yang akan menjadi hal utama sebagai tujuan perusahaan ini dibuat. Semua hal dibicarakan dengan matang sampai nanti peresmian dilaksanakan.Sampai sekitar satu jam berlalu, pertemuan di bubarkan. Antonio bergegas pergi ke ruangannya yang ada di lantai dua. Dia duduk di kursi putarnya, lalu menatap bekal yang dia bawa dari rumah. mulai besok, mungkin akan setiap hari Antonio membawa bekal ka
Sampai di kamar, Antonio tidak melihat Jesika. perempuan dengan pinggang ramping itu tak terlihat batang hidungnya. Antonio menoleh kea rah kamar mandi, tidak ada suara dari dalam sana. Ketika di buka, Jesika memang tidak ada di sana.“Ke mana dia?” gumam Jesika. Antonio mendongak ke arah balkon, di sana pun tidak ada siapa pun selain tampak warna senja menjelang malam.Berpikir sejenak, Antonio teringat tentang ruang kerja Jesika. Antonio melepas jasnya, melempar ke sembarang tempat lalu buru-buru memeriksa ke sana. Dua langkah ke luar dari kamar, Antonio melihat sebuah pintu dengan ruangan yang menyala. Jesika pasti di sana.“Uugh! Aku masih memikirkan tentang es krim. Sepertinya sangat enak. Ah, sial! kenapa tadi aku berikan semuanya, sih!”Antonio bertengger sambil melipat kedua tangan di ambang pintu sambil mendengarkan Jesika yang ternyata sedang mengoceh. Antonio sudah menahan tawa di belakang.“Apa aku beli sendiri ya? Ah, tapi aku malas keluar.”Kedua kaki terlihat menghentak